Rabu, 10 Februari 2010

Obrolan Siang Hari Bersama 'Sang Korban'.


Sekitar pukul 14.37 WIS (Waktu Italia bagian Selatan), saya berbincang-bincang dengan salah seorang 'korban' (Maaf, korban ini tidak mau disebut namanya aslinya, karena ia takut ketauan kalau ternyata dia adalah seorang pria yang memiliki pipi se-chuby Aming, hidung semancung Tom Cruise, dan badan se-kekar Ade Rai. red) saya. 

Kami berbicara tentang banyak hal, mulai dari: Apakah guru kalkulus saya waktu TK itu suka makan bakso dengan garpu di kaki kiri? Apa yang terjadi dengan nilai x, jika 2x+y-3z=0 dan 4x-5y+z=2? Mengapa tembolok seekor burung unta bisa menghasilkan suara di atas 3Hz? Dan yang paling menarik dari obrolan siang tadi adalah, tentang bagaimana kehidupan seorang Pitagoras setelah mengetahui bahwa Kubilai Khan adalah jendral gagah perkasa yang berasal dari Mongolia???

Well, saya memang ditakdirkan sebagai seorang murid yang pintar luar biasa dan tauladan bagi seluruh teman-temannya. Mau gimana lagi? Tapi, Tuhan telah menciptakan saya sebagai mahluk yang sempurna, se-sempurnanya lagu Andra & The Backbone! (Teman saya yang sekarang sedang ngupil pake ibu jarinya pun berteriak dengan kerasnya: "Ingeeeet cuy! Orang sombong matinya gosong!" Tenaaaaaaang brooooo, saya tau kok, orang iri matinya dikebiri!)

Lalu kami (saya dan si korban) mengalihkan topik perbincangan ke sebuah topik yang saya sadari hal tersebut akan sangat mengubah masa depan saya nantinya, kira-kira beginilah pembicaraan kami tersebut:

Korban (K): "Tipe cowok kamu kaya apa?"
Saya (V): "Yang muda, kaya, ternama, dan juga pintar luar biasa!"
K: "Kaya gimana tuuuh?"
V: "Okai, Ban (kependekan dari Kor-ban), mari sejenak kita bayangkan situasi seperti ini...."

Kami pun berkhayal sejenak...



*Situasinya adalah: Ketika saya membawa pacar saya ke rumah untuk pertama kalinya', yang akan saya perkenalkan kepada Ayah saya....(Meeeeen, restu orang tua itu nomor satu! Nggak jaman lah backstreet, udah bubar juga tuh boiben!)

AS (Inisial ini bukan berarti inisial dari dukun cabul yang termahsyur hingga negri jiran itu, tapi lebih kepada dua huruf awal dari kata 'Ayah Saya'): "Eeeh, siapa ini namanya?"
V: "Ini pacar aku Pap..."
AS: "Ooooh..."
K: "Eh Om, bagaimana fluktuasi hari ini? Rupiah melemah atau tidak?"
AS: "Oh iya, Om juga ngikutin tuh, luar biasa sekali ya..."
K: "Tapi, asal gelombangnya longitudinal aja, nggak boleh flat kan? Kalau dia horizontal datar saja kan akan bahaya bagi Indonesia juga..."
AS: "Kurang ngerti Om kalau kaya gitu..."
K: "Waaaah, saya ini turunan keluarga yang berpengetahuan tinggi, omongan saya memang terkadang berat sekali...."



AS: "Ketemu di mana nih kalian berdua?"
V: "Oooh ini, kita main satu film, terus pacaran deh...."
AS: "Beda lho sama jaman Om waktu dulu..."
K: "Oooh gitu ya?"
AS: "Kalau jaman anak-anak sekarang itu main film dulu terus pacaran, kalau jaman Om dulu, pacaran dulu terus 'main film'...Pake henpon direkam..."
K: "Hoooooo!"
V: "Papa apa-apa-an sih? Ngaco nih Papa!"
K: "Eh jangan gituuuu, kamu harus berbakti sama orang tua kamu..."
V: "Oooh iyaaaah, maafkan aku Pa..."
AS: "Ohh tenang saja anakku...Terus kenapa nih kok kamu bisa suka sama anak saya?"
K: "Soalnya dia hormat sama orang tua..."
AS: "Padahal dia jelek gini lhooo..."
K: "Ya mau gimana nggak mau jelek, kalau bapaknya jelek banget..."
AS: "Waaaah, kamu itu gimana, tersinggung lho nanti bapaknya...."
V: "Laaaah kan Om, Bapak saya....."
AS: "Oooooh iyaaaaa, ya sudah mari kita lupakan saja...."



K: "Oh iya Om, ngomong-ngomong Tante kemana??"
AS: "Hmmm....Tante, Tante, Tante...." (Tiba-tiba terdengar alunan lagu 'Mengheningkan Cipta')
V: "Iyah Pap, mama mana?"
AS: "Mama kamu, mama kamu, mama kamu...." (Back-sound 'Mengheningkan Cipta pun terdengar lebih keras, membahana ke seantero penjuru dunia!)
V: "Lho kok Papa nangis sih?"
K: "Eh Om, aku nggak maksud..."
V: "Kamu sih! Papa aku kan jadi nangis gini!"
K: "Oooom, maaf, saya nggak maksud berniat untuk menyinggung...."
V: "Pa...Tenang Pa, tenang..."
K: "Maaf Om, saya nggak bermaksud kaya gitu kok..."
V: "Kamu sih yang..."
AS: "Hiks, hiks, hiks, maaf Dik, kamu nanyain apa tadi?"
K: "Tante di mana?"
AS: "Tante ada di belakang lagi masak..."
K: "Ooooh dikirain Tante kecelakaan..."
AS: "Lho emang Tante mengalami kecelakaan, kalau nggak kecelakaan, nggak mungkin ada si Viera ini!"
K: "Oooooh kecelakaan itu...saya kira kecelakaan yang lain..."
V: "Papa....jadi aku tidak diharapkan di dunia ini Pa???"
K: "Tenaaang, kan ada aku...."


AS: "Terus dari sini kalian mau ke mana lagi?"
K: "Kita mau nonton Oom, Oom mau ikut ke bioskop?"
AS: "Waduuuuh, jaman sekarang kalau nonton di bioskop itu buang-buang duit!"
K & V: "Lho kok?"
AS: "Belum bayar tiketnya, sama buat makannya, apa itu namanya, porkon!"
K & V: "Popcorn, Pap..."
AS: "Padahal cuma jagung buat burung dara! Itu di kampung Papa, dibuang-buang buat jadi makanan burung dara, kalau di sini tinggal dipanasin, terus meletuk-meletuk, jadi porkon..."
K & V: "Popcorn, Paaap!"
AS: "Iya itulah pokoknya...."



AS: "Eh meningan kalian nonton DVD di rumah aja..."
K: "Emang Om suka film apa aja?"
AS: "Ini film-film waktu jaman Papa pacaran, ada Suster Keramas, Eiffel I'm in love, Pijat atas tekan bawah...."
V: "Lah itu sih film zaman kita-kita...Papa mah lebih lama lagi dong, Naga Bonar, Cut Nya Dien, Setan Kredit...."
AS: "Oooh iya ya....Eh, tapi ada satu nih yang ceritanya nggak penting, tapi yang maen Om sama Tante nih...."
K: "Waaah dulu Om sama Tante artis ya???"
V: "Iiiih kok covernya nggak pake baju...."
K: "Eh, apa itu judulnya??? 'Gara-gara...' apa tuh Oom???
AS: "Gara-gara Kecelakaan..."
V: "Oooh jadi aku gara-gara film ini Pa????"



Nah, seperti itulah sekiranya obrolan kami berdua...Sungguh menggugah hati nurani siapa pun yang membacanya bukan??? Saya ucapkan terimakasih yang mendalam bagi sang korban untuk obrolan yang sangat menyentuh ini...Nggak sabar pengen copy-paste obrolan ini ke Ayah saya! Terus nyuruh sang korban bertemu langsung dengan beliau....
Sunday, January 3, 2010 at 9:48pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar