Jumat, 14 Mei 2010

Are they fake, singaporeans?

Saya tadi ngobrol bersama seorang teman yang sekarang kerja di Singapore, (asli nama negara, bukan nama cabang toko roti yang sempet hip di kota Bogor pada tahun 90-an itu sodara-sodari). Dia asli dari Ciganea, belum pernah ke Dufan, makan favoritnya cireng, punya cita-cita ketemu sama Sandra Dewi, dan punya hobi nge-modif motor rakitannya sendiri. Berkat doa ibu dan bapaknya, ia berhasil diterima kerja di negara tempa Krisdayanti biasa beli sepatu.

Singkat cerita, dia menceritakan kepada saya tentang how beautiful Singapore is. Ceritanya panjaaaaaaaaaang banget, sampai saya tidak bisa meng-interupt dia sama sekali, dia sangat excited dengan kontrasnya kehidupan para singaporean dengan indonesian. "Padahal jaraknya nggak seberapa jauh sama Ciganea ya Pe?" ujarnya.

"Eh Pe, mau nanya dong, di Orchard sini kok banyak suara burung ya? Itu beneran apa suara kaset doang sih? Soalnya kok gue nggak nemu tai burung sih di sini?"

"Huahahahahahahahahahahahahahaha! Lu kira di depan jalan ganecha, bro????" Jawab saya.


Eh, tapi kalau dipikir-pikir, bener juga deng, suara burung itu beneran bukan sih?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar