Hai, hai, hai….Selamat bulan Desember!
Buat Lutpih si kembaran saya yang lebih jelek 40%, mungkin bukan hal baru kalau sudah sebulan ini, saya biasa pulang dari kampus jam 2 pagi. Secara saya itu anak g4vL abeeees, jam segitu tuh saya baru balik dugem…..DUduk GEMetar di perpustakaan atau kelas gara-gara terkena dinginnya terpaan udara winter Erofah. Semua itu saya lakukan demi mewujudkan visit Indonesia 2012 (dibaca: LULUS dan bisa balik ke Indonesia dengan membawa ijazah di genggaman tangan kanan dan duit 1 juta euro di tangan kiri, ALLAHUAKBAR!).
Nah biasanya kan jam 3 pagi itu saya pulang ditemani oleh…..Seekor anjing putih. Entah jelmaan roh halus atau roh kasar, tapi nih anjing gokil banget. Saya memberinya nama Suzzana (diambil dari nama aktris favorit saya sepanjang masa, alm. Suzanna). Jadi, di dalam perjalanan pulang beberapa saat yang lalu, saya pernah diganggu sama sekumpulan mahasiswa yang sedang mabok. Terus si Suzanna ngegongong-in tuh mabokers (tukang mabok, red). Dan dasar ya namanya juga orang mabok, si Suzanna malah diajak ngobrol duooooong! Ketika mereka sedang asyik bertukar pikiran sama si Suzanna, dengan suksesnya saya melarikan diri dan alhamdulillah sampai apartment dengan selamat.
Namun, tadi, ketika saya keluar dari kelas, si Suzanaa kok kagak ada ya? Well, ternyata di luar kelas saya lagi banyak mahasiswa. Kayanya si Suzanna phobia manusia (lah terus saya siapa?) Hmmmm, jam 2 pagi? Ada party di dalem kampus kah? Huwoooh dasar anak mudo Erofah. Di dalam perjalanan pulang, saya diharuskan lewat gedung sekretariat kampus. Then, (jeng-jeng-eng-ing-eng) there were plenty of students who stayed at those buildings.
Di antara students yang sedang bercokol di sana, saya bertemu dengan Eduardo, salah satu teman saya yang dapat berbicara bahasa italia dengan pelan dan tanpa gerakan tangan heboh-membabi-buta (as you know, Italians speak with their hand). Dia menjelaskan bahwa para mahasiswa ini sedang melakukan aksi protes kepada pihak kampus yang berencana akan melakukan privatisasi. Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi Italia yang tampaknya semakin terpuruk. Yang pada akhirnya menyebabkan tuition fee para mahasiswa akan naik gila-gilaan. Aksi demonstrasi ini sudah berlangsung selama seminggu terakhir. Mereka melakukan long march di siang hari dan mereka tinggal di gedung rektorat di malam hari.
Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa negara-negara Eropa sedang mengalami kesulitan ekonomi secara bertahap namun pasti. Tahun lalu, Yunani. Tahun ini, Irlandia. Dan Tahun depan? Guess what? Italia. Yup, it is. Untuk menanggulanginya, pemerintah Italia mulai memotong anggaran pendidikan yang tentu saja sangat merugikan bagi para european scholars.
Salah satu professor saya yang berasal dari Irlandia pernah berkeluh kesah, "bayangkan Viera, saat ini, di Irlandia, kamu bisa menemukan banyak pengemis di jalan, rumah-rumah kosong tidak berpenghuni, gedung-gedung yang belum selesai dibangun terlantar begitu saja, para orang tua kehilangan pekerjaan, para anak muda yang ber-imigrasi ke luar Irlandia hanya untuk menjadi pekerja di bar. Sungguh menyedihkan sekali keadaan ekonomi Irlandia saat ini…."
Ngggg, pengennya sih saya jawab, "Beuuuuuh, Bapak Professor, hayuuuuuuu Teteh Piera ajak ke simpang Dago. Semua yang bapak sebutkan tadi ada di sana. Lengkap! Malah plus-plus! Plus tukang soto, plus tukang cireng, plus tukang siomay….."
Tapi yang anehnya, dengan segala keterpurukan yang ada, Indonesia selalu menempati urutan pertama dalam indeks kebahagiaan yang dialami warga negaranya. "Tuh, Bapak Professor, mungkin saat ini, bukan saya yang harus belajar sama Bapak, tapi Bapak yang harus belajar sama saya…"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar