Minggu, 01 Mei 2011

Pengamen di Stasiun Roma Termini

Hari ini saya diharuskan untuk menjejakan kaki kembali di Stasiun Roma Termini. One of my favorite train station, so far.







Ngggg, gimana ya, para penumpang yang turun dari kereta di sini nggak se-ganas penumpang Stasiun Cawang. Penjaga loket karcisnya berbadan kekar dengan seragam yang mentereng punya. Somehow, jadi kangen stasiun Cikini….Emang sih petugas kondektur dengan seragam biru lusuhnya itu nggak sebanding sama tukang angkat-angkat koper di Stasiun Roma Termini. Tapi di situlah seninya, entah kenapa, buat saya, daya interaksi manusia itu tampak terlihat lebih unyu dibandingakan dengan sebuah keselarasan dan kenyamanan sebuah sistem yang ada, ajiiiiiib nih gaya bahasanya! Kekekeke.

Aaaaah, jadi kangen pulang bareng P4hR1 c H1T4m naek KRL ac ekonomi lagi nih! Jadi ye, kita itu adalah roker (ROmbongan KEReta) paling nggak rocker! Suatu siang bolong, kita berdua lagi nunggu kereta ekonomi yang jalan dengan kecepatan siput dipecut kumpeni. Bedak yang dipake P4hR1 c H1T4m dari semenjak pagi sudah luntur dan lotion wangi bunga kamboja yang saya oleskan di betis udah mulai menghilang baunya. Pada awalnya kami membuang waktu sambil mengobrol fluktuasi gerak nilai tukar rupiah pada peso Philipina sampe pada peso dapur.

Namun dua orang remaja SMP yang sedang nyeruput es sirop warna-warni yang pake zat pewarna, menarik perhatian kami. Dengan bermodal cengengesan dan rasa benci yang mendalam sama si Mischa di Cinta Fitri yang kagak pernah tobat-tobat itu, akhirnya muncullah ide kami buat nge-dubbing nih percakpan sepasang remaja SMP ala obrolannya si Putri dan Tuan Prabu.

Yak, yak, yak, mungkin kalau waktu itu kami sudah bergaji di atas 25 juta per bulan, kami bisa beli blekberih, dan adegan dungu-mendubbing itu tak akan pernah ada. Siiiigh~ Tiba-tiba aja saya kangen sama semua hal yang ada di Indonesia. Jadiiii, begini ya rasanya jadi perantau itu? Enak nggak enak, asyik nggak asyik, hajar bleh! Kekekeke. Balik lagi ke postingan awal aaaah...

Well, tempat favorite saya nongkrong setelah WC adalah stasiun kereta. Kekekeke. Aduuuuh yang mulia Teteh Piera ini nggak g4vL benjet 513cH! Kalau mau kongkow mah ya, tuh di emol-emol tersohor ibu kota, di cafe-cafe ber-hot-spot gretongan 24 jam non stop, atau apa tuh namanya, ngggg, cafe tempat jualan es krim yang lagi hipster benjet di mana harga-harga menu yang ditawarkannya hampir sama kaya bayaran SPP waktu saya masih SMA????







Suasana dalam sebuah stasiun kereta itu bener-bener a very, very, very beautiful-chaos! Dari chaos cabe sampe chaos tomat! Waktu masih suka bolak-balik Jakarta-Bogor, saya téh suka heri alias HEboh sendiRi liat betapa hiruk-pikuknya suasana di Stasiun Manggarai. Rel kereta yang bejibun, banci yang suka nyanyi lagunya Tante Elvi Sukaesih, sampe tukang jualan lap kanebo yang melayang ke dari peron sana ke peron sini.

Tapi, hobby saya, menuliskan curahan-curahan hati dari hati yang tergalau itu bermula dari sana. Stasiun kereta itu nggak pernah kehabisan bahan cerita. Dari Kondektur yang suka godain mbak-mbak penjaga pulsa sampe rasa kelelahan seorang ibu yang tertunduk lemas dengan seorang bayi di pangkuan tangan kanannya dan barang belanjaan dari Pasar Tanah Abang di tangan kirinya.

Meeeeeen, kalau mau marah-marah sampe pengen guyurin bensin ke papan jadwal kereta yang kurang baguno gara-gara kereta sering telat atau kalau mau lebih mensyukuri hidup setelah ngeliat masih banyak orang yang nggak seberuntung kita, stasiun kereta tempatnya! Udah nggak jaman lah kongkow di kapeh, ngopi, dengerin live music. Sekarang saatnya, nongkrong di stasiun kereta di depan tukang gorengan 500 perak, makan bala-bala, dengerin pengamen nyanyi-nyanyi.

Jatuh cintrong sama kondektur berwajah mirip Mario Lawalata, bergunjing tentang gaji presiden Mongolia, cerita tentang konsep foto pre wedding, sampe makan siomay Cikini. Semua itu cuma bisa saya lakuin di stasiun kereta. Aaaaaargh, kenjeeeen.

Dan semua rasa kekangenan akan stasiun kereta itu saya tumpahkan habis-habisan ke stasiun Roma Termini. Nggggg, nggak jauh beda sih sama stasiun Cawang.







Kalau di stasiun Cawang saya bisa liat KRL ekonomi (kereta tercepat di Indonesia pada masa kejayaan Hayam Wuruk), nah di stasiun Roma Termini ini saya biasa liat kereta eurostar (kereta tercepat di Eropa pada masa kini).







Kalau di stasiun Cawang saya bisa ngeliat pengamen kecrek-kecrek, nah kalau di Stasiun Termini saya bisa liat orkestra…..Kalau di stasiun Cawang, saya bisa….WOOOOOOT~ Bentar-bentar???? Orkestra????? O-R-K-E-S-T-R-A???? Orkestraaaaaaaa???







Ho-oh! Ajiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiib niaaaaaan! Yup, kalau di stasiun Cawang saya bisa liat KONDEKTUR. Sedangkan di Stasiun Roma Termini, saya bisa liat KONDUKTOR!







Jadi, waktu itu, saya baru aja keluar dari Toilet umum Roma Termini yang diharuskan bayar 1 euro buat masuk ke sono! Najooooong tralala benjet déh! Mau masuk WC aja kudu bayar 12.500 perak! Emang saya mau pipis sambil ngapain coba??? Yak, ketika saya keluar dari toilet bikin kere seketika itu, saya disambut oleh suara alunan biola dari lagu yang sudah tidak asing di kuping saya. Bukan! Bukan 'I heart you'-nya SM*SH!!! Bukan! Bukan juga jingle iklan Rapillo! Rapi lho! Tapi…..







Lagu sontreknya STAR WARS! AJIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIB! Saya langsung ngeluarin pedang cahaya dari tas ransel saya! Lari-lari di antara kerumunan para pengunjung! Sambil ngeluarin suara "Deziiiiiiiiiing! Deziiiiiiiing! Deziiiiiing!" Dari mulut yang dimonyong-monyongin.

Ya, ya, ya, saya akui kalau masa kecil saya itu kurang bahagia….Sayangnya, pas bagian mereka maenin lagu STAR WARS saya nggak sempet ngerekam, saking capeknya lari-lari dari toilet umum, pas nyampe deket panggung, mereka udah maenin lagu laen.





Sorry yak, kualitas videonya emang kurang unyu, tapi bilif mi, kalau kamu lagi stay di sana, kamu bakal terkagum-kagum sama sistem akustiknya stasiun yang satu ini! Suara musik nih pengamen orkestra sama sekali nggak bergema!

Dengan tinggi badan saya yang kaya model catwalk…..Keinjek monster gabora! Jarak pandang saya sering banget terhalang oleh para penonton bule Yurop yang tinggi-tinggi itu.







Sebenernya bisa sih saya naik ke lantai dua, tapiiii di sana itu tempat kapeh-kapeh mahal bercokol, di mana harga kopi espresso yang bisa saya beli dengan 50-80 sen di vending machine, bisa dijual seharga 3 euro.








Aaaaaah, jadi pengen ngajak Addie MS maen di stasiun Cawang ma meeeeen! Menurut saya, hiburan semacam orkestra ini bisa mengurangi sedikit keganasan para penumpang stasiun Cawang di jam pulang kantor déh. Kebayang aja gitu, para mas-mas yang caem dan mbak-mbak yang cantik-cantik itu masuk ke dalam kereta sambil berbaris rapi kaya tentara masuk WC. Nggggg, bai de wei, tentara itu kalau masuk WC ngantri nggak sih?







Hmmm, kalau dipikir-pikir. Stasiun itu tempat paling asoy buat berpromosi yak. As we know, sebagai anggota kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) sejati, udah nggak unyu ya ngeluh sama keadaan.


Situasi: Kereta ngaret sejam.
Yang dilakukan: Ngomel-ngomel.


Mening ya kalau tenaga kita buat ngomel itu bisa buat kereta yang pengen kita pake bisa terbang dibawa awan kinton. Yak, daripada capek marah-marah meningan perbanyak dzikir dan banyakin berdoa, kan katanya doa orang yang sedang teraniaya (dianiaya sama ngaretnya kedatangan kereta) itu paling cepet diijabah.

Well, di mana lagi coba bisa ngumpulin 'target pasar' sebanyak para penumpang kereta di Stasiun Jakarta kota di saat jam pulang kantor??? Apalagi kalau udah ada kereta yang ngaret??? Mau nggak mau, tuh orang-orang pada stuck di dalem stasiun, di sini lah celah yang keren buat para perusahaan iklan mempromosikan produknya.

Mau nggak mau, orang-orang bakal liat produk yang kita jual bukan??? Dan tentu saja, jenis iklan yang ditawarkan kudu kere-aktip. Hareeee geneeee, masih pajang mbak-mbak pake rok mini???? Ikutin tuh caranya PT. KAI-nya Italia, pasang konser orkestra tiba-tiba di busy hour. What an idea!







Booo, gossipnya juga nih stasiun pernah dijadiin runaway para fashion designer kenamaan lhooo! AJIIIIIIIIB! Nggak kebayang ya, kalau tuh peron stasiun Cawang yang penuh sama tukang jualan mijon atawa akuwa, tiba-tiba ada cewek lenggak-lenggok pake bajunya Oscar Lawalata. Abis tuh disuwit-wiw-in sama tukang jualan prutang.








En yu nou, sebagai lulusan jurusan desain interior yang murtad, kekekeke, walaupun hati ini sama sekali nggak punya minat untuk kerja di bidang yang satu itu, tapi emang ye, gara-gara selama empat taon dicekokin ilmu teori bangunan dan ilmu hitamnya Ki Sanak, nih mata teteup nggak bisa lepas dari tiga komponen utama terbentuknya sebuah ruangan. Ceiling, dinding, dan lantai.







Setelah dibuat cinta mati sama wall-ornament yang nempel di dinding rumah-rumahnya para penduduk lokal di Assisi. Sekarang giliran ceiling-nya stasiun Roma Termini yang buat hati saya klepek-klepek.







Stasiun Roma Termini ini juga dilengkapi dengan (kalau nggak salah) 28 atau 30 rel gitu ya??? Nggg, lupa, karena keseringan nge-galau di sana, jadi nggak pernah ngitung, kekekeke. Sama banyak benjet toko-toko brand ternama. Juga lengkap sama dipo (bengkelnya kereta).





Ya, sekiranya begitulah sedikit cerita dari tempat favorite saya buat meng-galau. Oh iya, saya sempet beli kartu pos di salah satu pojokan Stasiun Roma Termini lhoooo! Rapi lhoooooo! Rapillooooo! Mau?

5 komentar:

  1. jangan lupa ISO-nya ya gan...

    BalasHapus
  2. peee sumpah ya ni keren bangaaatt!!
    huhuhhu orekesetra di stasiun?? waduhhh hikhik kayaknya bakal jadi tempat favorit gua deh pee

    BalasHapus
  3. Ayoooo beibs, maen biola di stasiun cawang!

    BalasHapus
  4. mau donk kartuposnyaaa :D

    BalasHapus