Sekarang jam menunjukan pukul 12 malam, yang Mulia Teteh Piera sedang terduduk manis di stasiun, menunggu kereta yang datang menjemput.
Tepat di sebelah saya ada seorang bapak tua berwajah mafia. Hiiiiiii~ ‘Atuuuut….
Well, tinggal di Italia itu malah bikin saya lebih takut sama para imigran tak berduit. Di depan orang semacem ini, tak jarang saya harus berpura-pura sebagai warga keturunan yang sudah lama tinggal di Italia dan mengenal kawasan sekitarnya, padahal ngomong bahasa Italia aja masih memalukan nusa dan bangsa.
Kalau misalnya saya bergaya ala turis pemudi Jepang yang terkenal kaya raya, siap-siap aja dipreteli. Boooo, beneran déh turis jepang yang datang ke Italia itu biasanya bukan sembarang turis. Kebanyakan dari mereka dateng ke Italia buat beli barang-barang branded langsung dari gerai aslinya. Konon katanya, harga barang-barang ini bakal gila-gila-an kalau kamu langsung beli di Jepang. Terus, solusinya adalah beli langsung ke negara produsennya??? Beuuuuu, kalau solusi buat yang mulia Teteh Piera sih meningan kagak usah beli barang branded sekalian. Tuh pake aje tas tajur, KW super, tahan banting, harga miring, and always makes you smiling….
Ya, begini dah nasib baca blog mahasiswa kere-aktif! "Aduuuuh, kapan ya tagline blog ini bisa berubah??? Dari ‘kere-aktif’ jadi ‘kaya-aktif’?" *Ibu-Peri-Tolong-Lala-Mode: ON.
Saya masih harus menunggu sejam lagi sampai kereta yang akan saya naiki datang. Brrrrrr~ Dinginnya udara malam membuat saya ingin bernyanyi ala Shincan “kebelet pipis, kebelet pipis, mama……”
Si bapak tua berwajah mafia terus melangkahkan kakinya bolak-balik dari area menunggu ke area tempat papan jadwal kereta tergantung. Tampaknya dia sudah tidak sabar untuk menunggu lebih lama lagi.
Mungkin si bapak berwajah mafia ini berpikir, “bakal gue beli juga tuh kereta! Sekalian dah ama stasiunnye!” (ngggg, ini mafia ape Wa Haji dari Rawa Belong ye???)
Dari penampakannya, yang mulia Teteh Piera bisa menilai, kalau nih bapak tua berwajah mafia pasti punya duit 7 digit euro di bank accountnya.
Siiigh~ Sedangkan saya, cuma bisa diam terpaku, membisu, dikarenakan bibir yang membeku. Walaupun sudah mulai masuk spring time, tapi cuaca musim semi ini masih membuat saya, yang besar di negara tropis, ini menggigil disko darurat.
Oh iya, kondisi tangan kanan saya udah baikan nih, kulitnya masih melepuh sedikit, tapi sudah dapat digunakan seperti sebelumnya. Sedangkan, bahu kiri saya belum pulih total, namun apa daya, pekerjaan demi pekerjaan sudah menanti di depan mata. Semuanya saya lakukan demi bisa beli sepatu baru.
“Ya Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, berikanlah saya sepatu baru yang sesuai dengan keinginan hati dengan cara yang paling keren yang Kau tau. Kalau bisa, gratisan, ya Allah, amiiiiin…” *Ibu-Peri-Tolong-Lala-Mode: semakin sering ON.
Ah, daripada mikirin gimana caranya dapetin sepatu baru, meningan saya mikiriin gimana caranya dapetin hatinya Fedi Nuril! Kyaaaaa~ Kyaaaaa~ *Ibu-Peri-Tolong-Lala-Mode: selalu ON.
Eh, bai de wei, si bapak tua berwajah mafia sudah kembali duduk nyaman di kursinya. Kayanya beliau udah mengumpulkan kesabarannya lagi, dan nggak jadi berencana beli kereta sekalian sama stasiunnya.
Oks déh, yang mulia Teteh Piera pamit mau eek dulu nih. Ribet ceboknya kalau eek di kereta. Plus, malu juga ketauan ngeden sama bule-bule Italia.
Cia ciao!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar