Rabu, 24 April 2013

Senja merana

Sore, senja, menjingga, dan merana.

Dia datang menggunakan polo shirt berwarna hijau tosca kegemarannya. Celana jeans biru luntur yang entah terakhir kali dicuci kapan setia menempel di kakinya. Tas lusuh berisikan handphone dengan nada poliponik 24 bit dan buku notes kecil beserta pulpen pilot berwarna biru yang kayanya hanya Tuhan dan dia yang tau kapan tintanya akan habis, selalu menemaninya.

Saya sedang duduk terdiam. Di dalam kelam. Menilik masa depan yang tampak buram. Suara teriakan para supoter PERSIKABO dari atas angkot yang mereka sewa dengan paksa, sesekali membuyarkan lamunan saya.

Kedatangannya membuat saya sedikit senang, lumayan dari tadi digodain sama supir angkot yang ngetem. Yak, hari ini saya berjanji untuk menemani salah satu sahabat untuk jalan-jalan mengelilingi si kota hujan.

"Eh Pe, nih buat lu!"






"Jaman sekarang bukan ucapan doang yang bisa jadi doa, bungkus coklat juga bisa..."






KAMFRETOOOOOOO! Tapi, amin-in juga déh....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar