Rabu, 10 Februari 2010

Aku dan Seorang Moch.Reza


Entah kenapa cerita tentang Moch.Reza ini lama-lama bikin mood saya buat nulis note menjadi sangat bagus...(Bai de wei, saya suka banget sama judul note yang saya buat kali ini, wakakakakakaka!)

Di Note yang lalu, saya menyimpulkan bahwa si Moch.Reza ini telah memiliki "status" yang tidak bisa diganggu gugat, karena saya memergoki keberadaan salah satu kondisi jari manis di tangan bagian kanan. Namun, akan tetapi.....(Memang Tuhan itu Maha Adil), kemarin saya bertemu lagi dengan beliau. Sebenernya saya masih menggantungkan harapan pada seorang Moch.Reza, mungkin saja kemarin saya salah lihat, mungkin sebenernya dia pake cincinnya di ibu jari atau kemungkinan baik lainnya terus berkecamuk di benak saya. Soalnya waktu saya mengecek keadaan jari dia itu, saya lupa pake kacamata...Apa sih yang bisa diharapkan dari mata minus 1 dan silindris 1,5 yang saya punya ini? He he he.

Agar tidak terlalu terlihat bahwa saya sedang memata-matai keadaan jari tangan beliau, saya pura-pura menjatuhkan buku (yang biasanya memang sengaja saya bawa untuk mengisi kekosongan waktu selama di KRL AC-Ekonomi), saya memutar balikan badan saya lalu membungkuk, kepala sedikit menengadah ke atas, dan.....YES! YES! YES!

Kayanya si Moch.Reza ini anak metal deh?!? Kenapa saya bisa punya pendapat seperti itu??? Karena setelah saya melihat keberadaan "jari-jari kesepiannya", ternyata dia menggunakan cincin pipih berwarna perak berukir bunga-bunga! Nggak mungkin dong cincin nikahan modelnya kaya gitu! Saya yakin dia pasti beli tuh cincin di emperan sekitar Stasiun Jakarta (Kota)! Dan dia juga pake dua cincin aneh di jari tengah, yang motifnya ga bisa terlalu saya lihat dengan jelas karena terhalang oleh alat pembolong karcis yang selalu dia bawa kemana-mana...(Yang berfungsi juga untuk ngebolongin hati saya lagi dan lagi dan lagi! Anjroooooot! Gaya bahasa gue! wakakakakaka!)

Perjalanan dari Bogor sampe Stasiun Cikini terasa terlalu cepat buat saya, padahal KRL AC-Ekonomi yang saya tumpangi kali ini ditahan di Stasiun Depok Lama selama 15 menit untuk menunggu kedatangan Kereta Ekspres Pakuan dan di Stasiun Pasar Minggu sekitar 10 menit, untuk menunggu pembagian jatah rel yang cuma ada dua lajur itu...Jadi, yang biasanya perjalanan ini ditempuh kurang lebih 1 jam, ngaret jadi 1,5 jam. 

Mengapa perjalanan ini dirasakan terlalu cepat??? Karena setelah memeriksa karcis di gerbong tempat saya berada (di gerbong 1), si Moch.Reza ini nggak berpindah kemana-mana lagi, kan biasanya seorang kondektur itu harus jalan-jalan dari gerbong ke gerbong untuk memeriksa karcis penumpang yang naik dari setiap stasiun...Ihiy! Mungkinkah dia punya perasaan sama saya??? (Jawaban dari salah seorang teman dekat: "Iya! Dia ada perasaan sama lu! Perasaan buruk!")

Ada juga komentar dari seorang teman kuliah saya: "Udah capek-capek dikuliahin di tempat kuliah yang banyak cowoknya! Masa nyantolnya sama kondektur?"

Wahai teman-temanku seperjuangan harus diakui bahwa cinta itu memang tak pernah memandang bulu..................ketek!
 Friday, May 1, 2009 at 6:45pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar