Di dalam kereta, selain saya sering mengeluarkan keluhan, tentu saja terkadang ada sedikit renungan;
"Yang kita tahu, mereka belum menikah sehingga kita berhak menanya mengapa mereka belum menikah…..
Yang kita tidak tahu, mereka sedang memperjuangkan sesuatu.
Yang kita lupa, jodoh adalah misteri yang ditulis sendiri oleh Tuhan.
Yang kita tahu, mereka belum dikaruniai anak sehingga kita merasa berhak bertanya mengapa mereka belum memiliki momongan…..
Yang kita tidak tahu, mereka sedang memperjuangkan sesuatu.
Yang kita lupa, rezeki berupa anak adalah pemberian Tuhan, jika Tuhan belum berkehendak, maka sekuat apapun manusia berusaha, jika belum waktunya, ya memang belum waktunya.
Satu hal pasti menjadi dewasa adalah, manusia akan cenderung menyimpan masalah sendiri, manusia akan cenderung menutup emosi mereka di depan khalayak. Manusia akan cenderung menampakan hal yang baik-baik saja.
Itulah perubahan, apabila ketika bayi manusia bebas menangis di depan umum, semakin tua hal tersebut menjadi tidak mungkin terjadi bukan? Semakin tua, manusia akan semakin menutupi apa yang cenderung membuatnya sedih dan menampakan kondisi yang baik-baik saja.
Seharusnya ini cukup menjadi bekal untuk berhenti bertanya mengenai takdir Tuhan.
Kita tidak tahu kondisi yang sedang dialami lawan bicara kita…..Hingga kita pada fase tersebut. Banyak orang yang berdalih bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut ya anggap saja doa. Tapi, banyak pula yang lupa bahwa doa yang paling tulus adalah mendoakan diam-diam."
Night commuters :)
super sekali :')
BalasHapus