Jadi, saya ada acara yang pagi-pagi itu harus udah cuco meong dandelion. Jam lima pagi saya janjian sama Mbak-mbak salon buat divermak, ya Allah muka ku berasa kaya celana Lepis. Lepis legit, ehe!
Kala itu langit masih gelap, tapi jalanan sudah lumayan ramai dengan lalu lalangnya mobil angkutan umum dan beberapa orang yang sedang berolah raga. Oh iya, kejadian ini terjadi sebelum virus outbreak ya.
Saya membawa koper kecil berisikan baju yang akan dipakai beserta alat make up ditambah tote bag berisikan dompet, beberapa buku bacaan ringan, dan barang-barang penting lainnya.
Sesaat setelah mendapatkan notifikasi bahwa driver ojek online saya sudah mulai mendekat ke titik penjemputan. Saya bersiap diri menunggu di depan rumah. Si driver ojek meminta saya untuk menunggu lebih lama sedikit karena dia mau mengisi bensin dulu, pom bensinnya sih deket sama rumah saya.
Sambil menunggu si driver datang, saya jongkok di balik koper mini asya sambil teteleponan sama si bebep. Nggak sampai dua menit, tiba-tiba si driver ojek datang.
"Ayo Mbak! Cepat Mbak! Ayo!" Ujar si Mas Driver.
Saya pun siap-siap membawa koper dan bawaan lainnya, juga menyudahi obrolan sama si Bebep di handphone. Ketika sedang mau mematikan handphone, saya sekilas melihat layar handphone saya yang berisikan salah satu aplikasi ojek online yang saya pakai. Terlihat di situ, kalau si driver ojek pesanana saya masih berjarak 7 menit dari lokasi saya sekarang.
Saya menatap si driver yang berada di depan saya. Dia memang tidak memakai atribut yang menunjukan dia adalah driver ojek online tertentu, tapi pakaiannya cukup rapi, motornya pun tampak seperti motor biasanya yang nyaman, maksudnya bukan motor dengan knalpot bising, modifikasi di beberapa bagian, atau sticker-sticker geng motor.
Saya nggak masalah dengan penggunaan atribut sih, saya sudah sering menggunakan jasa ojek online tanpa atribut ini-itu, ada kalanya jaketnya keujanan, helm-nya dipake sama istri-nya, dan berbagai alasan lainnya, but i'm very okay with it. Saya pun tidak merasa keberatan kalau jenis atau nomor polisi motor yang bersangkutan berbeda, selama si driver ngasih konfirmasi terlebih dahulu di dalam aplikasi chat. Namanya orang kan ya, ada aja masalah yang dihadapi, ban motor yang didaftarkan kempes, ditarik balik sama leasing, dan berbagai hal lainnya.
Saya melihat sekitar saya, takutnya driver ini salah angkut penumpang. Tapi kosong lho!
Saya mengerenyitkan dahi dan bertanya pada si driver, "atas nama siapa Masa pesanannya?"
"Ya Mbak lah! Mau dianterin ke depan kan?" Jawab si Mas Driver. Monmaap nih Mas, itu suara mulut apa knalpot, kok sama-sama nge-gas ya???
Saya nunjukin layar handphone saya ke si Mas Driver, "tapi driver saya masih 7 menit lagi sampai sini dan nomor polisi motornya beda sama Mas..."
Si Mas Driver itu pun langsung kabur dari hadapan saya.
Waduh, saya hampir diangkut.
Driver ojek pesanan saya pun datang, kali ini dia memakai atribut dan nomor polisinya sesuai. Saya menceritakan kejadian hampir diangkutnya saya oleh driver ojek online abal-abal. Si driver 'asli' ini cerita kejadian yang nggak kalah horrornya.
Tiga hari yang lalu, terjadi penjambretan perempuan di motor di deket rumah saya, mungkin jarak penjambretan sama rumah saya itu cuma sekitar 300 meter. Sekitar jam setengah enam pagi si perempuan mau berangkat kerja. Dia menggunakan motor untuk berangkat ke Stasiun Cilebut, namun tiba-tiba saja ada motor dari belakang yang menarik tas si mbak-nya. Sayangnya tas itu menempel cukup erat di dada si Mbak-nya, jadi ketika tas tersebut ditarik, maka si Mbak-nya ikut jatuh dari motor dan hal pertama yang membentur aspal adalah kepala si Mbak ini, yang kebetulan tidak menggunakan helm, dan si Mbak ini meninggal seketika di tempat kejadian.
Semoga amal dan ibadah si Mbak diterima di sisi-Nya ya. Dan buat teman-teman para pengguna ojek online, boleh juga lho lebih waspada.
Kala itu langit masih gelap, tapi jalanan sudah lumayan ramai dengan lalu lalangnya mobil angkutan umum dan beberapa orang yang sedang berolah raga. Oh iya, kejadian ini terjadi sebelum virus outbreak ya.
Saya membawa koper kecil berisikan baju yang akan dipakai beserta alat make up ditambah tote bag berisikan dompet, beberapa buku bacaan ringan, dan barang-barang penting lainnya.
Sesaat setelah mendapatkan notifikasi bahwa driver ojek online saya sudah mulai mendekat ke titik penjemputan. Saya bersiap diri menunggu di depan rumah. Si driver ojek meminta saya untuk menunggu lebih lama sedikit karena dia mau mengisi bensin dulu, pom bensinnya sih deket sama rumah saya.
Sambil menunggu si driver datang, saya jongkok di balik koper mini asya sambil teteleponan sama si bebep. Nggak sampai dua menit, tiba-tiba si driver ojek datang.
"Ayo Mbak! Cepat Mbak! Ayo!" Ujar si Mas Driver.
Saya pun siap-siap membawa koper dan bawaan lainnya, juga menyudahi obrolan sama si Bebep di handphone. Ketika sedang mau mematikan handphone, saya sekilas melihat layar handphone saya yang berisikan salah satu aplikasi ojek online yang saya pakai. Terlihat di situ, kalau si driver ojek pesanana saya masih berjarak 7 menit dari lokasi saya sekarang.
Saya menatap si driver yang berada di depan saya. Dia memang tidak memakai atribut yang menunjukan dia adalah driver ojek online tertentu, tapi pakaiannya cukup rapi, motornya pun tampak seperti motor biasanya yang nyaman, maksudnya bukan motor dengan knalpot bising, modifikasi di beberapa bagian, atau sticker-sticker geng motor.
Saya nggak masalah dengan penggunaan atribut sih, saya sudah sering menggunakan jasa ojek online tanpa atribut ini-itu, ada kalanya jaketnya keujanan, helm-nya dipake sama istri-nya, dan berbagai alasan lainnya, but i'm very okay with it. Saya pun tidak merasa keberatan kalau jenis atau nomor polisi motor yang bersangkutan berbeda, selama si driver ngasih konfirmasi terlebih dahulu di dalam aplikasi chat. Namanya orang kan ya, ada aja masalah yang dihadapi, ban motor yang didaftarkan kempes, ditarik balik sama leasing, dan berbagai hal lainnya.
Saya melihat sekitar saya, takutnya driver ini salah angkut penumpang. Tapi kosong lho!
Saya mengerenyitkan dahi dan bertanya pada si driver, "atas nama siapa Masa pesanannya?"
"Ya Mbak lah! Mau dianterin ke depan kan?" Jawab si Mas Driver. Monmaap nih Mas, itu suara mulut apa knalpot, kok sama-sama nge-gas ya???
Saya nunjukin layar handphone saya ke si Mas Driver, "tapi driver saya masih 7 menit lagi sampai sini dan nomor polisi motornya beda sama Mas..."
Si Mas Driver itu pun langsung kabur dari hadapan saya.
Waduh, saya hampir diangkut.
Driver ojek pesanan saya pun datang, kali ini dia memakai atribut dan nomor polisinya sesuai. Saya menceritakan kejadian hampir diangkutnya saya oleh driver ojek online abal-abal. Si driver 'asli' ini cerita kejadian yang nggak kalah horrornya.
Tiga hari yang lalu, terjadi penjambretan perempuan di motor di deket rumah saya, mungkin jarak penjambretan sama rumah saya itu cuma sekitar 300 meter. Sekitar jam setengah enam pagi si perempuan mau berangkat kerja. Dia menggunakan motor untuk berangkat ke Stasiun Cilebut, namun tiba-tiba saja ada motor dari belakang yang menarik tas si mbak-nya. Sayangnya tas itu menempel cukup erat di dada si Mbak-nya, jadi ketika tas tersebut ditarik, maka si Mbak-nya ikut jatuh dari motor dan hal pertama yang membentur aspal adalah kepala si Mbak ini, yang kebetulan tidak menggunakan helm, dan si Mbak ini meninggal seketika di tempat kejadian.
Semoga amal dan ibadah si Mbak diterima di sisi-Nya ya. Dan buat teman-teman para pengguna ojek online, boleh juga lho lebih waspada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar