I found this!

Menurut guru spirituil saya, Suhu Acai, untuk menyembuhkan kegalauan yang ada, saya kudu sering jalan-jalan melupakan kepenatan yang ada. Beberapa saat yang lalu, saya menyempatkan diri untuk pergi ke Roma untuk bertandang ke rumah salah seorang kerabat saya. Yeaaaaah, Roma is a big city, terkenal sama Trevi di Fontana, Colosseum, dan berbagai macam objek turis lainnya.

But, however, namun, akan tetapi…….di perjalanan saya dari Roma kali ini, saya menemukan……….(Jeng-jeng!);






Huwooooooooooh indomie VEGETARIAN! Heh-hoh! Di Indonesia ada nggak sih? Aduuuh, sebagai penikmat indomie rasa empal gentong sejati, saya susah pindah ke lain hati.

Emangnya apa bedanya? Hmmm, well, buat saya sih nggak ada bedanya, cuma emang ye indomie eropa itu kadar mecinnya suka dikurangin, jadi pas masak nih indomie saya tambahin 2 sendok teh garam, biar berasa asin-asin gimana getooooo (bisa dibaca: pengen cepet-cepet kawin, kyaaaa~ kyaaaaa~ Fedi Nuriiiiiil, lamaaarlah aku sesegera mungkin!) Konon katanya sih mecin itu bikin bodo. Beuuuuu, yang bikin bodo mah jarang belajar bukan makan mecin!

Then, this indomie cures me a lot from penyakit galau (bahasa inggrisnya 'galau' apa ya?)


Huwoooooh, saya dapet reply-an dari salah satu anggota kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!), Arin 3103. Ternyata di Indonesia juga ada ya indomie rasa sup sayur vegan, hmmmm, serupa tapi tak sama nih, jadi pengen nyoba.






Bai de wei, tengkyuuuuuh fotonya ya Arin 3103! Mari kapan-kapan kita bertukar cerita tentang indomie sebagai makanan utama bagi para perantau yang sedang galau.