Sudah beberapa hari terakhir ini saya ber-deadline ria mengerjakan beberapa tugas yang memang sudah hampir dekat dengan waktu penyelesaiannya. Makanya, komitmen saya sebagai daily blogger agak tersendat…..
Waktu sudah menunjukan pukul tiga shubuh, suara serak John Mayer terus terputar dari earphone yang sudah saya miliki selama enam tahun terakhir itu.
Siang hari sebelumnya, saya dan teman kerja berdeadline, si graphic designer, sempat bertemu dengan salah satu client project kami, yang konon katanya telah melakukan operasi kecantikan pada salah satu bagian tubuhnya, sebut saja Mawar (bukan nama sebenarnya, red).
Sebagai seorang anak yang dibersarkan secara konservatif, saya sangat menentang habis-habisan keputusan banyak orang untuk melakukan operasi di sebelah manapun bagian tubuhnya.
"Ajeeee gileeee luuuu, kaya kurang bersyukur sama ciptaan Tuhan!" Itulah opini awal saya sampai obrolan tentang trend operasi plastik muncul di antara saya dan si graphic designer itu muncul, sebagai peneman lembur.
"Dia itu dioperasi plastik kali Vier, nggak mungkin ada rahang manusia bisa kaya gitu!" Si graphic designer membuka obrolan.
Sebagai orang yang gampang iri hati namun tetap percaya akan kekuasaan Tuhan, saya pun menimpali, "mungkin emang udah cantik dari sono-nya. Dia banyak ngelakuin amal kali, jadi Tuhan ngasih balasan, dengan cara ngasih wajah cantik….."
Si graphic designer membetulkan posisi duduknya sedikit, "kamu itu ya….."
Masih dengan layer-layer photoshop, saya bersikukuh dengan pemikiran konservatif yang sudah tertanam dengan baik semenjak dahulu kala, "ngapain sih mereka operasi plastik? Kayanya hidupnya sebagai public figure itu tetep bisa terjaga tanpa melakukan operasi plastik déh…."
Si graphic designer mulai tampak geram dengan cara berpikir saya, "Viera, semua orang di dunia ini butuh investasi. Pengusaha-pengusaha properti itu investasi di bangunan-bangunan tingkat tinggi, para seniman investasi dalam karya-karyanya, dan para public figure itu investasi di……"
Helaan nafas si graphic designer terdengar memberat sedikit, "penampilan…." lanjutnya.
Kedua bola mata saya tergeser dengan sempurna dari layar macbook yang sudah kusam itu, menjadi wajah dari sang teman lembur.
"Buat mereka, penampilan itu adalah investasi dan yang namanya investasi, dilakukan dengan harapan keberlangsungan hidup setiap individu di masa yang akan datang. Kamu nggak bisa nge-judge apa yang mereka investasi itu benar atau salah, sebelum kamu nempatin diri kamu di dalam posisi mereka." Penjelasan singkat dari si graphic designer yang membuat sistem pemikiran saya dipukul mundur telak.
Pekerjaan lembur itu kami putuskan untuk dilanjutkan keesokan harinya, namun kesimpulan dari obrolan saya dengan si graphic designer itu terus terpatri dalam pikiran saya.
Bener juga ya? Selama ini, saya juga selalu berinvestasi sama kegiatan jalan-jalan yang saya lakukan. Kata-kata "ngabisin duit aja lu!" atau "emang lu nggak mau nabung?" atau "lu kan cewek, nggak takut tuh jalan-jalan ke sana ke mari sendirian????" sudah sering terdengar di kedua telinga saya.
But, hey! Buat saya, kegiatan jalan-jalan yang selama ini saya lakoni itu adalah investasi buat saya. Toh setiap selesai melakukan sebuah perjalanan, I always feel awesome.
Lagian kan yang jalan-jalan itu saya, kok situ yang ribut. Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan……..
As usual ya, Tuhan selalu ngasih saya pelajaran dengan cara yang paling kece!
Kalau boleh dibalik…..Gimana kalau apa yang saya pikirkan tentang berinvestasi jalan-jalan itu, saya terapkan kepada apa yang para public figure pikirkan tentang berinvestasi dalam penampilan mereka masing-masing.
Hmmmm, let's see…..
Kalau setiap selesai melakukan perjalanan, saya mendapatkan awesomeness feeling, berarti setiap melakukan prosedur operasi, ada kemungkinan besar kalau para public figure itu juga merasakan the same feeling.
Terussssssss, pendapat saya tentang ignorance what people think, boleh juga dong dipakai sama para si public figure itu, "lagian kan yang operasi itu saya, kok situ yang ribut????"
This is what I like dari konsep Tuhan yang menyembunyikan sistem pemberian pahala. Yang sering soedekah 2 milyar belum tentu masuk surga, yang suka nyinyir sama kehidupan bisa jadi ditolak neraka.
Yang pernah ngelakuin sedot lemak belum tentu jadi mahluk hidup yang nelangsa, yang sering bangun masjid di mana-mana belum tentu mendapatkan hidup tanpa dosa.
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar