Selasa, 14 Agustus 2012

[13] Balada ngekos: Cerita Kang Supir

Biarpun saya anak kosan yang terpaksa demen jalan kaki kemana-mana, namun beberapa waktu yang lalu, saya diberikan rezeki untuk menggunakan taksi sebagai sarana transportasi pilihan utama. Makluuuum, kata dokter pribadi keluarga, saya tuh nggak boleh sering-sering naek angkot apalagi ojek….#PRET!






Sebenernya saya agak rancu juga buat naik taksi, jiwa penumpang buswaynya masih terus terjaga. Kayanya agak nggak ridho aja gitu ngeluarin duit lebih dari 3500 perak buat keliling ibu kota.

Cumaaaa, yaaaa begitulah Tuhan itu selalu ngasih sesuatu sesuai porsinya :) Saya nggak bakal dapat cerita kaya gini seharga 3500 rupiah.

Jadi, selama di perjalan dari Jekardah Utara ke Jekardah Selatan itu saya ditemani oleh cerita si supir yang langsung pengen saya share ke temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!)

"Mas, nanti lebaran pulang ke mana?" Saya pun membuka suara di tengah-tengah kemacetan kawasan Sudirman yang harus kami lalui untuk mencapai lokasi yang saya inginkan.

"Bandung Mbak….." Jawabnya agak lesu. Mungkin aktivitas puasa membuat kondisi si supir agak menurun.

Dengan sedikit antusias saya merespon jawaban tersebut, "waaaah, saya juga urang Sunda, sempet lama tinggal di Bandung. Atuh kalau gitu mah saya manggilnya 'kang' yah? Bukan 'mas'? Hehehehe."

Tarikan nafas rendah pertanda kelelahan ditunjukan oleh Kang Supir yang satu ini. "Sebenernya saya nggak mau jadi supir taksi Mbak…."

Teruuussss??? Kang Supir mauuu jadi apaaaa??? Jadi foto model??? Kebetulan nih ya guys, wajah Kang Supir ini sebelas-dua belas lah sama Indra L Brugman. Meeeeen, kapan lagi bisa disupirin sama Indra L. Brugman KW super???

"Saya itu punya band di Bandung. Alirannya rok en rol. Kami sudah punya EP dan pernah main di acara Bandung Berisik." WOOOOOOT! Ajeeee gileeeee~ Jadi, saya disupirin sama anak band nih???

Bandung Berisik sendiri adalah acara konser musik bergengsi yang ditujukan bagi komunitas underground di kawasan si ibu kota Jawa Barat itu dan sekitarnya.

"Terus, kenapa nggak diterusin aja nge-band-nya?" Tanya saya. Maklum sebagai penganut aliran pengejar-passion, kadang saya suka agak kurang terima sama orang-orang yang menyerah dengan mimpinya begitu saja karena terbentur kendala-kendala keduniawi-an.

Dari kaca spion depan, terlihat raut wajah Kang Supir berubah sedikit. "Saya punya adik, dia nyantren di Cianjur, kalau saya nge-band, uangnya nggak cukup buat bayarin SPP dia. Lebaran ini juga kayanya saya nggak pulang."

Huwoooooooh, kayanya Tuhan lagi 'noyor' saya nih buat lebih mensyukuri hidup. Maklum, biar dikate saya bisa sekolah tanpa memikirkan biaya, tapiiiii teteuuuup aja tuh saya suka ngeluh ini-itu, dimulai dari sistem pendidikan di Indonesia yang buruk lah, si Papap yang kurang kasih uang jajan lah, kakak senior yang lebih ngecengin temen saya yang anak cheers lah, pokoknya kalau ada yang bilang manusia nggak akan pernah puas itu, ya bener banget! Saya contohnya! Jangan ditiru ya adik-adik T.T

Namun ceritanya Kang Supir belum berakhir sampai di situ.

"Tapi, saya sih pengen banget ngelanjutin band lagi. Saya yakin takdir saya itu jadi anak band, tapi nasib saya sekarang masih jadi supir taksi." Ujar Kang Supir penuh semangat.

Nggggggg, sebentaaaaar…..Sebentar.

Hmmmmm, bener juga! Selama ini saya selalu berpikir kalau takdir dan nasib itu sama, padahal menurut kesimpulan yang saya ambil dari obrolan sama si Kang Supir ini, they are two different things!

Banyak orang bilang, "yaaaah, udah nasib gue jadi orang miskin!" But, who knows kalau takdirnya mereka itu sebenernya jadi orang kaya???

Nasib adalah apa yang terjadi saat ini, sedangka takdir apa yang akan terjadi di ujung hayat kita kelak. Nasib bisa diubah, namun takdir sudah tertulis semenjak di alam Barzah. Kadang saya suka berterimakasih juga, karena Tuhan tidak memberikan kemampuan untuk bisa menerawang masa depan, karenaaaaaa, seru-nya hidup itu adalah ketika kita bisa menerka-nerka, kira-kira masa depan kita seperti apa ya??? Ketika kita diberika keluasan oleh Tuhan untuk menentukan what we want to be.

Kunci dari perubahan nasib itu adalah ketegasan memilih jalan kehidupan yang kita inginkan, sedangkan segala macam takdir bisa kita terima, asalkan kita ikhlas dengan apa yang kita miliki.

Yuuuup, semoga teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) bisa mengubah nasib temen-temen dengan penuh rasa ikhlas, kali-kali aja dapet Mercedes E-Class, kekekeke!

Emang ya harga 'toyoran' Tuhan itu nggak sebanding sama harga tiker naek Trans Jakarta :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar