Rabu, 19 April 2017

Yogyakarta Trip: Meet The Fabulous People

Yogyakarta trip kemarin berasa semakin seru dikarenakan saya juga berkesempatan bertemu dengan one of my fav youtuber dan salah dua dari teman-teman kelompok PENCAVIER (PENgamat CeritA-cerita VIERa!) yang belum pernah ketemu sebelumnya!

Saya sempet ketemu sama Pak Martin, one of my favorite youtuber. You have to check his videos! Kehidupan sehari-hari dari sebuah keluarga Amerika yang tinggal Yogyakarta dengan segala kesenangan dan kesusahannya tinggal di negri orang. Pak Martin ini punya dua channel youtube, versi bahasa Indonesia dengan nama Pak Martin, dan versi bahasa Inggris dengan nama Martin Johnson. hats off to him - he has been updating those two channels almost everyday. Dedikasinya perlu banget saya contoh!







Yuk nonton channelnya Pak Martin, lumayan lho kali-kali aja bisa latihan  speaking sama listening sections IELTS test, hehehehe!

Setelah ketemu Pak Martin, saya juga sempat berkunjung ke salah satu kantor penerbit tersohor di Yogya. Uuurgh kantornya idaman saya ini mah. Nuansa homy sangat terasa, ditambah dengan para staffnya yang baik hati dan tidak sombong. Hehehe…






Terusssss, saya juga ketemu sama Mba Dian! OOOOOH I was so thrilled to bits! Mba Dian ini udah ngikutin blog saya dari tahun….Nggg, kalau nggak salah 2011(bener nggak Mba Dian?). Semenjak dia masih tinggal di Jepang dan sekarang udah balik lagi ke Indonesia. Semenjak, Dito, anak pertamanya Mbak Dian masih cuilik sampe sekarang udah sekolah SD. Dan baru kemaren sempet ketemuan langsung.






Saya diajak ke Jejamuran. Oooooouch! This was one of the recommended resto to visit. Hukumnya fardhu ain lah. Enaknya sih ke sini tuh pagi-pagi pas weekdays, enak masih sepi. Saking bikin nagihnya, saya sampe ke sini tiga kali lho guys!

Harga makanannya murah, rasanya uenak, pelayanannya top, dan kalau saya mau nyebrang dari tempat parkiran menuju restoran itu, saya sampai 'dikawal' empat security guards, padahal jalannya kosong.

Sebagai orang yang tinggal di pinggir jalan, yang suka diklaksonin angkot kalau mau nyebrang buat beli ale-ale di warung sebrang rumah, tentu saja hal ini sungguh membuat saya merasa seperti orang terhormat, padahal saya cuma mau nyebrang jalan yang lebarnya nggak sampe 6 meter-an itu.

Saya sempet juga diceritain kalau Mba Dian pertama kali ketemu suaminya yang sekarang itu di sini. Uuuurgh, semoga saya bisa kena 'berkah'-nya Mba Dian~

Saya juga ikutan ngejemput Dito pulang dari sekolahnya. Mba Dian sempet cerita, kalau sekolah Dito yang sekarang merupakan sekolah kedua Dito. Mba Dian merasa kurang sreg sama sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah pertama Dito.






Lalu, saya juga diajak ke pameran karya seni temannya Mba Dian. Aaaaargh, belum pernah ke Yogya kalau belum pernah ke salah satu galeri seninya. Art exhibition yang saya datangi kali itu berjudul Bumbon #2 Babon. Pameran ini dikhususkan untuk para artist perempuan menampilkan karya-karya mereka.






Ada salah satu karya temennya Mba Dian yang juga ditampilkan di situ and it was so beautiful. Dapet banget tuh kesan 'fragile' di sayap capung yang emang mudah terkoyak.




Terus ada lagi karya seniman Ayu Arista Utami berjudul 'Umbrella' yang juga menjadi favorite saya.






Selain ke Yogya, saya juga menyempatkan diri untuk bertemu Arin, another teman kelompok PENCAVIER yang tinggal di Klaten. Sekitar 40 menit dari Yogyakarta. Sebagai kereta api anthusiast-tapi-ga-anthusiast-anthusiast-amat, saya sangat menunggu-nunggu kesempatan ini. Selain bisa ketemu Arin, ini merupakan pengalaman pertama saya naik kereta api lokal Yogyakarta.

Sempat ada kejadian memalukan juga ketika saya mau membeli tiket kereta api.


Saya: "Mas, beli satu paramex buat ke Solo."
Penjual tiket: "Mbae sakit kepala?"
Saya: "Hah?"
Penjual tiket: "Prameks Mbae, bukan paramex."


Uuuuurgh, butuh dada Nicholas Saputra buat nutupin muka saya sesegera mungkin T^T

Jadi, nama keretanya itu Prameks, singkatan dari Prambanan Ekspres. Jadwal keretanya setiap satu jam sekali, ada tempat duduknya dengan sistem siapa cepat dia dapat, dan AC-nya semeriwing.

Saya dijemput Arin dan suami di Stasiun Klaten, satu stasiun sebelum Solo. Saya diajak keliling Klaten yang sepiiiiiii banget compare to area rumah saya di Bogor.

Aduh, saya teh sensitive banget nih sama kebisingan, maklum rumah saya di sebrang jalan besar, suara knalpot angkot brebek setiap jam tiga pagi udah jadi alarm  tersendiri. Ditambah bengkel mobil di sebrang rumah yang nggak kalah berisiknya di kala jam buka. Setiap dua hari sekali dari jam 6 sore sampai jam 9 malem, speaker masjid selalu bertaut-tautan mulai dari suara adzan anak-anak kecil sampai pengajian. Dan yang nggak kalah gegap gempitanya, suara klakson telolet dari truk-truk pengantar ikan ke tempat pembekuan yang ada di sebelah bengkel, setiap malam.

Makanya saya suka amazed banget sama daerah-daerah yang sunyi. Saya suka berasa menyatu dengan alam….Alam nature ya, bukan Alam Mbah Dukun T^T

Sama seperti area di Klaten, padahal saya ke sana jam makan siang, saya pikir bakal macet, eh taunyaaaa kosong-kosong aja tuh T^T I envy this environment soooo much.






Saya juga diajak Arin ke toko buku langganannya. Walaupun tidak sebesar Gramedia, tapi toko buku tersebut cukup nyaman. Interiornya juga bagus, ada area baca khusus dengan rak buku yang dibuat seperti dahan pohon yang menempel di salah satu bagian dindingnya dan karpet rumput hijau seabagai alas, membuat saya seperti sedang membaca di sebuah taman tapi indoor. Yak, bisa jadi inspirasi dekorasi rumah buat temen-temen lainnya juga nih :)






Kami sempat mengunjungi sebuah resto apung. Makanannya enaaaaaak banget, sebagai orang sunda, saya mengakui kepedesan dari sambel yang mereka sediakan.






All in all, as I said so many times, my Yogya trip was absolutely delighted! Makasih Pak Martin, teman-teman di Bentang, Mba Dian, dan Arin beserta suami. Semoga bisa ketemu lagi~



Tidak ada komentar:

Posting Komentar