Antara suara John Mayer dan selembar 100 ribu-an.

Kukuruyuuuk petok-petok! Selamat pagi! Kemarin saya sedang mengalami keterpurukan sejati, maklum tampaknya hobby saya untuk koleksi berlian 24 karatan sudah tidak dapat terealisasi lagi. Koleksi mobil ferrari saya harus dilelang, dan saham saya di wallstreet harus dijual murah meriah kepada Oom Donald Trump. Okai-tokai, cukup sudah menghayalnya, mari kita berpijak kembali ke bumi!

Sudah satu tahun ini saya selalu mengeluh, mengeluh, dah mengeluh. Entah sudah berapa teman yang merasa muak dengan berbagai macam tipe keluhan saya. Mulai dari masalah akademik, di mana entah mengapa, tanpa belajar, saya selalu menjadi ranking satu. Lalu masalah keluarga, di mana hobi saya yang suka bakar-bakar ban di depan musholla selalu didukung orang tua. Kemudian masalah ekonomi, saya suka dipukulin pake batu kalai, kalau uang jajan saya yang 7 juta se hari itu nggak bisa saya habiskan. Belum lagi, masalah kecantikan muka saya yang tiada tara ini, semua pria memujaku dan semua wanita membenciku. Ngggg, kayanya jatah satu paragraf itu nggak cukup untuk khayalan tingkat tingginya Teteh Pierah déh!

Baiklah, cukup sudah! Saya selalu mengeluh dengan segala kejadian yang terjadi di umur saya yang 22 tahun ini! Semua teman saya tampak sudah kelu lidahnya untuk memberikan nasehat pada saya. Maklum hobby saya adalah men-story telling-kan curhatan saya. Misalnya kegiatan curhat yang baru saja saya lakukan kepada Ontjom si Tukang Iri Hati,

"Wahai Ontjom si Tukang Iri Hati, kenapa ya hidupku selalu penuh dengan rasa gundah gulana melanda??? Kenapa ya aku nggak bisa ngerasain hidup bahagia sekali aja??? Aku tuh suka merasa sunyi, sepi, sendiri, di istana ini. Para hulu balang itu selalu memberikan aku beban berat. Para dayang itu hanya dapat tersenyum getir melihat keterpurukanku. Permaisuri dan Baginda Raja, hanya bisa tertawa terbahak melihatku yang sedang menangis sembunyi-sembunyi. Aaah Ontjom si Tukang Iri Hati, rasanya ingin aku pergi ke kerajaan langit lalu bertempur dengan siluman lipan dibantu oleh si Pat Kay dan biksu Tong Sam Cong, aku ingin pergi ke barat mengambil kitab suci…dst, dst."

Lalu Ontjom si Tukang Iri Hati pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sambil minum pil koplo lalu pergi ke diskotek terdekat! Mabuk-mabukan dan bermain petak umpet bersama para lelaki muda tampan nan kaya raya itu! Cih!

Well, mulut saya boleh penuh dengan keluhan, tapi otak saya juga terus berpikir. Yaaaa, saya emang terkenal akan ke-cengeng-annya. Sampai sekarang, saya masih tuh nangis termehek-mehek abis nonton film A Walk to Remember-nya Mandy Moore. Baru ngeliat seekor kucing yang kakinya kejepit pintu, saya menangis tersedu. Ketika mendapatkan nilai jelek pada ujian sebuah mata kuliah, ingin rasanya bunuh diri. Aaaaargh, pokoknya saya itu orangnya gampang mewek banget déh! Entah sudah berapa liter ingus yang diproduksi oleh hidung saya yang mancung ke dalem ini….

Pada akhirnya saya sadar kalau saya harus merasakan kesedihan-kesedihan di umur 22 tahun, sebelum saya bisa merasakan kesenangan-kesenangan di umur 23 tahun.

Siiigh~ Padahal di wish list yang sudah saya buat dari zaman SMP, saya selalu bercita-cita bahwa di umur 23 di tanggal 23 Januari, saya harus sudah bisa ke kutub utara! Eh 23 Januari itu hari ulang tahun saya, ingetin tuh ya buat teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!), kalian semua harus ngasih kado ke saya! Ini mah saran saya ya, gimana kalau kalian buat gerakan 1 juta koin membelikan tiket Roma-Jakarta PP untuk Teteh Pierah??? Ide yang sangat menarik bukan??? Menarik untuk…...TIDAK DILAKSANAKAN!!!!! Hehehehehe.

Seperti biasa di masa-masa gundah gulana melanda, lagu-lagu Kang John Mayer dan shalat istikharah are the best medicines ever! Menangis ditemani suara serak-serak basah Kang John Mayer dilanjuti menangis di hadapan-Nya then you'll be ready to face the world :)





Entah kenapa saya suka sedih nih akhir-akhir ini. Mikirin hubungan antara Russia dan European Union yang tak kunjung membaik, ahahahahaha! Bo-ong abeeees! Biasalah yang namanya perempewi di awal umur 20-an dengan segudang imajinasi-nya, setumpuk cita-cita-nya, sejibun keinginannya, namun yang dia miliki cuma body ukuran 154 cm dan timbunan lemak di pipi dan kantung mata yang semakin menjadi. Aaaaargh kapan ya isi otak saya bisa melebihi isi pipi saya???

Temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) tau kan kalau saya ini adalah tipikal wanita yang mudah iri hati dengki kepada sesama. Kayanya tuh empet banget aja kalau ada temen yang lebih sukses dari saya. Ahahahaha! Kalian boleh bilang kalau saya bukan orang yang pandai bersyukur tapi saya adalah orang yang jujur….

Kemaren saya nangis habis-habisan lagi. Mulai berkeluh kesah dengan diri sendiri. Kenapa sih gaji si itu bisa di atas 25 juta per bulan? Kenapa sih si ini bisa nikah di Honolulu? Kenapa sih si itu nilainya bisa A semua??? Why oh why? Waaaaiiiii??? Kapan giliran gue???? Kapaaaaan???? Nangis di pojokan di depan layar laptop yang tak pernah padam memunculkan situs google translate??? Suara John Mayer yang terus keluar dari speaker, berusaha menyembunyikan isakan tangis seorang Viera. Aaaaaaargh! Terkadang saya suka mikir, apakah Dik Justin Bibier yang bergelimangan harta, dipuncak tahta, dan digilai wanita, pernah merasakan apa yang dirasakan seorang Viera??? Apakah Dik Justin Bibier pernah buka google translate ya???

Siiiigh….Pada akhirnya saya cuma bisa inget cerita si Papap.

Di sore hari yang cerah dengan warna langit yang kian memerah. Saya bergelayutan di ketek si Papap, seperti biasa beliau sedang bersiap-siap. Entah untuk apa, saya tidak pernah bertanya apa yang akan beliau lakukan, karena saya selalu yakin apapun itu, dia lakukan untuk sebuah kebahagian yang akan diciptakan.

"Pap minta duiiiiittttttt…." ujar saya manja.

"Buat apa?" tanya beliau sambil melipat koran yang baru dibacanya lalu menyimpannya di sebelah al-quran.

"Beliiiii siomaaaaay….Aku laper. Si Mamam belum pulang." Jawab saya pelan, maklum perut udah mulai maen gamelan, kelaperan.

Si Papap pun mengambil selembar 100ribu-an dari dompetnya yang tampak sudah lusuh namun tetap memasang foto seorang gadis kecil yang sedang tersenyum kisruh. Itu….Saya. Waaaah, saya bisa juga ya punya wajah kaya gitu??? Jangan-jangan wajah saya yang sekarang (long live kantong mata!!!) adalah hasil operasi plastik yang dilakukan secara diam-diam di saat saya sedang tertidur terlelap???? Atulah makin tua teh harusnya saya makin seksi!!!!!

Baru saja saya mau menyabet duit berwarna merah bergambar presiden dan wapres pertama NKRI itu, si Papap buru-buru mengkucel-kucel, melempar ke bawah, menginjak-injak tuh wajah Soekarno. Waaah kalau pendukung Soekarno liat, bisa mampus nih si Papap!

"Kamu masih mau uang ini?" Tanya si Papap lagi. Beliau mengambil uang yang udah super duper lecek itu.

Berhubung hasrat ingin makan siomay ini sudah tidak tertahankan lagi maka saya pun menganggukan kepala berkali-kali. Dan hell yeah, it was 100 ribuuuuuuuuuuu perak ma men! Saya bisa mabok siomay nih!

Tinggal sejengkal lagi duit dengan warna dominasi warna merah muda itu sampai di gengaman saya dan……..Si Papap kembali menggenggamnya lalu menginjaknya kembali!

Aiiiiiih si Papaaaaap! Kunaon sih??? Pasti beliau lagi kesurupan arwah siluman kerbau lagi!

"Kamu beneran masih mau uang ini???" Tanya si Papap kembali.

"Ciyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat!" Bermodal pernah latihan ilmu kung fu di perguruan bu thong bareng si Bibi Lung, dengan cekatan saya langsung mengambil uang 100ribu itu! HAP! Langsung saya sergap! Kayanya si Papap baru tau kalau anaknya mata duit-an!

Si Papap pun tertawa terbahak-bahak, "kamu harus kaya selembar 100ribu-an tadi ya. Sudah berapa kali pun diinjek dan lecek, tapi tetep punya value. Karena pada intinya, cuma value yang bisa dipakai. Sebagus apapun tampilan kamu, tapi kalau nilai kamu cuma 1000 rupiah, kamu bakal kalah sama orang tampilannya jauh di bawah kamu tapi punya value 100 ribu rupiah."

Aaaaah si Papap mau ngasih duit buat beli siomay aja susah amat sih!

Namun di saat terpuruk seperti ini, cerita tentang leceknya uang 100 ribu itu jauh lebih menarik dari rasa siomay di mana pun.