Rabu, 12 Januari 2011

Lapsed-Catholic Country

Di kelas tadi, si professor menanyakan arti dari phrase 'lapsed-catholic'???

Hayooooo temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) ada yang tau frase di atas??? Atau malah bagian dari lapsed-catholic???

As we know, Italia itu kaya Saudi Arabia-nya umat Katolik, tapi bukan berarti penduduk Italia itu beragama katolik. Menurut survey kecil-kecilan yang saya lakukan di kampus neraka studi italiaaargh, 7 dari 10 temen-temen italia saya yang beragama katolik lebih mememilih pake kotex daripada merk pembalut lain nggak percaya akan keyakinan yang selama ini mereka pegang. Segitu tuh di Rende, di kota kecil terpencil, bandingin kalau di Milan atau Roma dan kota-kota besar lainnya yang pastinya lebih terbuka terhadap pengaruh dunia luar, pasti lebih banyak tuh.

Begitu juga di dalam kelas mata kuliah yang saya ikuti barusan. Dari sekitar 40 murid yang datang, sekitar 25 orang di antaranya mengaku bahwa mereka tidak percaya akan agama mereka atau lebih dikenal dengan istilah lapsed-catholic…..Ngggg, bahasa kerennya mah kaya, nggg…'Islam-KTP' kali ya???

Nggak kaya di Indonesia, yang mencantumkan agama di kartu tanda pengenal, sebagai salah satu negara sekuler, Italia tidak mengharuskan penduduknya untuk mencantumkan keterangan agama di dalam segala dokumen sosial yang ada.

Terus, apa arti natal kemaren bagi mereka?

"It's just kind of tradition Viera…" jelas Federica dalam bahasa inggris namun dengan aksen Italia yang medok-e tuenan.

Lalu, si profesor menghampiri saya, "you didn't celebrate christmas, did you?"

Ooooooh, waktu itu saya lagi galau stadium III, jadi boro-boro mikirin christmas dan sagala rupi Prof, saya mah mikirin hilangnya jati diri seorang Viera di krisis tuentih samtingnya…..Siiigh~ Andai aja, saya bisa ngomong kaya gitu. Pada akhirnya, cuma gelengan kepala ini yang menjawab.

"You must be budhist!" Tebak si profesor yakin.

Huwooooooooooooh. nasip ya nasip, keseringan disangka mahasiswi dari China….Ho-oh! Teteh Piera yang matanya super belo ini sering disangka satu ras sama Ko Ping Ho! Malah pernah disangka operasi kelopak mata biar matanya keliatan kaya upil badak.

"No, sono musulmana…." (Nggak, sayah mah islam….)

Dan seluruh kelas pun terpana. Mungkin karena saya tidak menggunakan atribut sebagaimana wanita muslim yang sering mereka lihat di TV.

"So, do you pray 5 times a day?" tanya Francesco.

Oooh sumuhun-tentu-saja Kang Peranseskoh.

"You can't eat pork, right?" sekarang giliran Federica yang angkat suara.

Ooooh, sekiranya begitulah Teteh Pederikah.

"I heard that moslem people can't drink beer also. So what do you drink?" Ternyata Kang Peranseskoh masih penasaran sama rule agama yang saya anut ini.

Yeeeeee, si akang, emangnya di dunia ini, cuma aer bir doang yang bisa eneng minum???

Dengan sedikit penjelasan sana-sini, akhirnya beberapa dari mereka mengerti. Walaupun Indonesia, negara dari mana saya berasal, merupakan negara muslim terbesar di dunia. Tapi yang membentuk kepribadian seorang warga negara itu kan kebudayaan negaranya, agama itu sendiri cuma bagian kecil dari kebudayaan, masih banyak yang mempengaruhi saya untuk menjadi seorang WNI yang baik…..Huehehehe.

Tapi, emang dasar ya si Kang Peranseskoh ini masih gregetan, "if you can't drink beer, so, what is your favorite drink?"

Tanpa pikir panjang, saya menjawab, "I like to drink….Ngggg, milk…."

"Why???" Si Kang Peranseskoh masih bertanya.

Aiiiiih kudu ya dijelasin kenapa saya suka minum susu???? Ya tentu saja bisa dilihat dari postur tubuh saya yang tidak mendukung cita-cita saya untuk menjadi model kenamaan a lá Tante Claudia Schiffer! "Because I want to be taller, Francesco..."






Iiiiiiih meuni pengen langsung mabok skot emulsyen!!! <--- Gimana sih nulis tuh merek minuman penambah tinggi????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar