Terserah déh mau dibilang tidak menghormati sejarah atau apapun, tapi selama tinggal di Eropa, saya jarang banget pergi ke museum. Bukannya nggak mau, tapiiiii, harga tiket masuk museum di Eropa buat warga non-European Union itu suka bikin kantong saya kejang-kejang kaya Tante Poppy.
Ngggg, mungkin ini sistem marketing mentri kebudayaan negara-negara di Eropa kali ya??? Jadi mereka itu sengaja ngasih harga dua kali lipat dari harga biasanya untuk para turis non-European Union, namun bagi warga European Union (kumpulan 27 atau 18 negara di Eropa yang memiliki perjanjian secara politis atau ekonomi, Italia salah satunya) yang berumur di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun, biasanya mereka di gratisin gitu. Sebenernya saya suka sih sama sistem marketing seperti ini, sayangnya kondisi dompet saya sama sekali nggak suka sama sistem ini! "Sorry ya pet, ada saatnya nanti kamu bisa bangga memiliki tuan seperti yang mulia Teteh Piera…"
Tapi, as you know, Tuhan selalu menaungi orang-orang galau. Kekekeke. Lagi jalan-jalan di tengah derasnya hujan di Perugia, niat diri mau nyari tempat buat berteduh, eeeeeeeeeeeeeeh, saya malah masuk ke museum. Tadinya, saya kira nih museum cuma bangunan tua biasa, eh tak disangka tak dinyana itu adalah sebuah museum.
Yak, pasti aja ada nih di antara temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang berkomentar, "Iyuuuuuh, masa kagak nyadar sih kalau gedung seantik itu adalah salah satu cagar budaya sih????"
Mungkin kalau ada bangunan kaya gini berdiri dengan megahnya di tengah-tengah kabupaten Cibinong, bisa dipastikan kalau gedung tersebut adalah salah satu cagar budaya atau salah satu tempat syuting acara mistis kekinian. Tapi, di sindang, hampir semua gedung tua itu dilestarikan. Biasanya hanya interiornya aje yang diobrak-abrik, sedangkan eksteriornya dibiarkan seperti dahulu kala. Jadi, ya selama jalan-jalan di Perugia, kiri-kanan saya banyak yang sejenis, bangunan tua semua.
Bahkan jurusan arsitektur di Italia itu lebih memrioritaskan para mahasiswanya untuk belajar sistem restorasi bangunan-bangunan bersejarah. Selama tinggal di Italia, saya juga masih sering terkaget-kaget, kalau nemu gedung-gedung bekas gereja tua, eh taunya pas masuk, ada supermarket merk ternama. Ya, ya, ya, tiap orang punya cara tersendiri untuk menghormati sejarah bangsanya masing-masing :)
Hmmmm, sebelum masuk, tentu saja saya disambut oleh loket karcis yang…….Kosong. Wooooot~ Kosoooong! Nggak ada orangnya! Kyaaaaaaaaaaaa~ Kyaaaaaaaaaa~ Tentu saja otak-pedit-padahal-irit yang mulia Teteh Piera langsung bekerja dengan baik dalam situasi seperti ini.
Yo-i ma men, yang mulia Teteh Piera masuk gitu aja ke dalam tuh museum tanpa bayar sama sekali! Kekekekeke! Sorry ya pemerintahan yurop, salah sendiri ngasih harga tiket kemahalan! Kikikikikiki! Ah tapi kayanya kehilangan beberapa euro dari cadangan devisa negara yang berjuta-juta euro itu nggak apa-apa kali ya? Saya janji déh, kalau saya kaya nanti, pasti saya bakal bayar tuh tiket. Makanya, kepada seluruh staff pemerintahan yurop, doain biar yang mulia Teteh Piera cepet bisa batuk emas, boker berlian, dan bersin mutiara!
Hooooo, ternyata oh ternyata saya masuk ke dalam museum arkeologi. Hmmmm, let's see…
Pertama kali menginjakan kaki di pintu gerbang museum ini, saya disapa oleh sebuah taman yang indaaaaah banget.
Huhuy! Lama-lama saya kasih julukan kota Perugia ini sebagai kota 1000 taman ah :) Seriously, ke mana pun kaki saya melangkah, pasti setiap 10 menit, kedua bola mata ini bakal ketemu sama sebuah taman.
Ada apa aja di museum ini? Hmmmm, banyaknya sih diorama sama barang-barang peninggalan jaman baheula. Yaaaa, judulnya aja museum arkeologi. Salah satu barang bagus yang saya temuin adalah batu marmer ini. I don't know why, but I'm kinda liking it thou!
Ini penjelasan lebih lanjutnya tentang batu marmer tersebut….
Terus, saya juga nemu vas gitu. Nggggg, bukan vas kali ya? Tapi pas liat nih benda antik, bawaan saya tuh pengen naro bunga sama aer di dalemnya terus saya simpen di tengah meja makan, sebagai penghias hidangan utama.
Eh taunya saya salah besar sodara-sodari, ternyata ini adalah peti mati. Giloooooooo! Kecil amat yak!
Hmmmm, sebenernya di dalem museum ini ada kamera CCTV gitu. Tadinya saya sempet ketakutan, soalnya kan saya masuk tuh museum tanpa bayar karcis masuk gitu yak??? Tapi, sekali lagi, Tuhan selalu ngasih saya cara terbaik untuk bersyukur. Jaman dulu mah, saya suka menyesal punya body pendek, di mana memupuskan impian saya jadi seorang model!
Eh tapi, sekarang mah saya seneng banget dah punya badan kagak tinggi-tinggi amat, soalnya saya sering disangka anak kecil gitu di sini! Jadi, sering dapet kemudahan untuk nyelap-nyelip sana sini, dapet potongan harga, atau dibiarin begitu aja kalau melakukan pelanggaran, paling bule-bule Italia itu cuma ngedumel "dasar anak kecil!" Kyaaa~ Jangan sampe KTP saya keliatan sama mereka!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar