Rabu, 10 Februari 2010

I live in Italy, not in Europe...(part 1)


Teman-teman dan keluarga besar saya sering menanyakan hal ini, "gimana sih rasanya hidup di Italia?" Dan saya selalu menjawab, "sama kaya di Indonesia cuma di sini ada empat musim..." Tapi sebagian besar dari mereka masih tidak percaya akan jawaban saya tersebut! Ok, akan saya sedikit jelaskan kenapa saya punya jawaban seperti itu...

Perlu kalian perhatikan dan garis bawahi, saya ini tinggal di Italia, bukan Jerman, Swedia, atau Inggris, walaupun mereka sama-sama berada di benua Eropa, tapi saya selalu bilang "I live in Italy not in Europe!"



1. I’ve understood that the dumb smiling tanned man you’ve seen so much time on TV is in fact head of the country.

Benar saudara-saudari, you can't go to the outside without your mascara (for a girl) and without (sometimes, it's too much) hair wax (for a boy). Bahkan seorang presiden seperti Berlusconi itu tau bagaimana caranya membuat kulitnya terlihat lebih coklat dari biasanya.


2. I hate the "Questura" (seperti, immigration office) because they made you go, waste a whole day and pay 60 euro (if you're not European), you NEVER got your "Permesso di Soggiorno" even after staying for 6 months in Italy and realising you could've stayed in the country as an illegal resident and nobody would've given a damn anyway.


Benar! Well, kalau ada yang bilang "waktu saya ke Italy, stay permit saya langsung jadi dalam sebulan kok..." You can say that you're a lucky guy! Karena perbandingan orang yang mendapatkan stay permit dalam waktu kurang dari satu bulan dengan orang yang tidak pernah mendapatkan stay permit-nya sama sekali adalah 1:1000. (Just like in our beloved country guys, indONEsia!)


3. I have breakfast at a bar, and you're not an alcoholic.

Yup! Setiap hari saya ke bar, tapi bukan berarti saya itu adalah sejenis 'cewek nggak bener'. Selayaknya warung kopi di daratan Aceh sana, seperti tempat penjaja jagung di daerah Puncak, bagaikan jejeran tukang cimol di kawasan Kebon Binatan di Bandung, atau bahkan tampak seperti deretan pujasera di sepanjang jalan siliwangi di Bogor, seperti itu lah jumlah banyaknya 'bar' di Italy. Memang benar mereka menyediakan alkohol, tapi tidak ada yang pernah tertawa jika saya datang ke sebuah bar dan memesan "il latte, per favore..." (artinya: A milk, please....)


4. I am used to being surrounded by old ladies with giant fur coats.


Apa kata pertama yang terlintas dalam pikiran saya ketika ditanya, "what do you think about Italian?" They're fashionable! Mungkin jaman dahulu kala, saya hanya melihat pemandangan seperti ini di film The Godfather, tapi sekarang, saya dikelilingi oleh orang seperti itu. Kesan pertama saya adalah: "Weirdo....", kesan ke dua: "Well, it's not really strange anyway...", kesan ke tiga: "I hope I can buy those kinds of coats...", kesan ke empat: "Damn it! The girl who stays 4 blocks away from my apartment, already used it!"


5. It takes me 2 hours to hang up your phone (ciao... cia-ciao ! ... si, si...ciao! un bacio...cia-ciao... mmh... ciao bella... etc.)

Yes! Italian does like to talk! Thanks God, so do I! hahahahahahahahahahaha! 



6. It takes me less than 15 seconds to drink a burning hot espresso.


Nutri sari? Jus stroberi? Teh botol sosro? Lewaaaaaaaaaat! Mulai sekarang, when I got thirsty, I drink a cup of coffee! 



To be continued...
 Thursday, February 4, 2010 at 10:25pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar