Kamis, 04 Januari 2018

Me, my dad, my mom, & her stroke: Si Papah

Sudah dua hari Mamah harus dirawat di ruang Hacuuuh alias Ha-Ce-U. Saya dan si Papah memutuskan untuk berjaga secara bergantian, Papah berjaga dari waktu selepas shalat Isha sampai matahari terbit, sedangkan saya biasanya akan stay di rumah sakit dari waktu matahari terbit sampai bada maghrib.

FYI, another new information for me, ternyata keluarga itu tidal diperbolehkan tinggal di rung HCU selain di jam besuk stander rumah sakit (dari jam 11 - 1 siang dan sejak pukul 5-7 sore). Tapi, keluarga harus selalu stand by di rumah sakit, karena pasien yang ada di ruang HCU itu masih rentan mengalami beberapa hal buruk di mana si keluarga pasien harus siap menerima apapun konsekuensinya.

It was my first experience to see people dying. Jadi, as usual saya lagi nungguin si Mamah waktu itu…Saya ingot banget, jam 5 sore. Saya lagi cerita seru tentang apa yang saya lakukan sambil menunggu jam besuk tiba ke Mamah yang masih terbaring lemas di atas tempat tidur.

Tiba-tiba saja terdengar suara roda tempat tidur rumah sakit yang tampak bergerak sangat cepat, masuk ke dalam ruang HCU, diikuti oleh seorang dokter dan banyak suster, dan beberapa orang berpakaian bebas dan berwajah sendu, yang saya yakin adalah kerabat dari pasien yang dibawa sangat terburu-buru itu.

Saya melihat monitor penunjuk detak jantung dari pasien tersebut sudah berada di kisaran angka 5-10. Salah seorang suster berkali-kali melakukan penekanan terhadap dada sang pasien agar detak jantungnya menaik tapi setelah sekitar setengah jam, saya mendengar suara mesin monitor detak jantung tersebut bersuara "tiiit….." secara stagnan.

Innalilahi…

Itu adalah pengalaman pertama saya melihat orang meninggal di depan mata, biasanya ngeliat adegan kaya gitu cuma di serial CSI doang, sekarang mah terpampang nyata. Saya dan mamah sempat terdiam sejenak, padahal lagi seru ngegossipin kabar terbaru dari si Jenifer Dunn tuh…

Lima menit kemudian si Mamah bilang, "mamah pengen pindah…."

Alhamdulillah yah, komen si Mamah cuma pengen pindah, coba kalau pengen cucu??? Bisa gaswat nih T^T

Saya mengajukan usul Mamah tersebut kepada suster jaga di dalam ruangan HCU, tapi mereka bilang kalau saya harus menunggu keputusan dokter yang in-charge merawat Mamah, karena kondisi Mamah masih lemah, makan aja masih dari selang.

Kemudian keesokan harinya, saya mendengar kabar bahwa pasien yang tidur di sebelah Mamah sudah meninggal juga. Waaah….

Setelah menenangkan Mamah kalau beliau bisa menjaga kestabilan kondisinya seperti saat ini, ada kemungkinan beliau akan dipindahkan ke ruang rawat inap, saya memutuskan untuk pulang. Udah lama nggak mandi nih sist, gimana bisa flirting sama dokter tampan paripurna, kalau nafas aja bau naga????

Saya bergantian shift jaga dengan si Papah. Waaah seneng banget nih balik ke rumah, bisa nonton youtube sepuasnya karena ada free wi fi, makan indomie telor cabe fresh from the kompor sambil nonton channel Nat Geo, dan juga menyelonjorkan kaki yang lumayan pegal karena posisi tidur di lantai rumah sakit yang tidak nyaman.

Saya sampai rumah sekitar pukul 10 malam dan selesai bebersih dan beberes tepat tengah malam. Welcome to my crib, kamar ukuran 4x4, yang walaupun kecil, but I've been used to it since I was very young, aaaah homeee sweet home, come to mama wahai bantal-bantalku yang bau iler!!! Dan saya pun terlelap.

Keesokan harinya saya dibangunkan oleh suara telepon masuk dari si Papah.

"Neng, Papah masuk UGD…" kata suara si Papah lirih di sana.

Wadaw, kalau di mekdi sih ini namanya panas lengkap pake telor + minumnya lemon tea no ice. Si Mamah di ICU, si Papah di UGD, dan saya lagi lemes karena haid hari pertama. Saya buru-buru mandi dan memesan layanan transportasi online.

Sesampainya di rumah sakit, saya tidak menemukan Pak Mamat di ruang UGD, saya berkunjung ke ruang HCU terlebih dahulu untuk mengecek kondisi si Mamah dan saya malah melihat si Papah sedang duduk di sebelah tempat tidur si Mamah, padahal waktu masih menunjukan pukul 10 pagi, belum masuk jam besuk. Lah kok si Papah bisa masuk ruang HCU? Biasanya suster jaganya ketat banget, pokoknya ruangan HCU harus steril dari manusia di luar jam besuk.

Ternyata eh ternyata, waktu Mamah bangun pagi dia langsung teriak nama si Papah dan saya dan suster jaga pun berinisiatif untuk menelepon si Papah tanpa tau kalau sebenarnya beliau sedang dirawat di IGD.

Dengan badan yang masih lemas dan baru selesai diinfus, si Papah pergi ke ruangan HCU sambil memgang railing yang terdapat di sepanjang dinding rumah sakit. Ya Allah! Pak Mamat emang pancen oye!

Setelah saya datang, si Papah cerita kalau dia mengalami pusing di pagi hari, selepas shalat Shubuh, kemungkinan besar karena kurang tidur dan kecapekan ngejagain si Mamah semalaman.

Terus saya nanya kan, siapa yang anterin Papah ke ruang UGD?

"Sendiri. Papah jalan sambil nyender di tembok di rumah sakit…."

Saiiik! Pak Mamat idolaquuuwh~

Akhirnya setelah shalat Jumat, si Papah memutuskan untuk pulang ke rumah untuk istirahat total. Maklum kata si Papah, tensiya up to 180. Waaaow, itu busur derajat apa tensi???

Konon katanya, suster yang bertugas merawat si Papah di UGD, sempat kena semprot sama dokter jaga, soalnya pasiennya a.k.a si Papah tiba-tiba ilang gitu aja gara-gara dipanggil si Mamah. Ahahahaha!

Atas nama keluarga besar Bpk. Rachmat dan Ibu Evie, saya memohon maaf sedalam-dalamnya kepada suster yang ngejagain Papah waktu di ruang UGD. Semoga kebaikan suster dapat dibalas berlipat-lipat ganda oleh Allah SWT, amiiin YRA.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar