Rabu, 03 Januari 2018

Me, my dad, my mom, & her stroke: IGD (Iiih Gitu Deh)

Sampailah kami di IGD.

Call me stupid or anything you want, sebagai salah seorang pengguna BPJS, saya baru tau kalau pasien BPJS bisa mask IGD tampa menggunakan surat rujukan dari Puskesmas terdekat.

Hmmm, iya juga sih, kalau minta surat rujukan dari Puskesmas yang rata-rata baru buka jam 8 pagi itu, apa kabar kondisi pasien kaya Mamah saya yang kejang-kejang jam tiga pagi??? Kalau nunggu Puskemas buka dulu mah, ya wassalam…Tapi, intinya mah saya baru tau tentang fakta tersebut, soalnya saya belum pernah memakai kartu BPJS saya sama sekali.

Dengan kesadaran yang sangat minim, ya kira-kira nih kalau kondisi sehari-hari, Bu Evie ini kondisi kesadarannya bisa 110%, sehat dan hebring banget lah! Nah, waktu kejang-kejang kemarin tuh, saya bisa bilang kondisi Mamah itu hanya 5%.

Kalau kata Awkarin mah, nakal boleh, bego jangan.

Kalau kata saya mah, sedih boleh, nangis jangan.

Seriusan, saya bisa pastikan, tidak setetes air mata pun keluar dari mata saya saat itu. Nangis itu butuh banyak tenaga dan dalam kondisi 'heboh' seperti itu, satu hal yang harus bisa saya usahakan, jaga energi saya. Saya nggak boleh capek dalam situasi kaya gini.

Jumlah saudara sepupu sama keponakan saya kaya seluruh pemain sepak bola Gojek Traveloka Liga dijadiin satu a.k.a loba pisan, tapi saya ini anak tunggal, if something happens to me, nggak ada yang bisa jadi 'double-body' selayaknya anggota keluarga sebuah keluarga inti.

Setiap jenis anak sebenarnya punya kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Saya yakin anak pertama, tengah, atau akhir pasti punya kebahagiaan dan kesedihan tersendiri, namun karena saya ini anak tunggal, ya saya bakal ngasih opini dari pengalaman yang saya jalani sebagai the only child sahaja.

Banyak orang bilang anak tunggal itu manja, yes we are. Tapi, somehow we are being taught how to survive alone. Simply kaya….Sampai saat ini, saya masih bingung sama konsep orang yang suka minta dianterin ke WC, mau dicebokin atau gimana nih ceritanya? Lah kalau mau ke WC mah, sendiri aja, unless temen kamu juga mau buang hajat.

Kalau ke WC aja saya berani sendiri, apalagi menghadapi penyakit si Mamah. Eh tapi, kita nggak akan pernah sendiri deng, kan ada Tuhan selalu menyertai, azeeeg~

Balik lagi ke cerita si Mamah di IGD…..

Saya wanti-wanti ke Papah untuk jangan men-share berita apapun ke kerabat dekat, sebelum keluar diagnosa pasti dari dokter. Yang saya takutkan adalah, kami aja yang di IGD, yang melihat sendiri kondisi Mamah saat itu sudah cukup panik, apalagi orang-orang yang akan kami kabari, yang cuma bisa tau kondisi mamah dari cerita orang ke-dua, takutnya mereka akan berspekulasi dan jatohnya lebih panik daripada kami. Apalagi si Mamah nggak punya riwayat memiliki penyakit dalam sama sekali. Pasti para kerabat pada kaget mendengar berita Mamah terkena stroke.

Seorang co-as datang memeriksa Mamah saya. Heart rate Mamah waktu itu antara 35 - 40. Mamah saya dicek tekanan darah dan gula darahnya dan dinyatakan normal. Si co-as tampak kebingungan, terlihat beberapa kali dia berkonsultasi dengan dokter jaga dan beliau memberitahu saya bahwa diagnosa awalnya adalah:

Gcs: E2M4Vafasia soporo-koma
Penurunan kesadaran etcausa
Suspect stroke hemoragik

Saya cuma ngerti di bagian 'penurunan kesadaran' dan 'suspect stroke'-nya aja, sisanya? Subhanllah banget, langsung berasa pengen punya pacar dokter biar bisa ngartiin diagnosa ituuuuh~

Ditambah fakta kalau satu-satu-nya stroke yang saya mengerti itu adalah, The Strokes, band-nya Julian Casablancas. Di luar itu? Saya nggak tau, karena kami sekelaurga memang tidak pernah mengalami hal tersebut. Paling banter nih, si Mamah itu sakit perut, si Papah sakit kepala, sedangkan saya???? Sakit hati, eaaaa~

Hikmahnya sih, sekarang saya jadi sering googling beberapa artikel medis, terutama tentang gejala stroke. Ya, sekarang lumayan bisalah ngobrol basa-basi sama dokter syaraf, apalagi kalau dokter syarafnya ganteng, hihihihi~ Astagfirullah, masih bisa bercanda ya saya téh, padahal lagi cerita sedih begini T^T *Kemudian menangis di bahunya Hua Ce Lei

Dokter jaga akhirnya memutuskan untuk memasukan Mamah ke HCU. Dan again and again, saya belajar kalau HCU dan ICU ternyata beda ya? Kalau diibaratkan sama tingkat kepedesan ayam Richeese, ICU itu level 5, sedangkan HCU level 3 lah….

Malah saya sempet menyebut ruang HCU sebagai ruang Hacuuuh! Lah dikira saya ruang bersin kaliii????










1 komentar:

  1. Salah fokus sama tulisan "Seorang co-as datang memeriksa Mamah saya. Heart rate..."

    Tak pikir lanjutannya "heart rate saya naik karena co-as ganteng"

    BalasHapus