Rabu, 10 Februari 2010

Melihatmu! Mendengarmu! Kau lah yang terhebat!


Masih dengan backsound yang sama, suara Mas Duta masih terus didendangkan dari earphone yang saya tancapkan ke si Bergy. Semenjak saya diracuni tembang-tembang lawas dari band yang berasal dari kota gudeg, oleh salah seorang teman saya yang berkulit nan gelap nun jauh di sana, suara petikan Kak Eross terus terngiang di kuping ini.

Entah harus dari mana, saya akan memulai note ini. Saya lagi sedih, eh bukan cuma sedih, tapi hancur. Hancur lebur! Awal dari sebuah note yang tampaknya akan menjadi sebuah roman picisan.

Bagi semua teman se-alaihim gambreng yang saya punya, pasti tau kalau saya telah memendam perasaan sekitar enam tahun lamanya dengan seorang pria yang namanya tidak boleh disebut. Ooooh, tenaaaaaaang, saya nggak lagi naksir sama Lord Voldemort kok, cuma ya itu, mulut saya yang bawelnya luar biasa ini, bisa kaku kalau tiba-tiba ada orang yang nyebut nama si do'i. (Ya Tuhan, "do'i", bahasa gaul tahun berapakah itu?????????)

Memang semuanya salah saya. Ngapain juga mengharapkan bisa bersama seseorang yang tidak pernah mungkin bisa terjadi? Kalau diilustrasikan, selayaknya Mpok Nori berharap bisa jadi istrinya Saddam Hussain. Begitu pula dengan kisah percintaan yang sedang saya alami ini!.

Enam tahun memang waktu yang tidak terlalu lama, tapi setidaknya dalam waktu yang sama, seekor gajah thailand sudah bisa menghasilkan tiga anak gajah yang imut dan lucu. Sedangkan saya? Dalam waktu enam tahun terakhir ini, boro-boro menghasilkan anak, untuk menyapa si do'i aja saya nggak berani.

Meihat wajahnya dari kejauhan saja, sudah bikin saya ee di celana. Melihat dia sedang tersenyum saja, sudah membuat saya pengen nyebokin anak kambing. Melihat dia sedang makan sukro saja, sudah membuat saya pengen nyabutin bulu kelek Pangeran Charles. Melihat dia lagi nungging saja, sudah membuat saya pengen pergi ke Pulau Kaspia. DEM! Seorang Viera yang kecerdasannya di atas rata-rata ini, bisa jadi seorang Viera yang moron kalau bertemu sama si do'i!

Dan.....akhirnya waktu itu tiba.....Tadi pagi, saya chatting sama si do'i. Dan.....secara tidak terlalu eksplisit, si do'i bilang....(Aduuuuh, nggak sanggup buat ngelanjutin ngetiknya!).

"Saya mau nikah sekiranya 3-4 bulan ke depan....."

APA SEBUAH NERAKA! (Ngggggg, maksudnya: What The Hell!)

Nikah sama siapa? Dalam 3-4 bulan ke depan, saya masih di sini, jauuuuuuh dari tempat si do'i berada. Nggak mungkin lah dalam 3-4 bulan ke depan, saya bisa pulang ke Indonesia atau si do'i yang datang ke sini, ngelamar saya? Kamu kira kita lagi nonton shit-netron Cinta Fitri! Berarti.....si do'i nikahnya BUKAN sama saya dong!

Suara dalam hati seroang Viera yang moron: "Saya juga mau nikah kok! Tapi saya maunya nikah sama kamu!" Ingin rasanya berteriak kalimat kaya gini, langsung di depan muka si do'i. 

Saya tahu, masih banyak kisah yang lebih naas dari cerita yang saya alami ini. Pasti banyak yang bilang, "move on!", "that's a life!","you deserve a better man than him!", atau kata-kata sejenis lainnya. Saya tahu, saya tahu, dan saya tahu itu. Saya tidak perlu diingatkan tentang apa yang harus saya lakukan nanti. Yang saya perlukan saat ini adalah: kesediaan seseorang di antara kalian, yang mau memberi racun di makanan calon istri si do'i! Hahahahahahahahahahahaha! 

Tenaaaaang, sodara-sodara! Mental saya memang terkenal bejat, tapi tingkah laku (insyaallah) masih sesuai pedoman Al-Quran dan hadits. Hahahahahahahahahaha! (DEM! Di saat kaya gini, masih bawa-bawa Al-Quran, nggak matching coi!)

Akhirnya saya cuma bisa mendedikasikan:
"Akulah orang yang selalu mengawasimu, menikmati indahmu dari sisi gelapku, dan bairkan aku jadi pemujamu, jangan pernah hiraukan perasaan hatiku, tenanglah tenang pujaan hatiku sayang, aku tak kan sampai hati bila menyentuhmu, mungkin kau tak kan pernah tahu betapa mudahnya kau untuk dikagumi, mungkin kau tak kan pernah sadar betapa mudahnya kau untuk dicintai!" (Sheila on 7 - Pemuja Rahasia)

Tapi, boleh dong, sedikit berharap kalau pada akhirnya si do'i bakal membalas lagu di atas, dengan:
"Mungkin salahku melewatkanmu, tak mencarimu sepenuh hati, maafkan aku, kesalahanku melewatkanmu, hingga kau kini dengan yang lain, maafkan aku! Jika berulang kembali, kau tak kan terlewati, segenap hati ku cari!" (Sheila on 7 - Yang Terlewatkan)

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARGH! Ngimpiiiiiiiiiiii! Ngimpiiiiiiiii! "Faced the truth, Viera!" (Truth Sahanaya, maksut lo?????)

Ah sudahlah, mari kita belajar lagi, apa yang dihasilkan oleh seorang Benito Perez Galdós dalam perkembangan literatur realisme di Spanyol? Ini nih bahan ujian buat minggu depan. 

*FYI, note ini saya buat diselingi isakan tangis setiap 3 menit 27 detik sekali....Sambil sesekali meratapi nasib, dan seraya berujar, "ooooh gini tho rasanya ditinggal 

2 komentar:

  1. teteeep yaahh peaa..
    dari smp begitu mulu..dipendem pendem jadi weh icing2 kacapirit di calana..haha

    BalasHapus
  2. hehehehehehe. Iya Wet, gue kan cewek pemalu....(kemana-mana bawa palu)

    BalasHapus