Jumat, 08 Mei 2020

Setelah Jam 2 Pagi: Cep...

Assalamualaikum wr,wb! Selamaaaaaaat malaaaam buat temen-temen yang berada dalam Waktu Indonesia Bagian Barat Daya agak ke selatan mengkol saeutik ka tenggara!

Helllllloooooooooou! Gimana nih puasanya??? Semoga teteup barokah, sakinah, dan mawadah yaaaah!

Sekarang waktu menunjukan pukul dua pagi lebih tiga belas menit, saya masih belum bisa tidur juga. Terdengar sayup-sayup suara marbot masjid membangunkan sahur dari pengeras suara. Namun, ada sesuatu hal yang membuat saya tidak bisa tidur sampai selarut ini, yaitu....

Nama anaknya Elon Musk.

X Æ A-12 Musk.

Coba, coba, coba, gimana itu teh bacanya???

Sa A E A Dua Belas Mas?

Ya Allah, ini nama anak bayi manusia atau kode lokasi toko baju koko di Tanah Abang??? Di koridor X - AE, nomor A - 12. Iiiih, orang kaya mah bebas lah ya mau ngapain juga. 

Kemunculan nama anak Elon Musk ini juga 'menjatuhkan' nama anak-anak-nya para selebgram yang suka bikin saya geleng-geleng kepala.

Kalau boleh cerita mah, sebagai pemilik nama yang agak ke-barat-barat-an pada zamannya, membuat saya agak risih ketika harus mengenalkan diri pertama kali di depan teman-teman SD saya. Waktu dulu, nama Viera itu masih terdengar aneh di banyak kuping orang-orang Bogor, rasanya ingin menyalahkan kedua orang tua saya, kenapa sih nggak ngasih nama yang biasa aja? Dina? Sari? Ina? Hani? Kenapa harus Viera?

Apalagi, sebagai warga U.S.A a.k.a Urang Sunda Aseli, tentu saja melafalkan nama-nama yang berawal huruf 'F' dan 'V' menjadi tantangan tersendiri. 

Oh iya, saya punya fun fact tentang nama saya sendiri. Jadi, saya baru tau kalau nama saya itu Viera setelah kelas 6 SD, waktu mau ikutan EBTANAS (Uuuuunch, anak tahun 90-an mana suaranyaaaa??? Apa itu UNBK, UN, US, in Ebtanas, we trust!), salah satu persyaratannya adalah ngasih akte kelahiran, dan keyakinan atas nama Viera Juwita sebagai nama asli saya selama 11 tahun hidup pun runtuh!

Saya sempat ditawari untuk mengubah nama Viera menjadi Vera Juwita, namun proses birokrasi yang berbelit-belit, akhirnya membuahkan saya supaya bisa beradaptasi dengan nama Viera. Oh iya, nama saya itu dibacanya vi-ye-ra, bukan vi-ra, huruf 'E' di tengah-nya dibaca dengan sangat jelas, dua harokat kalau bisa mah! Vi-yeeee-ra!

Di umur saya yang ke dua puluh, saya pun iseng-iseng mencari arti nama Viera. Yups, siapa sih yang nggak pernah nulis nama sendiri di searching bar-nya Mbah Google? Ternyata Viera itu punya arti 'faith' atau 'keyakinan' dalam bahasa Eropa Timur. 

Widiiiih, si Papah dan si Mamah yang asli Tasik sudah sangat visioner sekali ya, udah ngasih nama Viera yang penuh arti di tahun 80-an, padahal kan dulu belum ada Google, pun saya tidak memiliki kerabat yang pernah ke Eropa Timur. Namun tak disangka, tak dinyana, nama Viera itu ternyata adalah perpaduan antara dua nama orang tua saya, Evie dan Rachmat, untung aja nama saya nggak jadi Emat.

Jadi, saya baru mendapatkan kepercayaan diri atas nama saya sendiri sekitar 20 tahun setelah saya hidup. Kebayang nggak itu anaknya Elon Musk kalau disuruh memperkenalkan diri di depan kelas?

Ya, alhamdulillah anaknya Elon Musk nggak sekolah di Citapen ya, abis dah itu si X Æ A-12 diceng-ceng-in. 

Coba aja kalau si X Æ A-12 lahir di Tanah Sunda, ya paling dipanggil-nya "Cep..."

Atau kalau misalnya si X Æ A-12 lahir di Indonesia deh, terus mau ikut UN, di mana dia harus ngebulet-bulet-in kolom nama, bingung deh itu?









Selasa, 05 Mei 2020

Setelah Jam 2 Pagi: DUARRR! (lagi)

"DUAAARRRR!!!"

Saya terbangun dari tidur saya, waktu menunjukan pukul tiga pagi.

Suara apa ya? Petasan gitu?

Saya berjalan menuju ke arah jendela kamar, terlihat satam ruko di sebrang rumah saya menghampiri area depan tokonya. Sebuah mobil honda jazz berwarna silver tampak terparkir dengan posisi aneh di sana.

Saya menyalakan lampu level tiga kamar saya. Jadi, di kamar saya itu ada tiga jenis lampu. Lampu level satu, itu yang paling terang, biasa saya nyalakan kalau saya sedang baca buku atau ngerjain tugas. Lampu level dua, dengan level pencahayaan temaram sendu, cocok buat candle light dinner, bareng cicak-cicak di dinding diam-diam merayap di kamar saya. Dan yang terkahir adalah lampu level tiga, denga level pencahayaan S5 alias Super Sendu Sedih Sekali Sobs, cocok digunakan ketika sedang merasa kangen si bebep atau kalau misalnya abis nonton film jurig, terus mau tidur, tapi masih takut. Soalnya saya kalau mau tidur, lampunya harus gelap, tapi kan karena abis nonton Annabele, jadi kalau gelap banget, suka takut muncul Annabele dari mana gitu. Dan menyalakan lampu level tiga ini merupakan pilihan yang baik.

Balik lagi, ke suara DUARRR!

Saya masih memantau dengan seksama situasi di depan rumah saya itu. Pak Satpam ruko, tampak membuka pintu kemudi dari honda jazz tersebut. Ada seorang laki-laki sekitar umur 20-30-an, eh mungkin lebih tua lagi sih?? Hmmm, atuh jaman sekarang mah laki-laki juga peduli dengan kesehatan kulit muka. Kemulusan kulit muka Kang Asep tidak kalah dari kulit muka Teteh Song He Kyo.

Ya, pokoknya si laki-laki terlihat twenty tapi mungkin forty tersebut dibopong keluar mobilnya. Terdengar suara meracau yang kurang jelas dari laki-laki yang memakai kaos bergaris hitam dan putih itu. Saya kurang bisa mendengar jelas apa yang dibicarakan oleh si laki-laki, tapi Pak Satpam ruko dibantu dengan tukang tambal ban di depan rumah saya membaringkan si laki-laki itu di aspal tempat parkir ruko dan membiarkannya meracau begitu saja.

Keesokan harinya, saya tanya langsung ke tukang tambal ban, apa yang sebenarnya terjadi semalam?

Menurut mamang tambal ban, pengemudi honda jazz silver semalem itu menabrak tiang gapura selamat datang di Kabupaten Bogor, dikarenakan dia mabok. 

Uuuunch, nggak minum antimo nih Mas terlihat twenty tapi mungkin forty?

Untung kejadiannya tengah malem pas di depan area rumah saya lagi sepi, jadi nggak ada korban. Ada burung makan-makan, sama bekatul! CAKEEEEP~ Wahai teman-teman yang suka mabu'-mabu'-an, atuh be careful!

Ah coba si Mas-nya nggak nyetir sambil mabuk, aku panjangin deh nama panggilannya jadi Mas look twenty maybe forty but very funky!





Minggu, 03 Mei 2020

Setelah Jam 2 Pagi: DUARRR!

"DUAAAR!!!"

Waktu menunjukan pukul dua pagi dan kali ini saya kebangun sama....suara petasan!

Yaaaa, it's ramadan time! Kalau bukan bulan ramadan, mungkin yang nyalain petasan di depan rumah saya itu, udah saya suruh nonton drama Korea The World of The Marriage 11 episode tanpa jeda, biar sesek nafas!

Buat yang nggak pernah nonton drakor yang satu itu, mari saya paparkan sinopsis ceritanya. Jadi, di dalam drakor tersebut, seluruh karakternya cocok masuk neraka jalur PMDK, kecuali pemeran utamanya, ahahahaha!

Nggak deng, sesuai judulnya, drama series tersebut menceritakan tentang kehidupan rumah tangga penuh intrik. Menurut saya pribadi sih, ceritanya nggak jauh berbeda sama Tersanjung ya, cuma nggak ada Tante Rambut Palsu aja. Kalau dari sisi cerita, buat kita-kita yang udah terbiasa sama sinetron Indonesia yang siklus ceritanya udah gampang ketebak. 

Pemeran utama baru bangun tidur, baru bangun tidur, tapi udah rapi jali gitu, alis udah rapi, bulu mata palsu terpasang super rapi, bibir pake liptint, ini nggak ada cerita sinetron orang baru bangun tidur terus di bantalnya udah buat 'pulau', kaki motah ke mana-mana, mulut kebuka???

Nah, abis pemeran utama bangun tidur, tiba-tiba ada peran antagonis ngejambak, dengan segala kata-kata kasar-nya. Si pemeran utama menangis, bermunajat kepada Allah, terus tiba-tiba ada aja kejadian buruk yang menimpa pemeran antagonis. 

Nah, cerita drama Korea The World of The Marriage itu sebenernya nggak jauh berbeda ya sama cerita-cerita sinetron di negara tercinta kita ini. Cuma, pemilihan karakter, jalan cerita, dan teknis pengambilan gambarnya aja dipoles sana-sini. Saya jadi mikir, mungkin sinetron-sinetron Azab itu kalau misalnya ditangani oleh tim produksi Korea bisa seru juga ditonton.

Misalnya nih, cerita Azab Rentenir Mati Ketiban Gas LPG 3kg. Kalau yang jadi rentenir-nya Lee Min Ho kan seru tuh ya, kayanya saya rela cosplay jadi tabung gas LPG-nya juga.

Dua episode awal dari drakor ini sukses buat saya stress, pegel linu, sesak nafas, dan asam lambung naik. Saya sempet ngira saya kena COVID19, taunya emang akting para pemeran drakor ini keren banget sih.

Hmmmm, saya penasaran sih kalau misalnya drama series azab-azab vibe itu ditanganin sama Joko Anwar, kan gemes ya??? Udah kebayang sih dari judulnya juga, Azab Penimbun Masker di Tanah Jahanam. Yang jadi penimbun masker-nya Tara Basro, wiiiih, goooooks!!!!!

By the way, selamat berpuasa bagi yang menjalankan~




Jumat, 01 Mei 2020

Setelah Jam 2 Pagi: Tips and Tricks Ngajar Online ala Viera della Cruella van Houten ich Schonbreg

Situasi lagi pandemik gini, membuat istilah Indonesia 4.0 nggak cuma jadi wacana aja, namun juga harus dilaksanakan dengan infrastruktur yang bisa dikatakan belum terlalu siap, terutama di kota-kota kecil yang tidak terjangkau oleh layanan internet.

Di postingan yang dibuat jam dua pagi ini, saya mau share tips and trick cara mengajar online yang sering saya terapkan.

Buat yang penasaran, setelah lama menghilang, ngapain aja sih Viera della Cruella can Houten ich Schonbreg selama ini???

Di sela-sela kesibukan saya menghindari godaan syaitan yang terkutuk sambil nimbun kekayaan duniawi dan akherat, saya juga sering melakukan kegiatan mengajar online.

Dulu mah, asa malu gitu, meanwhile everybody was going to the big cities untuk mencari penghasilan, most of my time was used to ngajedog we di rumah. Aduh what is 'ngajedog' in English yah??? Untuk orang-orang di sekitar saya, diam di rumah adalah sebuah kemalasan yang hakiki. Tapi, coba lihat sekarang, semua orang malah disuruh sebisa mungkin untuk tidak berpergian dari tempat tinggalnya. Ya gitu deh, Tuhan mah Maha Adil...

Oh iya, for your information, saya sudah menggunakan skype selama lebih dari sepuluh tahun, waktu masih ada google hangout pun saya salah satu pengguna setia-nya, dan saya sudah menggunakan zoom selama lima tahun terakhir, dari sebelum ada minimal penggunaan selama sekitar 40 menit, sebelum ada berita kalau data pengguna zoom bakal diretas, sebelum Trump kepilih jadi Presiden yU eS, dan sebelum-sebelum lainnya.

Nah, dengan beberapa pengalaman saya di atas, saya mau sharing gimana sih cara menarik peserta atau untuk saat ini, adalah pelajar atau mahasiswa untuk mengikuti kelas online.

Selama mengajar online, salah satu permasalahan yang paling sering saya hadapi ketika mengajar murid dari Indonesia adalah....Bukan kemalasan, tapi lebih kepada koneksi! Padahal koneksi itu adalah tumpuan utama dari belajar online secara lancar. Jangankan buat belajar, koneksi juga penting banget buat bekerja, fufufufufu....

Sedangkan selama daring class ini menjadi pilihan utama untuk dilakukan, selain koneksi, masalah berikutnya yang dihadapi adalah dari sisi pengajarnya. Banyak pengajar di Indonesia, yang kebanyakan diantaranya sudah tua (walaupun nggak semuanya ya), yang merasa malas untuk belajar menggunakan media baru dalam pengajaran.

Dulu saya sempat melakukan diskusi dengan salah seorang teman saya yang berprofesi sebagai guru di tingkat SMA, di mana dia merasa kebingungan bagaimana caranya mengajar guru-guru tua di sekolahnya supaya bisa berjalan beriringan dengan para muridnya yang lebih cepat menyerap informasi via teknologi.

Guru-guru tua ini kalau diajarin cara menggunakan teknologi tertentu, ada aja alasannya, mulai dari mata silindris, jempol kegedean, sakit pinggang gara-gara kelamaan duduk, sampai nggak bisa ngejewer anak yang tidak memperhatikan dia mengajar. Gimana caranya 'ngejewer' online coba??? Kalaupun diberhentikan, kasian juga.

Nah, situasi covid19 ini merupakan 'berkah' tersendiri bagi teman saya tersebut, sehingga dia bisa 'menyuruh' kolega-nya harus bisa menguasai teknologi bagaimanapun caranya.

Dan di bawah ini merupakan salah satu cara saya semoga bisa menjadi input tersendiri bagi teman-teman yang harus melakukan kegiatan mengajar online.

Cara-cara yang akan saya jabarkan merupakan berdasarkan pengalaman pribadi ya, dengan jumlah murid 10-20 orang. Mari kita asumsikan, bahwa periode mengajar yang saya lakukan adalah dari pukul 8.00 sampai 9.30.


8.00 - 8.10

Saya menggunakan waktu ini untuk mengabsen. Di mana setiap murid harus online dan menunjukan wajahnya (kalau aplikasi yang digunakan ada pilihan menggunakan video kamera) dan bilang "hadir!" ketika diabsen, ataupun jika mengalami gangguan teknis microphone-nya, si murid bisa menulis di aplikasi chat yang biasanya sudah tersedia di dalamnya.

Untuk membuat kelas lebih menarik dan meningkatkan security level, kata "hadir!" sebagai penanda absensi, bisa diganti sesuai keinginan. Misalnya; "Makan Bubur!" di pertemuan pertama, kemudian "Jus Mengkudu!" di pertemuan ke dua, dan seterusnya. Jadi, kalau saya lagi absen para siswa saya:

Minggu pertama,

Viera: "Tantowi Yahya?"
Tantowi Yahya: "Makan Bubur!"


Minggu ke-dua,

Viera: "Tantowi Yahya ada nggak?"
Tantowi Yahya: "Jus Mengkudu!"

Dengan cara ini diharapkan mengurangi mahasiswa yang titip absen. Oh iya untuk proses absensi ini, mahasiswa diberikan kebebasan untuk menyalakan video kamera-nya atau nggak.

Oh iya, kenapa dikasih waktu 10 menit hanya untuk proses absensi? Untuk jumlah murid yang sampai 20 orang, saya mengasumsikan setiap mahasiswa mendapatkan jatah 30 detik untuk menentukan presensi-nya, in case ada yang mengalami gangguan teknis, ataupun, selain absen, untuk membuat kelas lebih fresh, saya suka tanya hal random, misalnya, "kalau kamu dikasih uang 1 juta dollar, kamu mau ngapain?"


8.10 - 8.20

Kita berikan materi yang ingin kita sampaikan kepada mahasiswa untuk dibaca. Cara penyajiannya bisa berupa ppt. pdf, word, dan aplikasi-aplikasi lainnya yang sesuai dengan materinya. Kita matikan aplikasi kelas daring sesaat, untuk mengirit kuota.


8.20 - 8.40

Kemudian aplikasi dinyalakan kembali, dan kita mulai menjelaskan materi tersebut. Oh iya saya melimitasikan waktu penjelasan itu hanya 20 menit, karena biasanya kalalu lebih dari itu, mahasiswa jadi mearasa bosan.

Ataupun kalau misalnya materi yang disampaikan itu memang lama, diusahakan setiap 15 menit sekali, kita memberi jeda. Betukan jeda-nya bisa tanya-jawab, games, nge-ghibah, ngecek kebereadaan Kim Jong Un, dan hal lainnya.


8.40 - 9.00

It's QnA time! Kelas diberikan keleluasan untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan.

Untuk mencegah death air, atau misalnya nggak ada yang nanya, saya biasa memberikan trigger, misalnya jika dalam sesi QnA tersebut, ada setidaknya lima murid yang bertanya, maka kelas tersebut akan dibebastugaskan dari PR pada hari itu. Sebaliknya, jika jumlah penanyanya di bawah lima, maka siap-siap cobaan hidup datang menerpa, berupa tugas-tugas yang melanda.


9.00 - 9.05

Untuk menguji apakah materi yang disampaikan itu dapat dimengerti oleh murid atau tidak, saya biasanya menyiapkan quiz. Jumlah pertanyaannya satu atau dua saja.


9.05 - 9.25

Di dua puluh menit berikutnya, kami akan membahas jawaban dari quiz tersebut. Biasanya saya akan memilih the best two or three dari murid-murid yang bisa menjawab quiz dengan baik. Di mana kedua atau ketiga murid ini akan mendapatkan reward. Misalnya tidak usah mengumpulkan tugas, boleh dateng telat di pertemuan berikutnya, atau yang paling standard sih, dapet nilai tambahan.


9.25 - 9.30

Karena kebanyakan murid yang saya ajar adalah generasi Z, kayanya mereka itu nggak bisa hidup tanpa eksistensi di dunia maya. Jadi selama lima menit terakhir ini, biasanya saya gunakan untuk ber-selfie ria, lewat screenshot gadget mereka masing-masing.



Oh iya sebagai tambahan, untuk sistem komunikasi sebelum dan sesudah kelas, agar satu pintu dan tidak bingung, seluruh pertanyaan akan dikumpulkan di ketua kelas. Jadi, di luar jam kelas, murid-murid tidak saya perkenankan untuk menghubungi saya langsung, kecuali via ketua kelas atau memang ada sesuatu yang sangat urgent.

Additionally, untuk murid yang aktif di dalam kelas, entah sering mengajukan pertanyaan atau nilai quiz-nya memuaskan, maka reward yang saya berikan adalah. Pasti mendapatkan nilai satu tingkat lebih tinggi dari seharusnya ketika UTS atau UAS.

Misalnya nih, si murid nilai UTS-nya C, tapi karena dia aktif di kelas online, maka nilai akhir yang saya berikan adalah B.

Atau mereka juga bisa mendapatkan keringanan dalam mengerjakan ujian, misalnya dari 30 soal yang saya berikan, mereka boleh mengerjakan 10 soal saja, tanpa mengurangi nilai sebenarnya.

Dengan banyak-nya rewards yang dikasih ini, saya mengharapkan bahwa para murid bisa lebih aktif mengikuti kelas online.

Oh iya, untuk mendapatkan hasil yang seimbang, di setiap akhir kelas, saya suka memberikan google form yang berisikan feedback dari murid tentang cara mengajar di kelas hari ini. Jadi, di kelas berikutnya kita bisa lebih membuat suasana kelas lebih menyenangkan lagi.

Untuk durasi waktu yang saya sampaikan di atas, bisa disesuaikan melalui percentage ya. Misalnya untuk proses absensi, kita hanya diberikan waktu maksimum 10% dari jumlah total jam mengajar. Jadi, kalau misalnya kita mengajar selama satu jam, maka proses absensi paling lama dilakukan selama 6 menit saja.

Nah, kira-kira begitu sist dan bros pengajar yang saya sayangi dunia sampai akherat, semoga bisa membantu yah...



Rabu, 29 April 2020

Setelah Jam 2 Pagi: Intel

Beberapa hari terakhir ini saya suka terbangun di sepertiga malam, mungkin disuruh beribadah sama Tuhan kali ya? Kan konon katanya, waktu paling tepat curhat sama Tuhan itu jam segitu-an ya. Nah, cara Tuhan ngebangunin saya itu lucu-lucu, mulai dari kebelet pipis sampai diperdengarkannya beberapa suara tukang dagang yang lewat di depan rumah saya.

Semenjak 'lockdown', maka jalan di depan rumah saya semakin sunyi, apalagi jam dua pagi. Saya sering mendengar suara langkah kaki satpam ruko di sebrang rumah saya sedang berjalan menuju tiang listrik untuk dipukul sebanyak dua kali untuk menunjukan bahwa saat itu sudah pukul dua pagi.

Tapi, anehnya ya di dalam suasana sunyi sepi sendiri ku itu, saya sering mendengar beberapa suara pedagang lewat. Emang ada gitu ya yang mau beli waktu pagi buta gini?

Pertama, suara mangkok yang terus dipukul dengan irama tak beraturan yang berarti Tukang Bakso lagi lewat nih. Jam dua pagi guys! Yang saya pertama kali inget sih, film Malam Satu Suro-nya Sussana, itu lhooo yang beli soto 100 mangkok sama mangkok-mangkok-nya, terus dibayar pake daun sama Susana yang ternyata Sundel Bolong yang lagi kelaperan. Apakah Tukang Bakso ini pernah punya pengalaman yang sama ya?

Kedua, Tukang Tahu Bulat. Dengan suara dari flashdisk yang sudah direkam, nyanyian: "tahu bulat, digoreng dadakan, gurih-gurih, nyoi!" plus volume maksimal, bikin saya lagi mimpi ketemu Nicholas Saputera buyar sudah.

Ketiga, ada Tukang Putu. Suara dan wanginya yang khas, sukses bikin saya bangun dan merasa kelaperan. Nggak tau kenapa ya saya suka banget sama wangi perpaduan antara parutan kelapa dan gula merah, bahan utama pembuat putu, yang dibakar. Ini Body Shop nggak mau ngeluarin parfume wewangian makanan khas Indonesia?? Wangi indomie rasa kari ayam tuh top markotop!

Tapi ya, kalau dipikir-pikir lagi, siapa ya kira-kira yang mau beli makanan itu jam dua pagi dalam situasi larangan keluar rumah ini? Jangan-jangan mereka intel yang sering menyamar. Apalagi kan sekarang banyak begal ya? Ih kece! Kalau kata temen saya yang anggota BIN, jangan dikira intel itu kaya James Bond, intel beneran mah bakal berusaha sebisa mungkin untuk berbaur dengan masyarakat sekitar sehingga tidak terlihat menonjol. Jadi, dia sering menyamar jadi tukang cilok di depan SD, tukang parkir Alfamart, dan tukang-tukang lainnya. Jadi, kalau misalnya kalian menemukan ada tukang telur gulung yang kalau ngegulung adonan telurnya nggak serapih gulugan karpet masjid, bisa jadi si mamang penjual adalah intel yang sedang menyamar.

Selasa, 28 April 2020

Setelah Jam 2 Pagi: Ngantuk vs Sakit Perut

Saya mau melemparkan pertanyaan;

"Pernah nggak sih kalian ngalamin ngantuk dan sakit perut dalam waktu bersamaan?"

Soalnya tadi pagi saya ngalamin hal ini.

Sekitar jam tiga pagi, saya kebangun dari tidur saya. Kali ini saya bangun bukan dikarenakan suara-suara berisik, tapi lebih kepada bau tak sedap.

Yups! Saya kebangun karena saya nyium kentut saya sendiri.

Perut saya tiba-tiba mules, pengen poop tapi proses pencernaan saya kayanya masih tersendat di antara usus 12 jari, jadi belum sampai 'ujung' gitu lho.

Jadi, mau tidur lagi pun nggak nyaman ya, karena perut bergejolak. Teringat kembali seblak level 10 yang saya makan tadi magrib. Uuuurgh, mulesnya baru sekarang.

Akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke kamar mandi saja, lebih baik menunggu di kamar mandi, jadi supaya bisa langsung 'ngaburusut', hmmmm....Apa ya arti dari istilah ngaburusut teh??? Langsung 'plong' gitu kali ya? Daripada terjadi sesuatu hal yang tidak-tidak di atas tempat tidur saya.

30 menit saya berada di atas toilet, sampai paha saya kesemutan, dan betis saya keram, tapi the things are not 'ngaburusut' juga.

Hoaaaaaem...

Tiba-tiba azan subuh terdengar, saya pun kaget dan melihat sekeliling saya, wah saya masih di WC!!!! Saya ketiduran di WC!!!




Senin, 27 April 2020

Setelah Jam 2 Pagi: Hampir diangkut

Sebenernya kejadian kali ini terjadi tiga jam setelah jam dua pagi, tepatnya sekitar jam lima pagi, setelah saya solat subuh.

Jadi, saya ada acara yang pagi-pagi itu harus udah cuco meong dandelion. Jam lima pagi saya janjian sama Mbak-mbak salon buat divermak, ya Allah muka ku berasa kaya celana Lepis. Lepis legit, ehe!

Kala itu langit masih gelap, tapi jalanan sudah lumayan ramai dengan lalu lalangnya mobil angkutan umum dan beberapa orang yang sedang berolah raga. Oh iya, kejadian ini terjadi sebelum virus outbreak ya.

Saya membawa koper kecil berisikan baju yang akan dipakai beserta alat make up ditambah tote bag berisikan  dompet, beberapa buku bacaan ringan, dan barang-barang penting lainnya.

Sesaat setelah mendapatkan notifikasi bahwa driver ojek online saya sudah mulai mendekat ke titik penjemputan. Saya bersiap diri menunggu di depan rumah. Si driver ojek meminta saya untuk menunggu lebih lama sedikit karena dia mau mengisi bensin dulu, pom bensinnya sih deket sama rumah saya.

Sambil menunggu si driver datang, saya jongkok di balik koper mini asya sambil teteleponan sama si bebep. Nggak sampai dua menit, tiba-tiba si driver ojek datang.

"Ayo Mbak! Cepat Mbak! Ayo!" Ujar si Mas Driver.

Saya pun siap-siap membawa koper dan bawaan lainnya, juga menyudahi obrolan sama si Bebep di handphone. Ketika sedang mau mematikan handphone, saya sekilas melihat layar handphone saya yang berisikan salah satu aplikasi ojek online yang saya pakai. Terlihat di situ, kalau si driver ojek pesanana saya masih berjarak 7 menit dari lokasi saya sekarang.

Saya menatap si driver yang berada di depan saya. Dia memang tidak memakai atribut yang menunjukan dia adalah driver ojek online tertentu, tapi pakaiannya cukup rapi, motornya pun tampak seperti motor biasanya yang nyaman, maksudnya bukan motor dengan knalpot bising, modifikasi di beberapa bagian, atau sticker-sticker geng motor.

Saya nggak masalah dengan penggunaan atribut sih, saya sudah sering menggunakan jasa ojek online tanpa atribut ini-itu, ada kalanya jaketnya keujanan, helm-nya dipake sama istri-nya, dan berbagai alasan lainnya, but i'm very okay with it. Saya pun tidak merasa keberatan kalau jenis atau nomor polisi motor yang bersangkutan berbeda, selama si driver ngasih konfirmasi terlebih dahulu di dalam aplikasi chat. Namanya orang kan ya, ada aja masalah yang dihadapi, ban motor yang didaftarkan kempes, ditarik balik sama leasing, dan berbagai hal lainnya.

Saya melihat sekitar saya, takutnya driver ini salah angkut penumpang. Tapi kosong lho!

Saya mengerenyitkan dahi dan bertanya pada si driver, "atas nama siapa Masa pesanannya?"

"Ya Mbak lah! Mau dianterin ke depan kan?" Jawab si Mas Driver. Monmaap nih Mas, itu suara mulut apa knalpot, kok sama-sama nge-gas ya???

Saya nunjukin layar handphone saya ke si Mas Driver, "tapi driver saya masih 7 menit lagi sampai sini dan nomor polisi motornya beda sama Mas..."

Si Mas Driver itu pun langsung kabur dari hadapan saya.

Waduh, saya hampir diangkut.

Driver ojek pesanan saya pun datang, kali ini dia memakai atribut dan nomor polisinya sesuai. Saya menceritakan kejadian hampir diangkutnya saya oleh driver ojek online abal-abal. Si driver 'asli' ini cerita kejadian yang nggak kalah horrornya.

Tiga hari yang lalu, terjadi penjambretan perempuan di motor di deket rumah saya, mungkin jarak penjambretan sama rumah saya itu cuma sekitar 300 meter. Sekitar jam setengah enam pagi si perempuan mau berangkat kerja. Dia menggunakan motor untuk berangkat ke Stasiun Cilebut, namun tiba-tiba saja ada motor dari belakang yang menarik tas si mbak-nya. Sayangnya tas itu menempel cukup erat di dada si Mbak-nya, jadi ketika tas tersebut ditarik, maka si Mbak-nya ikut jatuh dari motor dan hal pertama yang membentur aspal adalah kepala si Mbak ini, yang kebetulan tidak menggunakan helm, dan si Mbak ini meninggal seketika di tempat kejadian.

Semoga amal dan ibadah si Mbak diterima di sisi-Nya ya. Dan buat teman-teman para pengguna ojek online, boleh juga lho lebih waspada.