
Gimana note bilingual saya yang sebelumnya? Sudah pada lancar dong bahasa alay-nya??? Pasti semua teman-teman saya yang baca note itu, sekarang sudah menjadi remaja-remaja ter-G4VL sekampung! Aduuuuh, saya BANGGA banget deh punya teman-teman G4VL seperti kalian semua! Kalian semua memang sungguh TER~LA~LU!
*Ngomong kata 'TER~LA~LU'-nya ala Bang Oma ya cin!
Okay, pengalaman saya berikutnya dari naik kereta AC-Ekonomi Jabodetabek. Puji Syukur banget! Tadi saya dapet tempat duduk yang super duper nyaman! Tempat duduknya deket pintu keluar, jadi saya tidak usah berjejalan dengan penumpang lainnya kalau mau turun. Di sebelah saya ada seorang bapak dengan anak perempuannya YANG TIDAK REWEL! Ya Tuhan, semoga kau menciptakan lebih banyak anak kecil seperti dirinya...
Seperti biasa, ketika sampai stasiun Tebet dan stasiun Cawang, gerbong kereta langsung terisi dengan penuh! Hati-hati aja nih buat yang baru pertama kali naik KRL jurusan Jakarta-Bogor atau sebaliknya, penumpang di dua stasiun ini sudah terkenal akan keganasannya!
Yeaaah, kereta jam pulang kerja seperti sekarang ini memang akan selalu penuh. Mau saya majang daleman para kondektur di setiap pintu masuk gerbong juga, kayanya nggak akan terlalu berpengaruh...(Atau bakal berpengaruh ya??? Waaaah, nanti deh kapan-kapan saya ajukan usul pada PT. Kereta Commuter Jabodetabek agar menggunakan ide saya yang sangat brilliant tersebut untuk mengatasi membludaknya penumpang KRL belakangan ini.)
Jumlah penumpang pun berangsur-angsur berkurang sesampainya saya hingga stasiun Depok Baru. (FYI, penumpang dari stasiun Depok Baru menduduki peringkat ke-3 untuk penumpang KRL terganas setelah penumpang dari stasiun Tebet dan Cawang). Waaah, kedua kaki saya yang jenjang bak kaki seorang model catwalk itu mulai bisa digaruk lagi! Nafas saya juga sudah mulai normal lagi, setelah hampir 30 menit saya mencium bau menyan, minyak nyongnyong, ikan cupang, dan kembang kamboja dari ketek generasi penerus bangsa ini.
Di Stasiun Depok Lama, semua kondisi bagai di surga ini hilang total! Dimusababkan oleh karena adanya antrian dari para penumpang KRL Ekonomi tujuan Bogor yang mogok dan dialihkan ke dalam kereta AC-Ekonomi yang sedang saya tumpangi. Para penumpang 'bermental kelas ekonomi' itu pun memenuhi KRL AC-Ekonomi...
Yup! Penumpang bermental kelas ekonomi! Bukan berarti mereka itu orang miskin lho, tapi 'mental' mereka yang emang seperti orang miskin! Misalnya: Naik kereta tapi nggak beli karcis padahal dia sebenarnya adalah seorang saudagar dari Gujarat dan kalau ada gangguan KRL, jenis penumpang seperti ini biasanya paling rajin nyerocos menyalahkan pihak lain...Cih! ORANG MANIS BELI KARCIS! NEBENG MANA KEREN!
Kembali lagi ke cerita utama...Aduh saya udah nggak tahan nih pengen cepet turun dari kereta ac-EKONOMI (huruf gedenya bukan pada huruf 'AC' lagi tapi pada kata 'EKONOMI'! Soalnya hempbusan angin dari AC-nya udah nggak berasa!) Untung tinggal empat stasiun lagi...
Yippy! Sekarang sudah mau sampai Stasiun Bojong Gede! Sebentar lagi saya turun nih coi! Saya pun menggulung kabel earphone dari i pod hejo saya, merapihkan kamus besar bahasa indonesia yang tadi saya baca selama perjalanan, menyisir rambut yang super berantakan terkena kipas angin di dalam gerbong dengan jari-jari lentik saya, memulas ulang bibir saya dengan gincu warna ijo stabilo, menyabut bulu idung menggunakan gunting kuku yang dipinjam dari penumpang yang duduk di sebelah saya, dan tentunya melirik kiri kanan, memastikan keberadaan para konduktur tercintaaaaaa..."Dedemit sawah! Jam segini emang bukan shift-nya Moch.Ali Z atau Bambang S!"
"OAAAAAAAAAAAEK!"
Eh apaan tuh! YA TUHAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Saya langsung memeriksa keadaan wajah saya...Hmmm, bibir masih se-sexy Megan Fox, hidung masih se-mancung Michael Jackson, dan kedua mata saya pun masih se-indah Demi Moore! Apakah kecantikan dari wajah saya bikin orang sampai se-mual itu ya???
Orang-orang di sekeliling saya langsung menyingkir semua dan NGGAK ADA YANG BANTUIN! Tuh kan, 'BERMENTAL KELAS EKONOMI' banget! Baru kali ini saya mengeluarkan suara merdu saya yang bagai penyiar radio tersohor itu dengan volume agak keras di dalam sebuah gerbong kereta, "Ada yang bawa minyak angin nggak???"
Akhirnya seorang pria menggunakan jaket hitam menghampiri orang yang muntah di depan saya itu tadi. Tangan kananya memberikan sebongkah batu berlian...Ya bukanlah! Yang bener, sebuah balsem made in tiongkok!
Wah kasian juga lhooo orang yang muntah ini, dia adalah seorang pria berwajah nggak kalah ganteng dari Tao Ming Tse, katanya sih mas-mas ini nggak kuat kena angin yang terlalu kencang yang ditimbulkan dari kipas yang tepat berada di atas kepalanya. Aduuuuuuh kaciaaaaan, coba ngomong dari tadi, 'tak gendong ke mana-mana deh!'
Hmmmmmm....Tapi setelah melihat keadaan jari manis di tangan kirinyaaaaaaaaa...Ternyata
Friday, July 10, 2009 at 7:30pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar