Nggak jauh berbeda sama di Indonesia, di Italia ini, saya lebih memilih menggunakan transportasi kereta ke mana-mana. I don't know why, but I do love this kind of transportation! Kemungkinan berinteraksi sama orangnya lebih banyak, dari penumpang sampe pencopet, lengkap ada di sini.
Tentu saja pengalaman naek kereta di Italia sama di Indonesia memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Yang keliatan pasti sih dari sisi harga tiket lah ya. Di Indonesia (bukan Jabodetabek doang yeeee, tapi Indonesia) mah, dengan duit 2rebu perak juga bisa capcus ciiin, sedangkan di sini??? Siiiigh~ Pokoknya ya téh, jaman waktu masih baru dateng ke Italia, saya bener-bener suka pengen ngurut dada (#dadanyaMorganSM*SH kyaaaa~ Kyaaaaa~) setiap ngeliat harga suatu barang yang dituliskan dalam euro currency. Maklum sebagai mahasiswa kere-aktif saya juga terkenal dengan sebutan wanita pedit padahal irit.
Apalagi ya, waktu itu téh, 1 euro masih berkisar di nilai 15rebu perak. Huaaaaaaaaaa! Yang biasanya makan siomay Cikini cuma ngeluarin 5000 perak udah plus es teh manis bisa isi ulang, di sini mah 5000 perak, cuma bisa dipake beli sebiji permen cupacup. Dasar yurop! Bai de wei, apakah siomay Cikini ada niat mau buka cabang di stasiun Roma Termini???
Dari kebiasaan saya sering ber-galau trip menggunakan kereta, saya jadi tau beberapa kebiasaan orang Italia. Ternyata oh ternyata di balik jaket bulu musang keluaran rumah moda ternama, Italiani (penduduk Italia) menyimpan sejuta cerita. En bilif mi, pengalaman kamu naek kereta di Italia (FYI eike alumnus roker a.k.a ROmbongan KEReta KRL Jabodetabek) itu bener-bener bikin kamu one step ahead getting closer with those Italiani.
Meeeeen, Italiani di sini tuh bukan cuma berarti, pria-pria berwajah Francesco Totti aje ye. Semacam imigran dari Maroko, generasi ke-dua dari bangsa Tionghoa, mahasiswa-mahasiswa dari kawasan Eropa Timur, sampe tukang jualan kaca mata dari Bangladesh. Sagala aya bray...
Kami sering bertukar cerita. Mulai dari cerita sedih pria India yang jauh-jauh ke Italia demi bisa menghidupi keluarga di kampung halaman sampe cerita gokil mahasiswi asal Polandia yang pengen banget nonton konser Lady Gaga. Ajang temu sekilas ini juga bisa membantu melancarkan bahasa italia saya. Walaupun jarak Italia sama Inggris itu terletak di benua yang sama, phrase "tue stai in Italia, parla italiana!" (artinya: elo pan tinggal di Italia, ya ngomong lah pake bahasa italia!) udah jadi makanan sehari-hari buat kami, para kaum pendatang.
Awalnya sih eneug banget dikatain kaya gitu. Pret! Dut! Cuih! Saya pengen banget teriak, "woooooi! Bukan salah ibu mengandung gue dapet beasiswa di sini!" Tapi, lama-lama kalau dipikir bener juga tuh, saya aja suka seneng sendiri kalaua da bule yang bisa bahasa indonesia, orang italia juga seneng kali ya ada orang asing yang bisa bahasa mereka??? Lagian, nggak ada salahnya juga belajar bahasa italia. Selain bisa memperindah curriculum vitae, ya siapa tau bisa menjerat hati seorang Filippo Inzaghi! Morgan SM*SH, watch oooout!
Salah satu kebiasaan Italiani yang saya dapatkan dari pengalaman bergalau trip naek kereta ini adalah: NGOBROL!
Ngggg, saya juga demen sih ngobrol, namuuuun ada sedikit yang beda di sindang….
Jadi, saya pernah mengharuskan naek kereta yang membutuhkan waktu 10 jam. 10 jam dalem kereta? what could I do? Okelah, ngobrol sama orang sebelah, 15 menit. Periksa karcis sama kondektur, 1 menit. Pergi ke WC, 5 menit. Sisanya??? It's tiduuuur timeee! Apalagi ini perjalanan malam har, it's time for mimpi-in Morgan SM*SH! Kyaaaaa~ Kyaaaa~
Waktu sudah menunjukan pukul 1 malam, kereta yang sedang saya tumpangi akan sampai di tujuan pada pukul 8 pagi dan dilanjutkan lagi dengan kereta lainnya. Dari jam 1 malem sampe jam 8 pagi enaknya ngapain ya? Ngapalin tari kejang-nya Tante Poppy? Makan siomay Cikini (you wish!)? Latihan senam lantai? Hmmmmm, kayanya enakan tidur kali ya???
Lagi enak-enaknya tidur, tiba-tiba seorang pria muda tampan, menggunakan training suit, dengan rambut yang rapi-jali di gel, yang duduk di hadapan saya mendapatkan telepon. Well, berapa lama sih kamu nerima telepon pada saat jam 1 malam di dalem kereta di mana di depan kamu terbaring seorang wanita anggun berbulu domba berwajah srigala (dibaca: Nikita Willy yang sedang menyamar menjadi Viera)??????
15 menit pertama berlalu dengan suara cekikikan dari sang pria muda nan tampan. Aaaaargh, ternyata ganteng-ganteng gitu, tapi suaranya kagak jauh beda ama Tingkih Wingkih ya???
30 menit kemudian, sang pria muda nan tampan tersebut masih ketawa-ketawa-an sama orang yang di seberang teleponnya.
1 jam kemudian, sang pria muda nan tampan mulai bersayang-sayang-an sama suara di seberang. OOOOOOOOUCH! Kalau pacal saya telepon jam 2 malem cuma buat ketawa cekikikan sambil sayang-sayang-an, saya bakal putusin di tempat! Soalnya saya jadi nggak yakin, pacal saya itu manusia beneran atau temen sepermainan bola bekelnya jelangkung.
Yak, yak, yak, waktu sudah menunjukan pukul 3.43 AM (Anjrit Mameeeeen, red), gara-gara nih dengerin obrolan pria muda nan tampan cekikikan, saya jadi nggak bisa mimpiin Morgan SM*S! Gusti Nu Agung, Allahuakbar, ya Tuhan! Berarti udah 2 jam lebih ya tuh ngobrolnya??? Terlepas dari mahalnya pulsa. Kalau saya dapet jatah pulsa gratis seumur idup, kayanya saya nggak mau make buat nelepon berjam-jam di kala dini hari déh.
Sekitar pukul delapan pagi, dengan mata merah, kurang tidur, dan masih kebayang suara ceckikikan suara pria muda nan tampan sambil teteleponan, saya sampai di stasiun yang ingin saya tuju. Aaaaaargh, wajah sih boleh ganteng, tapi kelakuan nggak jauh beda sama arwah siluman kerbau! Cuh! Emang siluman kerbau suka nelepon berjam-jam gitu? Entahlah, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
Akhirnya saya cerita tentang pengalaman ini ke Alessandra, salah satu teman Italia saya dan bener aja sob, orang italia itu demen banget ngobrol. Saya dikasih contoh sama Alessandra, bagaimana orang Italia mengakhiri pembicaraan mereka di dalam sebuah panggilan telepn.
Setelah ngobrol 30 menit...
Sebut saja Francessco Totti (F): "Va bene, ho capito adesso. Ciao-ciao!" (Oke déh kakak, gue ngerti, ngerti. Deeeeeh!"
Sebuat saja Christian Vieri (C ): "Si, si. Ciao! Ma….." (OK, OK, deeeeeh….Tapi…."
F: "Ma? Che cosa?" (Tapi apaan bro?)
Obrolan pun berlanjut dengan penjelasan si Christian Vieri.
Setelah 1 jam….
F: "Aaaah, verooo. Va be, ciao!" (Aaaah, bener juga lo bro! Baiklah, deeeeh…."
C: "Ok. Ciao…" (Deeeeh….)
F: "Pérooo…." (Tapi…..)
Obrolan pun dilanjutkan dengan topiknya si Francessco Totti.
Setelah 1,5 jam…
C: "Non lo so. Ma me ne vado…" (Gue nggak tau juga sih bro. Eh, gue kudu cabut nih…)
F: "Ah, okay. ciao…." (Oh okay. Deeeeeeh…)
C: "Hmmm, aspetti c´e qualcosa…." (eh, bentar-bentar, ada yang pengen gue omongin….)
F: "Cosa?" (Apaan tuh bro?)
Obrolan pun berlanjut dengan curhatannya si Christian Vieri.
Setelah 2 jam…
C: "Si, si. Ciao! A dopo!" (Yup. Deeeeeh! See ya bro!)
F: "Ciao!" (Deeeeh….)
Francesso Totti dan Christian Vieri pun AKHIRNYOOOO menutup telepon masing-masing.
Padahal mereka téh udah dadah-dadahan tuh di 30 menit pertama, tapiii….Siiigh~ Oh iya, perlu ditekankan ya, nggak semua orang Italia kaya gitu. Ini mah kita ngomonginnya in general. Seperti, banyak orang bule berpendapat kalau orang Indonesia itu tukang ngaret, tapi saya punya temen asli Cibinong, orangnya sangat tepat waktu sekali. But, saya yakin, setiap orang yang pernah tinggal di Italia minimal setahun, pernah mengalami kejadian yang pernah saya alami ini.
Va bene (artinya: Ok déh), saya pamit dulu yak. Siap-siap buat kisah galau trip saya berikutnya dan….Tentu saja, di setiap akhir galau trip, saya bakal bagi-bagi kartu pos. Stei cuuuuun teyuuuussss.
Ciao!
deuh seru pisan.. jadi kepengen bisa bahasa perancis lagi.. kali aja nemu orang perancis ganteng.. hahaha
BalasHapuskekekekeke…..ouiiii, ouuuiii, aduuuh gue cuma tahu kata itu….
BalasHapusbutet pe'a saya mau dong kartu posnyaaaaaaaaaaaaaaaaaa n_____n *pencapir matre*
BalasHapussiaaaap! tunggu postingan ttg galau trip berikutnya :)
BalasHapusciao,bisa berbagi informasi tentang beasiswa s2 di italia ? grazie mille :)
BalasHapus