Senin, 15 Februari 2010

BBB...Breeeeet! Broooot! Breeeet!


Hey-hey para viera-isme! Hahahahahahahahahahaha! Boleh dong saya punya sebutan tersendiri buat teman-teman tercinta saya yang sudah sudi mampir...(AAAAAAARGH, jadi kangen makan bakso SUDI MAMPIR di Bondongan, Bogor!) Saya nggak mau kalah sama para fans-nya sebuah band yang digawangi oleh anaknya Adie MS itu, yang namanya nyomot-nyomot nama saya sedikit. 

Sebelum kita mulai menulis isi dari posting-an saya kali ini, mari kita sejenak menundukkan kepala untuk memanjatkan doa untuk si pemilik blog yang bersangkutan, agar ujian mata kuliah literatur italia kontemporernya dimudahkan oleh Allah SWT, "Amiiiiiin...."

Nah sekiranya setelah melewat tanggal 14 Februari yang cukup berat. Oooooh, saya nggak ngerayain valentine sambil angkat-angkat karung beras kok. Cuma, cobaan tanggal 14 February buat seorang single itu agak gimana ya....hiks, hiks, hiks. (*Buat 'ayang jenglot: "Biar nggak turun pasaran, aku harus ngaku masih jomblo ya 'yang...Kamu juga sih, pake acara selingkuh sama si Neng Kunti segala! Aku nggak suka itu beib!")

Daripada meratapi nasib, mari kita membahas perkembangan film di ranah ibu pertiwi kembali. Setelah beberapa film bokep-horror. Sudilah kita semua tengok sedikit sebuah master piece arahan Teteh Melly Goeslow. BBB kependekan dari Bukan Bintang Biasa.

Cerita film ini diawali oleh munculnya lima pelajar di sebuah akademi seni ternama di kawasan elite ibu kota. Ada si Bella dan si Ayu, dua pemudi yang mengambil jurusan seni tari, si Chelsea yang belajar seni peran, si Dimas yang berlatih bagaimana caranya bermain biola yang baik dan benar dengan wajah yang selalu tetap terjaga ketampanannya, dan yang terakhir adalah Raffi yang memperdalam ilmu....kebatinan. YUP! Ilmu kebatinan! Kok bisa saya bilang begitu? Soalnya di dalam film tersebut, si Raffi itu nggak pernah masuk kuliah dan belajar, tapi IP nya di atas 3 selalu, sebagai salah satu mahasiswi yang pernah merasakan bagaimana kegetiran  untuk mencapai nilai indeks prestasi berkisaran di angka 3, saya sungguh merasa diremehkan! Apalagi coba yang bisa membuat dia bisa mendapatkan nilai segitu, kalau bukan ajaran ilmu hitam!

Selayaknya gossip yang sudah beredar di mana-mana. Begitu pula dengan awal mula film ini. Alkisah, putuslah si Raffi sama si Bella. Karena apa? Mungkin keberadaan Tante Yuni Shara yang terlihat lebih mumpuni di mata si Raffi. Karena kesal, mereka pun berusaha membuat satu sama lain cemburu. Si Raffi bermesraan bersama si Chelsea, sedangkan si Bella mulai PDKT sama si Dimas. Padahal si Dimas itu udah demen aje sama si Chelsea dan dia merasa nggak enak hati sama si Raffi yang ternyata teman sepermainan bola bekel-nya dahulu kala.

Terus di manakah si Ayu berada? Ada kok, dia lagi di salon, benerin model potongan poni-nya. Selain memiliki hobby ngebentuk poni-nya jadi model pisau belati, (kalian inget doooong sama model poni beliau yang meruncing di tengah-tengah jidat itu) si Ayu juga gemar melakukan kegiatan chatting, namun hobby-nya itu ditentang oleh si Raffi. Si Ayu dikatain orang kuper lah, kurang PD lah...Dan lagi-lagi si Raffi ini menyakiti hati seorang Viera yang memiliki hobby yang sama dengan si Ayu, hiks, hiks, hiks. 

Tapi, si Raffi tampak kemakan omongannya sendiri. Akhirnya dia malah ketagihan chatting. Dan di dunia maya itu lah, dia bertemu dengan seseorang yang dianggapnya sangat mengerti dirinya. Dan ternyata, orang itu adalah si Ayu itu sendiri. Sampai sini saja, saya sudah nguap lebar buat ngelanjutin referensi film ini....

Ya sekiranya, buat kalian para viera-isme, yang langganan majalah Gadis (bukan perawan), Kawanku (adalah janda seksi), dan Aneka (satwa liar), pasti tau lah cerita tipikal seperti ini. Ada seorang pria ketua OSIS, jago main basket dan gitar, naksir cewek nggak gaul. Masa ujung-ujungnya nggak jadian?

Atau gini deh, diperjelas lagi, cerita-cerita di mana ada cewek kulehe (bahasa sunda yang artinya: belenyek) suka sama cowok top markotop ngalahin Noordin M Top dah, akhirnya si cewek menyatakan perasaannya, dan ternyata si 'Noordin M Top' itu punya perasaan yang sama juga. Yaaaaaaaaah, sekiranya kalau cerita seperti ini bisa diterapkan ke kisah percintaan dalam kehidupan nyata saya, pasti saya merasa nggak akan rugi ngeluarin uang sekitar 10 ribua-an setiap dua minggu sekali buat beli majalah Gadis waktu SMA dahulu.

Satu hal yang saya garis bawahi, kenapa ya setiap ada adegan nembak, pasti  tiba-tiba "byuuuuuur.....!" dengan derasnya kumpulan air itu turun dari langit. Pantesan Jakarta banjir selalu, wong setiap ada orang yang nembak pasti ada hujan! (*Jangan salahin orang Bogor melulu!)

Pada akhirnya, dari berbagai komentar buruk dari para kritikus per-film-an. Munculah sebuah argumen yang tak kalah menarik dari seorang teman saya yang ngebet banget punya tattoo wajahnya Tora Sudiro di pantatnya;

"Ya setidaknya, gue bisa ngeliat mulusnya ketek-nya Neng Bella, sang pujaan hatiku, waktu dia pake kemben-kemben ke kampus itu..."

Ketika film-nya selesai, saya pun kentut dengan sangat leganya...."Breeeeet! Broooot! Breeeet!"

4 komentar:

  1. Oh no BBB .. Basi Basi Basi ... heauhaeuhae...

    :) usul : Vieraholic ? atau KPCV (kumpulan pembaca cerpen viera ) atau KELOMPENCAPIR ?

    BalasHapus
  2. HUAHAHAHAHAHAHAHA!!!
    sempet2nya lo curcol, dasar Pea~

    BalasHapus
  3. Mis-KirCon (alias, Miss Kiara Condong): Iyah ya, basi basi basi basi sekali, maafkan hambamu ini yg baru saja menonton film BBB itu, jadi baru bisa buat review-nya...

    Hmmmm, enaknya buat yg suka baca blog aku kira2 apa ya Mis KirCon? Sahabat Viera? Biar kaya Peterpan? KELOMPOK PENCAPIR kayanya keren tuh! Kelompok Pembaca Carita-carita Pierah! Pan saya urang sunda...susah ngomong 'ep', kakakakakakakakaka! SIP! Nanti diresmikan!

    Ega: Iyaaaa Ga, mumpung si doi lagi naek gunung, jadi ga bisa baca manuskrip2 gue....

    BalasHapus
  4. gunung mana? tangkuban perahu?

    BalasHapus