Situasi lagi pandemik gini, membuat istilah Indonesia 4.0 nggak cuma jadi wacana aja, namun juga harus dilaksanakan dengan infrastruktur yang bisa dikatakan belum terlalu siap, terutama di kota-kota kecil yang tidak terjangkau oleh layanan internet.
Di postingan yang dibuat jam dua pagi ini, saya mau share tips and trick cara mengajar online yang sering saya terapkan.
Buat yang penasaran, setelah lama menghilang, ngapain aja sih Viera della Cruella can Houten ich Schonbreg selama ini???
Di sela-sela kesibukan saya menghindari godaan syaitan yang terkutuk sambil nimbun kekayaan duniawi dan akherat, saya juga sering melakukan kegiatan mengajar online.
Dulu mah, asa malu gitu, meanwhile everybody was going to the big cities untuk mencari penghasilan, most of my time was used to ngajedog we di rumah. Aduh what is 'ngajedog' in English yah??? Untuk orang-orang di sekitar saya, diam di rumah adalah sebuah kemalasan yang hakiki. Tapi, coba lihat sekarang, semua orang malah disuruh sebisa mungkin untuk tidak berpergian dari tempat tinggalnya. Ya gitu deh, Tuhan mah Maha Adil...
Oh iya, for your information, saya sudah menggunakan skype selama lebih dari sepuluh tahun, waktu masih ada google hangout pun saya salah satu pengguna setia-nya, dan saya sudah menggunakan zoom selama lima tahun terakhir, dari sebelum ada minimal penggunaan selama sekitar 40 menit, sebelum ada berita kalau data pengguna zoom bakal diretas, sebelum Trump kepilih jadi Presiden yU eS, dan sebelum-sebelum lainnya.
Nah, dengan beberapa pengalaman saya di atas, saya mau sharing gimana sih cara menarik peserta atau untuk saat ini, adalah pelajar atau mahasiswa untuk mengikuti kelas online.
Selama mengajar online, salah satu permasalahan yang paling sering saya hadapi ketika mengajar murid dari Indonesia adalah....Bukan kemalasan, tapi lebih kepada koneksi! Padahal koneksi itu adalah tumpuan utama dari belajar online secara lancar. Jangankan buat belajar, koneksi juga penting banget buat bekerja, fufufufufu....
Sedangkan selama daring class ini menjadi pilihan utama untuk dilakukan, selain koneksi, masalah berikutnya yang dihadapi adalah dari sisi pengajarnya. Banyak pengajar di Indonesia, yang kebanyakan diantaranya sudah tua (walaupun nggak semuanya ya), yang merasa malas untuk belajar menggunakan media baru dalam pengajaran.
Dulu saya sempat melakukan diskusi dengan salah seorang teman saya yang berprofesi sebagai guru di tingkat SMA, di mana dia merasa kebingungan bagaimana caranya mengajar guru-guru tua di sekolahnya supaya bisa berjalan beriringan dengan para muridnya yang lebih cepat menyerap informasi via teknologi.
Guru-guru tua ini kalau diajarin cara menggunakan teknologi tertentu, ada aja alasannya, mulai dari mata silindris, jempol kegedean, sakit pinggang gara-gara kelamaan duduk, sampai nggak bisa ngejewer anak yang tidak memperhatikan dia mengajar. Gimana caranya 'ngejewer' online coba??? Kalaupun diberhentikan, kasian juga.
Nah, situasi covid19 ini merupakan 'berkah' tersendiri bagi teman saya tersebut, sehingga dia bisa 'menyuruh' kolega-nya harus bisa menguasai teknologi bagaimanapun caranya.
Dan di bawah ini merupakan salah satu cara saya semoga bisa menjadi input tersendiri bagi teman-teman yang harus melakukan kegiatan mengajar online.
Cara-cara yang akan saya jabarkan merupakan berdasarkan pengalaman pribadi ya, dengan jumlah murid 10-20 orang. Mari kita asumsikan, bahwa periode mengajar yang saya lakukan adalah dari pukul 8.00 sampai 9.30.
8.00 - 8.10
Saya menggunakan waktu ini untuk mengabsen. Di mana setiap murid harus online dan menunjukan wajahnya (kalau aplikasi yang digunakan ada pilihan menggunakan video kamera) dan bilang "
hadir!" ketika diabsen, ataupun jika mengalami gangguan teknis microphone-nya, si murid bisa menulis di aplikasi chat yang biasanya sudah tersedia di dalamnya.
Untuk membuat kelas lebih menarik dan meningkatkan security level, kata "
hadir!" sebagai penanda absensi, bisa diganti sesuai keinginan. Misalnya; "
Makan Bubur!" di pertemuan pertama, kemudian "
Jus Mengkudu!" di pertemuan ke dua, dan seterusnya. Jadi, kalau saya lagi absen para siswa saya:
Minggu pertama,
Viera: "
Tantowi Yahya?"
Tantowi Yahya: "
Makan Bubur!"
Minggu ke-dua,
Viera: "
Tantowi Yahya ada nggak?"
Tantowi Yahya: "
Jus Mengkudu!"
Dengan cara ini diharapkan mengurangi mahasiswa yang titip absen. Oh iya untuk proses absensi ini, mahasiswa diberikan kebebasan untuk menyalakan video kamera-nya atau nggak.
Oh iya, kenapa dikasih waktu 10 menit hanya untuk proses absensi? Untuk jumlah murid yang sampai 20 orang, saya mengasumsikan setiap mahasiswa mendapatkan jatah 30 detik untuk menentukan presensi-nya, in case ada yang mengalami gangguan teknis, ataupun, selain absen, untuk membuat kelas lebih fresh, saya suka tanya hal random, misalnya, "kalau kamu dikasih uang 1 juta dollar, kamu mau ngapain?"
8.10 - 8.20
Kita berikan materi yang ingin kita sampaikan kepada mahasiswa untuk dibaca. Cara penyajiannya bisa berupa ppt. pdf, word, dan aplikasi-aplikasi lainnya yang sesuai dengan materinya. Kita matikan aplikasi kelas daring sesaat, untuk mengirit kuota.
8.20 - 8.40
Kemudian aplikasi dinyalakan kembali, dan kita mulai menjelaskan materi tersebut. Oh iya saya melimitasikan waktu penjelasan itu hanya 20 menit, karena biasanya kalalu lebih dari itu, mahasiswa jadi mearasa bosan.
Ataupun kalau misalnya materi yang disampaikan itu memang lama, diusahakan setiap 15 menit sekali, kita memberi jeda. Betukan jeda-nya bisa tanya-jawab, games, nge-ghibah, ngecek kebereadaan Kim Jong Un, dan hal lainnya.
8.40 - 9.00
It's QnA time! Kelas diberikan keleluasan untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan.
Untuk mencegah death air, atau misalnya nggak ada yang nanya, saya biasa memberikan trigger, misalnya jika dalam sesi QnA tersebut, ada setidaknya lima murid yang bertanya, maka kelas tersebut akan dibebastugaskan dari PR pada hari itu. Sebaliknya, jika jumlah penanyanya di bawah lima, maka siap-siap cobaan hidup datang menerpa, berupa tugas-tugas yang melanda.
9.00 - 9.05
Untuk menguji apakah materi yang disampaikan itu dapat dimengerti oleh murid atau tidak, saya biasanya menyiapkan quiz. Jumlah pertanyaannya satu atau dua saja.
9.05 - 9.25
Di dua puluh menit berikutnya, kami akan membahas jawaban dari quiz tersebut. Biasanya saya akan memilih the best two or three dari murid-murid yang bisa menjawab quiz dengan baik. Di mana kedua atau ketiga murid ini akan mendapatkan reward. Misalnya tidak usah mengumpulkan tugas, boleh dateng telat di pertemuan berikutnya, atau yang paling standard sih, dapet nilai tambahan.
9.25 - 9.30
Karena kebanyakan murid yang saya ajar adalah generasi Z, kayanya mereka itu nggak bisa hidup tanpa eksistensi di dunia maya. Jadi selama lima menit terakhir ini, biasanya saya gunakan untuk ber-selfie ria, lewat screenshot gadget mereka masing-masing.
Oh iya sebagai tambahan, untuk sistem komunikasi sebelum dan sesudah kelas, agar satu pintu dan tidak bingung, seluruh pertanyaan akan dikumpulkan di ketua kelas. Jadi, di luar jam kelas, murid-murid tidak saya perkenankan untuk menghubungi saya langsung, kecuali via ketua kelas atau memang ada sesuatu yang sangat urgent.
Additionally, untuk murid yang aktif di dalam kelas, entah sering mengajukan pertanyaan atau nilai quiz-nya memuaskan, maka reward yang saya berikan adalah. Pasti mendapatkan nilai satu tingkat lebih tinggi dari seharusnya ketika UTS atau UAS.
Misalnya nih, si murid nilai UTS-nya C, tapi karena dia aktif di kelas online, maka nilai akhir yang saya berikan adalah B.
Atau mereka juga bisa mendapatkan keringanan dalam mengerjakan ujian, misalnya dari 30 soal yang saya berikan, mereka boleh mengerjakan 10 soal saja, tanpa mengurangi nilai sebenarnya.
Dengan banyak-nya rewards yang dikasih ini, saya mengharapkan bahwa para murid bisa lebih aktif mengikuti kelas online.
Oh iya, untuk mendapatkan hasil yang seimbang, di setiap akhir kelas, saya suka memberikan google form yang berisikan feedback dari murid tentang cara mengajar di kelas hari ini. Jadi, di kelas berikutnya kita bisa lebih membuat suasana kelas lebih menyenangkan lagi.
Untuk durasi waktu yang saya sampaikan di atas, bisa disesuaikan melalui percentage ya. Misalnya untuk proses absensi, kita hanya diberikan waktu maksimum 10% dari jumlah total jam mengajar. Jadi, kalau misalnya kita mengajar selama satu jam, maka proses absensi paling lama dilakukan selama 6 menit saja.
Nah, kira-kira begitu sist dan bros pengajar yang saya sayangi dunia sampai akherat, semoga bisa membantu yah...