
Ini bukan tentang seonggok kisah di atas rel kereta api, tapi tentang dialog dari sebuah kenyataan yang pernah membuat saya berpikir berulang-ulang untuk berpikir dan terus berpikir...is he the one?
(Dear God)
(This is him)
Perempuan (P): "Tega banget ya bokap lu, udah tau muka lu cina, masih juga dikasih nama cina?"
(This is me)
Laki-laki (L): "Tega kali bapak kau udah tau muka kau perempuan, masih dikasih nama perempuan?"
P: "Tuhan suka orang kaya apa?"
L: "Yang IP-nya di atas 3...Sesuai dengan hukum Newton satu, kecantikan berbanding terbalik dengan kepintaran."
P: "Kamu cantik banget..."
(But since they call You, God, El, Allah, with different names, they cant love each other)
P: "Capek deh gue ngomongin ginian! Lu nggak bisa ya jadi cowok normal kaya lainnya? Ngajakin gue ke Paris kek! Beliin gue berlian kek! Buatin gue puisi kek..."
L: "Yuk kita ke Ambon yuk! Biar kau liat kalau agama tuh sudah jadi propaganda paling murah dan efektif sepanjang sejarah bunuh-bunuhan manusia!"
P: "Cukup! Dunia ini udah kebanyakan agama! Kebanyakan Tuhan!"
L: "Kita dikasih privilege lebih, buat belajar, orang bodoh yang tak tau apa-apa lebih mudah diprovokasi!"
P: "Lu kira orang di Jerusalem tuh bego semua? Tapi ribuan tahun nggak berhenti juga tuh ngebuktiin kalau mereka lemah..."
L: "Jadi kita diam aja?"
P: "Kenapa Allah nyiptain kita beda-beda? Kalau Allah hanya ingin disembah dengan satu cara?"
L: "Makanya Allah nyiptain cinta, biar yang beda-beda bisa bersatu..."
(Cinta)
P: "Tuhan yang kami sebut dengan berbagai nama dan kami sembah dengan berbagai cara..."
L: "Terimakasih atas berkat yang Kau berikan, jauhkanlah kami dari percobaan..."
P & L : "Amin..."
(God is a director)
Tuesday, June 30, 2009 at 9:55pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar