Jumat, 28 Mei 2010

(t)RIBUT(e) to APWG.

Iiiih tidak tahan rasanya untuk tidak menulis blog ini, maklum blog ini merupakan media satu-satunya yang saya jadikan sebagai pelarian untuk menggunakan bahasa indonesia selancar-lancarnya. Saya sudah jarang bertemu dengan teman-teman mahasiswa indonesia lainnya lagi, masing-masing dari kami sudah sibuk dengan dunianya masing-masing. Mbak Ceci dan Mbak Heni masih paciweuh sama kuliahnya, Riri sama kegiatan lab-nya, Masto sama euphoria jalan-jalan ke Austria-nya, Harry dengan training kerja-nya, dan saya dengan ujian-ujian yang numpuk kaya kotoran sapi!

Setelah agak bosan melakukan blog-walking, sekarang saya lagi suka buka myspace dan official website dari band-band Indonesia. And…..Sampailah saya pada artikel yang satu entuh.

Saya baru saja membaca tentang fenomena sebuah band indie Indonesia yang ngggg…gimana ya, di lain sisi, saya kepingin minjemin jepitan rambut buat poni kepanjangan sang gitaris yang tampaknya agak mengganggu permainannya tapi juga saya salut dengan ketahanan beliau sebagai pentolan sebuah band yang paling sering dicaci.

Well, siapa sih yang nggak kenal sama Pee Wee Gaskins??? Jawabannya adalah: Saya. Hehehehe. Nih, yang buat senasib dan seperjuangan sama saya, mari kita luangkan waktu selama 3 menit 29 detik untuk sedikit mengenal mereka.




Ucapan "telat banget sih lu Pe, hari gini baru ngebahas Pee Wee Gaskins?!?!?!?!" saya terima dengan lapang dada Julia Perez. Sebenernya saya sudah mengetahui keberadaan band ini semenjak tahun 2008 ketika saya baru saja lulus kuliah di Bandung kemudian saya harus kembali merasakan hempasan angin si kota yang memiliki luas daratan sekitar 660 km2 dan dengan jumlah penduduk mencapai 13 juta di siang hari. Saya mulai meraba-raba aliran musik yang saya harus saya masukan ke dalam ipod si hejo untuk menemani saya dalam perjalanan mencari pria-pria tampan jati diri. Tapi, saya sama sekali tidak tertarik untuk mendengarkan mereka, karena saya selalu merasa risih duluan ngeliat ya itu……poninya si gitaris.

Selama 4-5 tahun tinggal di Bandung, kuping saya kebanyakan dicecoki dengan lagu-lagu bang Erlend Oye, sekalipun ada band indonesia, kebanyakan mereka semua adalah band-band indie Bandung yang pertunjukan gratisnya sering saya tonton di acara beberapa kampus. Pengetahuan saya tentang scene indie music di Jakarta saat itu sangat kurang sekali. Saya cuma tau band-band besutan para mahasiswa IKJ seperti, The Adams, White Shoes and The Couples Company, dan The Upstairs (sebelum masuk major label).

Malah kalau ditelaah lagi, kebanyakan dari musik yang dipasang di lepi saya waktu saya masih tinggal di Bandung adalah lagu-lagu hasil dari rekaman-rekaman teman-teman saya di kamar kosan mereka masing-masing, dari yang suaranya kaya Tante Sarah Brightman sampai yang serak-serak banjir mirip Mbak Syaharani (bukan Syahrini yang lagi deket dengan duda nya salah satu diva indonesia, yang selalu bikin saya pengen nyari ketombe di kepala Obama dengan ucapan-ucapannya sebagai juri di acara Indonesian idol 2010, itu ya!) lengkap saya punya, namun jangan salahkan kualitas audio file yang saya punya, karena terkadang ketika saya sedang mendengarkan permainan musik teman-teman saya tersebut dari earphone ipod, terdengar samar-samar suara adzan sebagai latarnya.

"Maklum Pe, ngerekamnya di kosan si Gugun yang sebelahan langsung sama mushola…" ujar Awang, salah seorang teman saya yang bercita-cita bisa merebonding rambut Ahamd Albar, sebelum jamming bareng beliau.

Owkeh, balik lagi ke masalah si band yang menjuluki para fans-nya dengan sebutan Party Dorks. Jujur nih ya, tipe musik yang mereka mainkan itu bukan tipe musik yang bakal sering masuk recently played di i tunes list saya (langsung pengen nyanyi: "mauuuuu dibaaaaaa~wa ke mana hubungan kitaaaaaaaa…...") Tapi, nggak ada salahnya kan, kalau saya mau mendengarkan lagu-lagu dari sebuah band, dikarenakan lebih kepada sejarah terbentuk sampai dia berdiri sampai sekarang ini, daripada skill mereka memainkan alat musiknya sendiri.

Saya nggak mau membahas tentang siapa itu Pee Wee Gaskins dengan segala tetek Julia Perez bengeknya. Saya yakin, situs google.com lebih mumpuni dalam hal itu. Saya cuma lagi kepingin menuliskan rasa kagum pada kekuatan tahan-banting dari band yang ter-influence sebuah band asal Amerika Serikat, Hellogoodbye, ini. Sudah bukan rahasia umum lagi, kalau Pee Wee Gaskins memiliki anti-fans yang nggak kalah garang sama anti fans-nya SNSD, a korean girl band yang menjadikan kaki jenjang para personilnya sebagai modal utama. Malah menurut saya, nggak ada satu band indonesia saat ini, di mana fans dan anti-fans nya memiliki kedudukan sama kuat di dalam scene penggemar musik tanah air. Yaaaa, saya akui saya kurang suka dengan Wali band, tapi tak pernah terbersit sedikit pun di dalam pikiran saya untuk membentuk sebuah komunitas bernama Anti Wali Band, di mana saya akan mengencingi para penggemar Wali Band setelah mereka menonton konser band pujaan mereka itu. Nggak pernah! Dan nggak akan pernah!

Namun berbeda dengan APWG, kependekan dari Anti Pee Wee Gaskins, mereka dengan….kalau kata Alm. Meggy Z mah, teganya, teganya, teganya…"mengganggu" para Party Dorks yang baru aja pulang mantengin si Dochi dkk. Kenapa saya memberi tanda petik dalam kata mengganggu di situ??? Saya juga sering diganggu kok sama Pahri si Hitam, Ahli Nujum Madam Futrih, Om Yogs si Galau, Orang Bojong Gede yang Ngefans Berat Sama Kang Indra Brugman, dan masih banyak lagi. Tapi mereka tidak pernah mengganggu saya dengan cara melempar batu, ngerusak kaca mobil, atau menodongkan pisau, seperti yang dilakukan APWG terhadap beberapa Party dorks.

Gilaaaaaaaaaaaak! Kalau saya jadi salah seorang tim manager Pee Wee Gaskins, saya udah kencing sambil sikap lilin kali ya???? Kadang-kadang saya suka mikir, apa jangan-jangan member APWG itu juga punya side job jadi anggota FPI???

Ya, emang nggak salah sih dengan memiliki rasa tidak suka terhadap sesuatu hal. Saya punya hak untuk membuat facebook group "1.000.000 facebook-ers mendukung Rizal 'Armada' membuka ikat kepalanya" tapi apakah saya punya niat untuk menyembunyikan silet dibalik ikat kepala si Rizal 'Armada' agar keningnya terluka dan dia emoh pake ikat kepala lagi???

Salah satu petisi APWG yang terkenal adalah agar Pee Wee Gaskins bubar. Lah yang bikin saya bingung adalah, terus kalau Pee Wee Gaskins bubar apakah dunia musik Indonesia akan menjadi lebih baik? Kalau Pee Wee Gaskins bubar, APWG jadi nggak ada kerjaan dong??? Hehehehe.

Kalau emang nggak suka sama Pee Wee Gaskins, ya nggak usah dengerin lagunya, nggak usah nge-download mp3-nya, nggak usah beli CD/cassette-nnya, nggak usah dateng ke concert-nya, nggak usah lah nge-googling berita-berita terlawas dari mereka dan nggak usah ngeganggu para party dorks juga. Cukup duduk dengan baik di kamar masing-masing, pasang lagu Peterpan, Godbless, Club 8, The Ramones, D'bagindaz, atau lagu apapun itu yang sedang kamu gemari. Buat yang menggangap bir itu sama seperti teh manis, ya silahkan diteguk segelas jack daniels-nya, buat yang masih suka keinget sama dosa, ya mari kita mabok duren bersama saja. Yang pasti, hidup itu harus santai kaya di pantai, slow kaya di pulooow, asik kaya di Tasik!



Tulisan ini dibuat oleh: Pemerkarsa Gerakan Cebok Bersih.

6 komentar:

  1. peaaa... makasi udah menginspirasi SNSD nya hahahha

    BalasHapus
  2. hahahahahahahahahaha, keren abis ya tulisan gue, ngebahas Pee Wee Gaskins tapi intisarinya SNSD, sokil lu gob :)

    BalasHapus
  3. iye dah pokoknya gotskil abis ^^

    BalasHapus
  4. hei,. suka nih dgan tulisan yg ini,.
    bener tu,. kalo nggak suka, dan ngasi ultimatum buat di bubarin, ntar mereka yg rugi dong jadi nggak ada kerjaan,.


    ps: sdikit dapet inspirasi buat ngedit blog gue, makaseee :)

    BalasHapus
  5. babah ashiong: waaaah gue baru baca komen lu yg ini, huahahahaha! telaaat abees gue!

    ChintyaFristy_ca: aduh namanya susah banget nih, apalagi buat saya yg lidah sunda, ada huruf 'ep'-nya sih…hueehehehe, sama2 :)

    BalasHapus
  6. Persetan Dengan Pee Wee Gaskins

    BalasHapus