Senin, 27 Juni 2011

Behind the scenes pt.3

Iklan indomie ini dishoot di dua lokasi. Yang pertama di Indonesia, tapi saya kurang tau detailnya, soalnya udah tiga kali lebaran, tiga kali puasa, yang mulia Teteh Piera tak pernah pulang…Ya, lumayanlah bisa nyaingin Bang Toyib.

Sedangkan lokasi yang kedua bertempat di….Italia! Nah, kalau yang ini saya berani cerita banyak.







Okeh, simpanlah bayangan kalian, kalau ketika saya shooting saya di kelilingi oleh banyak kru. Pada kenyataannya, hanya ada dua orang yang datang menghampiri saya di tanah tempat Berlusconi sedang berkuasa ini. Mbak Luki, sang sutradara dan Mas Sven, sang kameramen. Pengalaman saya sekitar empat hari bersama kedua orang ini tak akan pernah saya lupakan. Alhamdulillah-puji Tuhan banget déh, pengalaman pertama buat dapet kesempatan masup tipi, langsung dikasih orang-orang bertangan dingin! Ya, ya, ya, dulu juga saya sering sih bergaul berasama orang-orang bertangan dingin, alias tukang potong ikan tongkol ama cumi-cumi di pasar Anyar.







Buat yang ingin lebih mengenal Mbak Luki sang sutradara yang jadi temen curhat dadakan terbaik yang saya punya, bisa ditengok websitenya;



http://web.mac.com/lukitasari/Site/Welcome.html



tempat di mana beliau memajang hasil karya-karya yang jaman dulu cuma bisa saya liat di dalam layar kaca, tanpa tau kalau beliau lah, orang yang berada di balik karya-karyanya yang superb itu. Aaaaah pokoknya saya sujud sungkem déh sama karya-karyanya Mbak Luki!







Sedangkan Mas Sven….Wait a moment! Buat temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang punya lidah sunda kaya saya, mari kita toss terlebih dahulu! Dari namanya aja udah ketauan kalau beliau ini bukan orang Indonesia (apalagi orang Cibinong) dan dengan lidah sunda saya yang hanya bisa samar-samar membedakan antara ketiga huruf sakral sunda-isme, 'V', 'P', dan 'F', dengan suksesnya saya menyebut nama Mas Sven, menjadi Mas Seu-ti-peun!







Buat temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang udah jago basa jerman mah pasti sudah mengerti bagaimana pelafalannya nama 'Sven' ini harusnya disebut 'Su-en'. Oh iya, sebenernya mas Sven nggak suka sih saya tambahin embel-embel di depan namanya. Tapi da maklum ya, saya téh orang yang besar di lingkungan dengan adat ketimurannya cukup kuat, asa aneh aja gitu manggil orang yang umurnya agak lebih tua dari saya, tanpa panggilan 'kakak', 'mas', atau sebutan lebih tua lainnya.







Sebelum syuting dilakukan, yang mulia Teteh Piera deg-deg-an banget. Itu mah ya, setiap boker téh saya suka bengong aja gitu. Tuh perut bisa ngeden se-angkara murka, tapi pikiran ama jiwa ini blank, saking bingungnya apa yang harus dilakukan ketika shooting nanti. Mungkinkah Mbak Luki nyuruh saya slupurt indomie sambil kayang? Mungkinkah Mas Sven nyuruh saya mrintilin mie Indomie sambil sikap lilin sempurna? Who knows?







Tapiiii, kenyataan berkata lain. Saya malah lebih berasa lagi study tour keliling Calabria bersama teman-teman dari TK Kasih Ibu, it waaaas realllly fun! Jujur nih ye, kalau bukan gara-gara hunting lokasi buat shoot iklan ini, saya nggak akan pernah tau, kalau ternyata Rende punya banyak tempat indah banget. Tempat-tempat yang nggak bisa dicapai menggunakan kendaraan umum.







Oh iya, di sela-sela hunting lokasi, Mas Sven juga ngasih cerita ala bule Indonesia-nya. You know, saya paling demen denger cerita-cerita gokil dari orang-orang yang tinggal di luar negri. Entah itu temen-temen Cibinong saya yang tinggal di luar Indonesia atau para expat yang tinggal di Indonesia.

Ceritanya si Mas Sven yang asli Jerman tapi demen makan tempe mendoan ini baru nyampe di Bandara Cengkareng, dia mau balik ke apartmentnya di kawasan Slipi-Jakarta. Mas Sven pun memutuskan untuk menggunakan salah satu jasa taxi yang suka ider-ideran di sekitar Soekarno Hatta dan tampaknya Mas Sven memilih taxi dengan supir yang punya dedikasi tinggi terhadap profesinya. Jadi gini, di dalam perjalanan menuju apartment-nya, Mas Sven melihat kalau supir taxi-nya nyetir dalam keadaan sesekali matanya tertutup.

Bukan! BUKAAAAAAAAN, bukaaaaan…..Yang jadi supir taxi-nya Mas Sven itu bukan Dedy Cobuzier (<-- Gimana sih nulis namanya yang bener?), yang bisa nyetir keliling Jakarta sambil ditutup matanya, supir taxi-nya Mas Sven hanyalah seorang manusia biasa yang bisa ngantuk juga. Mas Sven cemas dong dengan situasi seperti ini, aje gileeee, dia kan mau balik ke apartment-nya di Slipi dengan selamat dan sehat walafiat gitu dan percakapan itu pun terjadi begitu saja….

Mas Sven: "Excuse me, but are you sleepy?"
Supir taxi (mungkinkah dia sebenernya adalah Dedi Cobuzier yang sedang menyamar?) yang tiba-tiba kebangun dari tidurnya yang lelap: "Eh! Ngg….Ngggg….no Sir, we're still in Kuningan…"

Deeeeeng-doooong!

Huahahahaha! Keren abis nih supir taxi! Okeh buat temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang agak roaming sama jokes-nya, sini saya jelasin terlebih dahulu. Jadi, mungkin dikarenakan kelelahan, tuh supir taxi mengira kalau Mas Sven nanya "are we in Slipi?" (Apakah kita udah sampai daerah Slipi?) dan dia ngejawab, "nggak Sir, kita masih di daerah Kuningan…"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar