Sabtu, 18 Desember 2010

3 perempuan.

Tiga perempuan.

Tiga perempuan biasa……Biasa makan goreng terigu pake cabe rawit, biasa mabok siomay, dan biasa stalkerin fb orang.

Kami bukan new generation dari AB three. Karena ketika kami bersiul saja sudah membuat banyak orang menangis terharu…..Lalu langsung buru-buru menyuruh kami minum segelas jus brotowali.

Saya sudah berteman lama dengan dua gadis ini. Di mana salah satunya sudah dapat dipastikan tidak gadis lagi, dengan cara halal tentunya. Nah, yang satu lagi, agak diragukan kegadisannya, hmmm, bahkan saya juga ragu dia manusia atau bukan??? Karena dia sering menyebut dirinya sebagai jelmaan siluman biawak.

Teteh Piera. Nyonya Helhah. Ontjom si Tukang Iri Hati.

Apa yang dilakukan ketika tiga perempuan berkumpul??? Bergossip??? Ya, ya, ya, itu hal yang biasa kami lakukan ketika kami sedang menempuh pendidikan strata satu kami. Tapi, sekarang? Bergossip kami pun diselingi dengan kegiatan sharing pengalaman-pengalaman yang selama ini kami jalani setelah kami berpisah di acara wisuda dahulu.

Secara garis besar, kami pikir kami ini adalah contoh-contoh perempuan-perempuan di dalam genre twenty something dengan segala problematikanya. Ketika pertanyaan, "kapan lulus?", "kapan nikah?", dan "kapan punya anak?" mulai terdengar seperti, "kapan manusia bisa boker tanpa cebok?"

Ngerti pertanyaan "kapan manusia boker tanpa cebok" kan????? Bisa sih, tapi nggak sehat kalau dipaksakan.

Aaaaaaaargh! Ketika saya mulai merasa tidak nyaman dengan lingkungan pertemanan di kampus yang saling bersaing, ketika Ontjom si Tukang Iri Hati merasa temen-temen di kantornya terlalu mencari perhatian sang atasan, dan ketika Nyonya Helhah pun merasa jenuh dengan lingkungan sekitar yang sering menanyakan apakah dia sudah hamil atau belum.

Saya jadi inget perkataan Ria si Rajin, "semua orang yang berada dalam lingkungan yang sama itu adalah teman bersaing…." Yup, mereka itu temen kamu sekaligus saingan kamu. Mereka senang ketika ada di sekitar kamu, tapi tak jarang mereka akan senang juga ketika kamu merasa terpuruk.

Then ada beberapa hal yang saya pelajari dari situasi yang saya alami sekarang dan juga cerita-cerita pengalaman kedua teman saya tersebut, do not believe 100% of your friends. Satu-satunya yang bisa kamu percaya sepenuhnya itu cuma Tuhan. Sisanya???? Berubah-ubah sesuai kondisi dan waktu.

Yang menyatukan kami bertiga bukanlah kenyataan bahwa kami sudah berteman lebih dari 6 tahun atau tingkah laku kami yang saling mengasihi, bertenggang rasa, bergotong royong, (dan segala judul bab di dalam buku pelajaran PMP waktu SD!), tapi lebih kepada karena kami dalam situasi yang berbeda-beda saat ini. Sehingga kami tidak bersaing satu sama lain.

Saya bisa berkeluh banyak tentang setumpuk ujian dimana saya harus lulus sebelum waktu beasiswa habis pada Ontjom si Tukang Iri Hati, karena dia tidak merasakannya. Ontjom si Tukang Iri Hati bisa cerita tentang temen-temennya yang cari perhatian ke si bos pada Nyonya Helhah, karena Nyonya Helhah tidak merasakannya. Lalu, Nyonya Helhah bisa complaint tentang tekanan lingkungan yang menyuruhnya segera memiliki anak kepada saya, karena saya tidak merasakannya.

Jadi, saran Teteh Piera mah ya, kalau sedih, ceritanya jangan sama temen senasib sepenanggungan, karena segiman rupa juga, mereka punya hasrat saling bersaing sama kamu. Mereka akan sedikit senang ketika kamu terpuruk. Saya bukan mau ngomong kasar atau kaya gimana, but that's a life. Kalau mau dibuat lebih netral mah, semua manusia yang hidup ini bersaing untuk masuk surga, bukan? Kalau surga itu luas, buat apa Tuhan menciptakan neraka?

Mungkin ada yang beropini bahwa tulisan Teteh Piera ini terlalu rude (or sumthing like that, huh?), but hey, we talk about reality and reality bites! Orang baik itu bukan orang yang punya kelakuan bagai malaikat. Buat saya, orang baik itu adalah orang yang berani mengakui kejahatannya.

And as always, saya selalu berterima kasih kepada Tuhan, karena telah membuat saya, Ontjom si Tukang Iri Hati, dan Nyonya Helhah ditempatkan di kondisi yang berbeda, sehingga kami masih bisa berteman sampai sekarang. Nggak kebayang juga nih, kalau nanti saya masuk dunia kerja nine to five, apakah saya masih bisa berteman baik sama Ontjom si Tukang Iri Hati? Atau ketika saya menikah nanti, mungkinkah saya masih bisa berteman akrab dengan Nyonya Helhah?







Tararengkyuh buat Nyonya Helhah atas gambarnya yang sungguh menggambarkan kondisi kita-kita yang berwajah lugu namun demen nyium bau power glue ini.

Tunggu kisah selanjutnya di episode berikutnya, hihhihihihihi…...*Tertawa licik ala Tante Leli Sagita.

6 komentar:

  1. Jeung Pea~
    Ralat dong say~....
    gw bukan dapet tekanan dari keluarga, keluarga gw mah santai kayak di pantai~ *karena prinsip menyayangi, mereka ngerti dengan apa yang gw rasain*

    yang jahat itu teman2 yang tidak mengerti sayah *kalo temen deket sih udah ngerti, dengan prinsip yang sama kyk yg diatas*

    yang jahat itu temen kamuh itu~

    bukan, bukan si oncom... itu lho~ *bisik-bisik*

    BalasHapus
  2. huahahahahahah, sip Ga, udah gue ralat…si Oncom mah nggak jahat kaleeee, tapi JAHAT BANGET!!!!!

    BalasHapus
  3. Siaulll gua baru liat ni postingan!!!dan gua baru tau kalo kalian bergunjing-in gue!!haaahh dasar!!

    ralat ah feee gue kerja bukan nine to five tapi nine to nine..aaaahh..*cetar cetar..cambuk romusha

    tapi bener siah pe, ulah curhat sama temen2 satu lingkungan!!apalagi temen kerja..BUAHAYAAA!!cetar..cetar..

    BalasHapus
  4. yo-i dooong beibeeeeh, kan klo ama lu, gue mempergunjingkan si helhah, klo ama si helhah, gue mempergunjingkan elu, dan pastinya ketika lu bersama si Helhah, mempergunjingkan akyuuuuh….

    BalasHapus
  5. iih oncom~
    kami tidak mepergunjingkan dirimu~

    yang kami bicarakan adalah... itu... teman pea yang 4 tahun sejurusan (angkot meureun) sama diah~

    BalasHapus
  6. Si ontjom itu emang ada bakat jadi kenek angkot Ga….

    BalasHapus