
Kemarin saya pulang naik taksi, si supir sedikit curhat tentang kehidupan jalan raya di jakarta...hmmm tiba-tiba aja saya jadi back to the past...
Ceritanya waktu saya lagi ngerjain Tugas Akhir di pakultas seni rupa dan desain di sebuah institusi berlogo gajah lagi sila di flower city. Nah waktu itu, saya membutuhkan sebuah kendaraan untuk mengangkut maket saya yang berukuran 1,2 x 1 x 0,1 m ditambah 24 panel presentasi ukuran 1,8 x 0,4 m dari kosan saya ke kampus untuk sidang akhir. Sehubungan dengan tidak adanya sarana dan transportasi yang memadai, akhirnya saya memesan taksi burung biru...
Kondisi saya pada saat itu adalah: selama seminggu terakhir saya cuma tidur kurang lebih 2 jam/hari, mabok kratindaeng (sampe koleksi botolnya), kantong mata udah bisa dijadiin penitipan barang, badan letih lemah lesu, mati enggan, hidup masih mau! Satu-satunya yang bisa jadi semangat saya waktu itu adalah wajah kecengan di benak alam tak sadar bahwa saya dan dia mungkin saja lulus bareng!
Singkat cerita, saya dibantu supir taksi untuk memasukan semua senjata untuk sidang akhir. Di taksi itu saya seperti terkena ambeyen, duduk tak nyaman karena bagian ujung panel presentasi terus-terusan menusuk pantat, kedua tangan saya tak bisa berkutik dikarenakan harus menopang maket yang seukuran alagaban itu. Supir taksi itu pun tampak melihat rasa tidak nyaman yang saya rasakan, namun dia pun tidak dapat membantu banyak, dia pun mengajak saya ngobrol.
Supir taksi itu menanyakan fungsi dari maket dan panel2 itu. Lalu saya pun mulai bercerita tentang kenyataan bahwa saya sedang tugas akhir, jatah uang makan saya terserap semua ke maket+gambar kerja (yg harus di print di kertas ukuran A0+kratindaeng, dan yang bisa membuat saya bisa bertahan cuma doa orang tua dari telepon (untung udah ada operator CDMA eh-kamu! dalam bahasa sunda) dan bantuan teman-teman di kosan...Saya agak sedikit sedih juga di sini, saat membayangkan semua usaha semua orang yang mendukung saya ditambah ujung panel yang tajam itu terus saja menusuk pantat saya! Lalu perhatian saya pun teralih kepada supir tersebut, dan...................
Mata si Bapak supir itu berkaca-kaca dong, dan beberapa kali dia menyeka air matanya yang malu untuk keluar. Lhoooooo??? Harusnya kan saya yang nangis pak! Lalu bapak sopir itu bilang gini:
"Aduuuuuuh Neng, Bapak jadi inget anak perempuan Bapak di Sukabumi, dia masih kelas 2 SMA, abis nganterin neng ini, bapak mau ngirim uang lagi buat bayar ujian katanya, mudah-mudahan dia nanti bisa sampe kaya neng ya??? Bapak doain deh mudah-mudahan si neng sidangnya dilancarkan oleh Allah ya..."
Wiiiiidiiiiiih, rasa sakit yang ditumbulkan ujung panel presentasi di pantat saya pun tiba2 menghilang...
Alhamdulillah, sidang saya lancar dengan nilai yang cukup memuaskan...mungkin karena doa si bapak supir taksi itu juga ya...Sayang, saya nggak sempat nulis nama beliau pada bagian 'thanks to' di laporan tugak akhir yang saya buat...jadi note ini saya dedikasikan untuk Bapak Suryadi sang supir taksi!
Saturday, March 14, 2009 at 4:37pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar