The next important thing is: Permesso di soggiorno.
Itu bukan sejenis pasta, roti, ataupun keju, tapi kalau boleh dibilang seperti KTP-nya para Warga Negara Asing (WNA) di Italia atau bahasa inggris-nya adalah stay permit. Kamu wajib memiliki permesso di soggiorno, jika kamu akan tinggal di Italy lebih dari 90 hari. Permesso di soggiorno ini juga dapat dijadikan sebagai kartu identitas pengganti visa schegen.
Permesso di soggiorno juga banyak jenisnya, di antaranya;
1. Permesso di soggiorno per coesione familiare, mirip kaya kartu keluarga bagi WNA yang tinggal di Italia.
2. Permesso di soggiorno per lavore, kartu izin tinggal untuk WNA yang bekerja di bawah perusahaan tertentu di Italia.
3. Permesso di soggiorno per lavoro autonomo, ini buat para wirausahawan-wirausahawati yang memiliki usaha sendiri di Italia.
4, Permesso di soggiorno per turismo, ya dari namanya aja udah ketahuan ini buat para turis.
5. Permesso di soggiorno per studio, jenis ini yang saya punya.
6. Permesso di soggiorno per ricongiungimento, sedangkan yang ini untuk kamu yang demen memperbaiki keturunan dengan cara menikahi para pria bule Italia.
7. Permesso di soggiorno per dimora, tipe ini buat orang-orang kaya yang punya tempat tinggal/rumah/vila mewah di Italia tanpa melakukan apapun, hanya berleha-leha, memandangi indahnya wanita Italia dan romantisnya para lelaki Italia.
Banyak orang bilang, kalau Italia itu 'Indonesia'-nya Eropa. Yaaaaaaa, kamu nggak bakal nemuin ada yang jual cilok di sepanjang trotoar di Roma juga sih. Tapi, kalau masalah birokasi, Italia itu nggak jauh bejatnya sama pemerintah Indonesia. Lama, ribet, dan ngaret. Apalagi bagi kamu yang pernah merasakan birokasi ala Jerman yang serba cepat dan tepat waktu, kamu bakal sering mengutuk tentang kelemahan dari negara Italia yang satu ini. Seharusnya permesso di soggiorno itu bisa selesai dalam waktu tidak lebih dari 1-2 minggu, tapi apa daya, karena saya ngurusin sendiri dan ini merupakan pengalaman pertama, ya jadi saya membutuhkan waktu kurang lebih 2 bulan untuk mendapatkan permesso di soggiorno ini.
Kamu bisa apply permesso di soggiorno di kantor polisi pusat dari regione kamu atau cabangnya (lebih dikenal dengan sebutan: Questura, dibacanya: Kuwestura), yang kantornya ada di setiap universitas. Tapi kekurangan dari apply di Questura universitas adalah jam operasionalnya yang nggak banget, contohnya di universitas saya, di mana Questura hanya buka setiap hari Selasa dari jam 9.00-12.30, belum di itung jam ngaret pas si petugasnya dateng, and it was only one person on duty to handle around 750 international students. Beuuuuuuuu, suka bikin migrain kepala tiba-tiba déh kalau mau ngurus permesso di soggiorno. Sebenarnya saya bisa apply langsung di kantor polisi pusatnya, tapi jaraknya jauh bangeeeeet dari tempat tinggal saya sekarang.
Oh ya, dokumen-dokumen yang dibutuhkan nggak jauh berbeda seperti ketika kamu mau apply visa schegen, cuman semuanya berupa foto copy-an. Well, ini sedikit tips dari Viera si pelajar Italia yang KERE-aktif. Karena biaya foto copy di sini itu mahal, sekitar 0,05 euro (600 perak) per lembarnya, sebaiknya semenjak dari Indonesia kamu stock foto copy dokumen-dokumen penting kamu minimal 5 copy-an lah.
Sebagai contohnya adalah, ketika saya harus mem-foto copy seluruh lembar passport saya yang sebanyak 48 lembar itu. Di Indonesia saya hanya akan mengeluarkan sekitar 4000 perak, nah di sini bisa membengkak sampai 28800 perak (sekitar 2,5 euro)! Cuh! Dasar orang Eropa kaya raya! (Padahal kita tau ya, kalau bank-bank di Eropa sekarang sedang mengalami ke-pailit-an tingkat tinggi.)
Well, sekiranya sebegitu dulu, cia ciao!
Eh, posting-an saya itu jangan dijadikan patokan ya, soalnya semuanya based on my own experience and opinion lah, tapi setiap orang pasti punya pendapat berbeda-beda. Jadi, seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, tema dari posting-posting-an saya yang seperti ini tuh: hanya berbagi pengalaman aja :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar