Hai-hai teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!), masih bersama yang mulia Teteh Piera di kota Assisi…Lanjut yuk jalan-jalan keliling kota Assisi-nya :) Setelah ditemani suara merdunya Morgan dan Bisma SM*SH, mari sekarang kita dengerin playlist jalan-jalannya yang mulia Teteh Piera berikutnya,
Owwww yeaaaaah, lagu-lagu Kings of Convenience emang selalu merajai mai aipot (jalan-jalan ke Assisi ini terjadi sebelum kejadian saya masukin si aipot ke dalem mesin cuci, red). My favorite band ever! Sorry ya, Bisma sama Morgan SM*SH, kang Erlend Oye sudah jauh terlebih dahulu membuat hati yang mulia Teteh Piera cenat-cenut abis-abisan sebelum kalian muncul...
So, where do we go now?
Hmmm, sebenernya kamus utama saya selama ber-galau-traveling adalah…Do travel and get lost!
Sebelum saya jalan-jalan, saya selalu mempersiapkan diri tentunya, mulai dari pakaian apa yang akan saya pakai sampai tempat-tempat apa saja yang pengen saya kunjungi. Namun kenyataannya, setelah sampai di lokasi wisata, biasanya saya melupakan semua informasi yang sudah saya dapatkan, tapi saya belum pernah berani nerapin 'kamus utama' ini selama jalan-jalan di Jakarta. Nggak usah gede-gede déh, sampe sekarang ini, saya nggak pernah bisa masuk dan keluar di Plaza Indonesia dari pintu yang sama, saking besar dan ngebingunginnya….
Nggg, atau mungkin emang saya kurang cocok jalan-jalan di dalem mall kali ya? Maklum sebagai orang yang sering dikatain pedit (padahal berusaha untuk lebih irit), mall is not really healthy enough for my wallet. Gimana mau ngumpulin 700 euro buat tiket pesawat ke Italia, kalau setidaknya 4000 perak dari duit yang kamu punya kepake buat bayar parkir??? Nggak bakal jadi 1 milyar, kalau kurang 100 perak…
Oke déh, di awal postingan kali ini, saya mau sedikit ngebahas rumah-rumah penduduk di Assisi.
Hal pertama yang mata saya tangkap adalah plang nama yang ditempel di sebelah pintu masuk utama. Biasanya kan kalau di perumahan-perumahan di Cibinong mah kita nemu nomor rumah, atau paling banter, kotak pos yang udah karatan. Nah, kalau rumah penduduk Assisi sih beda sob, plang namanya gokil to the max.
Misalnya, tuh rumah pernah ditinggalin sama Christian Vieri, si pemaen sepak bola, nomor rumah pun berganti dengan sebuah plang bertuliskan, 'rumah ini pernah ditinggali Christian Vieri, mantan pemain bola di klub Inter Milan'. Waaaaaaow! Tau nggak sih, saya langsung berencana masang plakat gede-gede di depan rumah saya di Cibinong, 'rumahnya yang mulia Teteh Piera, perantau galau yang senang meracau'! Jadi, kalau nanti ada salah seorang teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang mau napak tilas ke rumah saya di Cibinong, bakal gampang nemuinnya. Uhuuuuy kreatif sama malu-malu-in itu emang beda-beda tipis, kawan…..
Selanjutnya, yang jadi perhatian yang mulia Teteh Piera adalah gantungan-gantungan lampu di depan pintu masuk utama yang unyuuuuuu benjeeeet! Dan lagi-lagi, yang mulia Teteh Piera pengen pasang lampu kaya gini di depan rumah saya di Cibinong!
Menurut teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!), kira-kira dengan suasana Cibinong yang remang-remang romantis (padahal lagi sering ada pemadaman bergilir dari PLN), gantungan lampu yang mana yang cocok dipasang di depan rumah yang mulia Teteh Piera? Yang 'stupid-cupid' atau yang 'little-drago'?
Selain plang nama dan gantungan lampu. Sebagai alumnus mahasiswi desain interior, dinding rumah para penduduk kota Assisi, mencuri perhatian mata saya. Emangnya cuma hatinya Bisma SM*SH aja yang bisa dicuri????
Well, emang ya Italia itu terkenal sama seniman-senimannya yang mendunia. Nggak usah jauh-jauh ke Leonardo Da Vinci, nih kayanya para tukang tembok di Assisi aja punya 'tangan dewa'. Wall-ornament yang mereka buat itu bener-bener bikin hati yang mulia Teteh Piera cenat-cenut kembali! Emangnya cuma belahan dada yang super rendah dari bajunya Morgan SM*SH aja yang bisa bikin cenat-cenut???
Then, spring is comiiiiing to town! Mulai tanggal 27 Maret kemaren, negara Italia resmi sudah memasuki primavera alias musim semi! Perbedaan waktu pun sedikit maju. Di mana biasanya teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang tinggal di Indonesia meniggalkan yang mulia Teteh Piera yang tinggal di Italia 6 jam lebih cepat, sekarang perbedaan waktu diantara kita cuma 5 jam tuh sob.
Banyak dari penduduk Assisi mulai berlomba-lomba mempercantik rumahnya dengan tanaman dan bunga warna-warni. Aaaaah langsung pengen foto pre-wed bareng Rafael SM*SH di depan rumah-rumah unyu ini! (Ayoooo, udah pada apal nama-nama anggota SM*SH beloooom????)
Nggak mau kalah sama 'tanjakan setan' yang pernah saya bahas di postingan sebelumnya, di dalam perjalanan kali ini saya juga menemukan banyak 'turunan setan'. Di mana yang mulia Teteh Piera sering ngedumel "setaaaaaaaan! Najoooong giloooo turunannyooooo! Ikoooo tak sukoooooo! Kalau gue lagi hamil, bisa beranak di tempat nih setiap turun tangga!"
Emang sih kalau turun itu nggak terlalu menggunakan tenaga, tapi, saya kudu teteup hati-hati, kalau nggak mau kepeleset, saking curamnya turunan-turunan yang ada di kota Assisi ini! Nggak kabayang gitu, gimana saya cebok setiap abis eek nanti ya, kalau pantat saya terluka gara-gara kepeleset??? Amit-amit déh! *Ketok-ketok meja!
Sebagai kota kecil, saya bisa bilang, Assisi ini adalah kota 1001 gang. Boooo, banyak banget gang yang harus saya lewati buat jalan menuju ke sana - ke mari. Tapi enak sih, di gang-nya nggak ada preman yang suka nodong atau anak-anak mudo yang suka maen gitar nyanyi-in lagu ST 12. Peuliiiiiis déh sekarang itu jamannya SM*SH 61tU l0wcH!
Selama saya jalan di gang-gang di Assisi, saya menemukan banyak kapel mungil yang sering saya gunakan sebagai tempat istirahat sesaat-dua saat.
Tempatnya juga indah dan nyaman-nyaman banget dan nggak ada larangan bagi umat beragama lain untuk mengunjungi kapel-kapel mungil tersebut.
Huwoooooh, jadi pengen ngasih tiket pesawat ke Italia terus ngadain tour de Assisi buat orang-orang yang sering ngehancurin tempat ibadat umat lain déh, kekekeke.
Lagi capek-capeknya abis naik-turun kumpulan anak tangga-setan, tiba-tiba saya nemuin sebuah gedung teater kecil, tempat pertunjukan drama musikal di selenggarakan. Acaranya sendiri dilaksanakan setiap akhir minggu. Dengan tiket berkisar 25-50 euro, kamu bisa nonton kisah-kisah yang mengharu biru. Sebagai teaser, pihak penyelenggara memperbolehkan pengunjung-pengunjung seperti saya untuk menonton trailer drama musikal tersebut secara gratis (sekitar 20 menit-an) di sebuah bioskop mini yang terletak di dalam gedung teater yang sama.
Ngggg, kapan ya bakal ada drama musikal-nya 'Putri Yang Tertukar'??? #EhTanyaNikitaWily.
Oh iya, walaupun saya in pemegang prinsip 'do travel and get lost', tapi di setiap traveling yang saya lakukan, saya selalu membuat patokan di sebuah tempat atau icon tertentu sebagai point awal dan titik kembali dari ber-galau travelling. Di Assisi, saya memilih 'pengkolan aer-mancur' ini sebagai patokan utama.
Huwooooh, pada akhirnya, birunya langit Assisi yang bebas polusi, selalu membuat yang mulia Teteh Piera speechless!
Gimana? Gimana? Apakah temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) masih pengen tahu lebih banyak lagi tentang galau-travelling-nya yang mulia Teteh Piera ke kota Assisi?
Gw udah terima sih, arsitektur di eropa sanah udh pasti lebih hip lah dari indo. itu kan faktor manusia dan perkembangan budayanya toh.
BalasHapusTapi yang gw ga terima, kenapa di eropa langitnya bagus2 amat ya!??!?!?! kan harusnya sama toh, wong satu planet kok. kayanya susah deh nyari tempat di indo buat nemu langit biru kaya gitu, ato klo malem langit penuh bertabur bintang. huff.
Di Indo langitnya ga kalah keren kok, maknya jangan ngacimpruk di pulo Jawa ama pulo gadung aja Yo, kakakakaka….Ke NTB déh Yo! langitnya nggak kalah najong-gilo-indahnyo! Kalah lah langit Yurop….
BalasHapus