Disclaimer: Saya teh lagi ngulik-ngulik draft di blog ini dan nemu tulisan yang dibuat sekitar sembilan tahun yang lalu, circa tahun 2011, waktu saya masih di Italia.
Saya aja hampir lupa sama ceritanya but it brings all the memories back, ihiiy, pake bahasa Londo eeeuy. Waktu gaya tulisan saya masih kaya gitu, langsung keinget dulu mah mau curhat teh susah, belum ada whatsapp, mau curhat ke temen yang orang Italia juga keburu emosi sama bahasanya, malah makin (kalau jaman sekarang mah) sedy akutu~
Sok manggalah, tanpa babibu, ditingali deui cerita inih...
***
Circa 2011,
Hai-hai temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) sadayana, kumaha daramang? Semoga kalian semua selalu dalam lindungan Tuhan ya, amiiiiin :)
Gimana nih kurbannya?
Siapa yang kurban onta???
Siapa yang kurban sapi????
Siapa yang kurban kambing???
Siapa yang kurban perasaan??? *Clingak-clinguk, ngacung pelan-pelan…..Oooouch T.T
Eh ngomong-ngomong kurban perasaan, saya mau cerita salah satu temen saya yang asal Romania nih. Dia baru aja kurban perasaan!
Carmen, seorang perempuan yang beberapa tahun lebih tua dari saya. Rambut pirangnya tergerai sebahu, tanktop transparant bermotif bunga matahari selalu setia menemaninya ke mana-mana. Maklum, Italia sedang summer kala itu, suhu udara bisa mencapai 48 derajat pada siang hari.
Sudah delapan tahun ia tinggal di London. Di umurnya yang masih sangat muda, dia nekat pergi mencari kerja ke ibu kota negara Inggris. Ketika itu Rumania belum masuk ke dalam zona bebas visa bagi negara-negara Eropa. Dengan gagah berani, Carmen menjejakan kakinya di tempat Queen Veril, eh maaf, yang mulia Teteh Pierea kebanyakan nongton Sailor Moon nih, Queen Elizabeth, sebagai imigran ilegal.
Empat tahun dilaluinya dengan penuh air mata. Adik perempuan satu-satunya terkena candu narkotika dengan susah payah ia berusaha memboyong sang ibu untuk tinggal bersamanya. Tak lama setelah Rumania masuk sebagai negara Uni Eropa, kehidupan Carmen pun berubah drastis. Pekerjaan sebagai buruh pun dia tinggalkan, dengan mengantongi surat izin bekerja resmi, dia bisa melamar kerja dengan tingkatan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Dua buah apartment dengan pemandangan London's eye bisa dia dapatkan dari kumpulan gajinya selama dua tahun. Seorang pria keturunan Afrika Selatan sempat menjadi partner kumpul kebo-nya. Aduuuuuh, si Carmeeeen, meningan juga kumpul sama anggota SM*SH ya, daripada sama kebo kaya gitu???
Cerita mengharu-biru itu diselesaikannya dengan batuk pelan dalam waktu yang cukup lama. Kepulan asap dari rokok kreteknya menghiasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala saya.
Lalu, mengapa dia ada di Italia sekarang?
Carmen pun menghisap batang rokoknya kuat-kuat. Ia meneguk segelas wine merah yang ia beli langsung dari pabrik, yang terletak hanya 100 meter dari tempat kami bekerja.
"Fabio…." Jawab ia pelan.
Seorang lelaki kelahiran Napoli mengubah perasaannya seketika. Carmen sedang melakukan Euro trip ketika ia bertemu dengan Fabio. Pada awalnya, Carmen hanya berpikir bahwa pria dengan rambut keriting klimis itu hanyalah teman seperjalan yang menyenangkan. Tak terpikirkan oleh Carmen, kalau sebulan kemudian dia akan menjalin tali kasih bersamanya.
Singkat cerita, Carmen memutuskan untuk tinggal bersama Fabio di Italia. Ia tinggalkan hingar-bingar kota London demi seorang lelaki yang baru ia temui sebatas tiga kali tersebut.
Hubungan yang berjalan selama satu tahun itu tiba-tiba terusik oleh sebuah sms dari nomor yang tidak dikenal yang masuk ke telepon selular milik Fabio.
"Thank you for last night…"
Dengan penuh selidik Carmen berusaha melacak nomor tersebut dan terkuaklah kehidupan dua percintaan yang dijalani oleh Fabio. Fabio, selingkuh. Carmen, mengamuk. Yang mulia Teteh Piera, terdiam.
Giloooo, berasa lagi nongton sinetron versi live pake bahasa Italia campur Inggris gini! Rasa ingin tahu saya mengalahi kemampuan otak yang sudah bingung bukan kepalang memilah-milah bahasa. Terkadang Carmen memaki dengan kata "fuck!" di lain waktu ia mengubahnya menjadi "vafancullo!" Ingin rasanya saya mengajari Carmen frasa "Lo? Gue? End." Biar lengkap aja gitu.
Saat ini, Carmen tidak memiliki penghidupan yang jelas di Italia. Rasa nyaman di Inggris sudah lama dia tinggalkan.
"Viera, can I come to your contry? I hate all this European life, it sucks." Ujar Carmen mengakhiri kisahnya tersebut.
Ternyata Carmen adalah penggemar film Eat, Pray, and Love. Dia benar-benar jatuh cinta dengan Bali. And as usual, some of bule will think that Indonesia is Bali.
"Carmen, you need to go to Papua….." Langit jingga Italia menemani kami berdua.
Gila ya, demi cinta seseorang itu bisa meninggalkan tawaran gaji 11 ribu pounds per bulan??? I've never been on that kinda situation, but I don't want to let it happen. 11 ribu pounds dikali 14 rebu??? Yuk mari sist...
***
Eleeeeuh, kabar si Carmen teh sekarang gimana yah???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar