Senin, 05 April 2010

Renungan malam.


"Damn! I made a huge mistake AGAIN!" teriak saya dalam hati.

Yup, tak usahlah saya tulis kesalahan apa yang telah saya perbuat. Rasanya ingin mengutuk, memaki, mencerca, membunuh, menendang, memukul, memakan ayam sambal ijo, dan meminum jus alpukat!

Saya pun kembali termenung di atas kloset WC menunggu si 'doski' keluar dari pantat saya. Ingin rasanya menangis sekencang-kencangnya. Cuma ya serem aja gitu, sekarang udah jam satu pagi! Disangka kuntilanak, baru tau rasa!

Air mata itu pun keluar berbarengan dengan keluarnya si 'doski'. Fiiiuuuuuuuuuuuuh, lega!

Aaaah, jadi teringat hasil obrolan saya dengan si Papap kemarin. Saya menumpahkan segala kesedihan saya kepada beliau, mulai dari tingkah laku si Lepi yang semakin lincah aja dengan ke-error-an-nya, masalah ujian lisan tiada henti menggunakan bahasa italia, sampai masalah jodoh yang entah sekarang ada di mana. (Curcoooooooool, jalan terusss, hehehehehehe!)

Saya sering bertanya kepada kedua orang tua saya, "Pap-Mam, kayanya aku salah ambil jalan hidup kali ya? Dulu masuk kelas akselerasi karena iseng, masuk ITB karena ngecengin orang, kuliah di Italy karena pengen jalan-jalan, kok kayanya dibandingin sama Steve Jobs, Paul McCartney, Bob Sadino, Thomas Alva Edison, aku tuh nggak ada apa-apa nya ya?"

Nasehat dari Mamam saya adalah:
"Tuh kan Mamam bilang juga apa? Makanya kamu banyakin berdoa sama Allah, harus shalat lima waktu, shalat malam nya jangan ketinggalan, sebelum kuliah shalat dhuha dulu, puasa senin-kamis-nya jangan lupa, berdzikirlah di segala kesempatan, pelihara mata dari hal-hal yang tidak di-ridha-i oleh Allah, jaga pergaulan, jauhi segala larangan-Nya, jangan sampe kamu makan daging babi lagi, kalau ditawarin minum wine, tolak aja langsung, karena adzab Allah itu benar adanya, kalau lagi marah perbanyak wudhu...Pokoknya kamu deketin diri kamu sama Allah ya..."

Tampak tidak ada yang salah dari perkataan Ibu saya, bukan? Lalu giliran Ayah saya yang menjawab pertanyaan tersebut.

"Kamu itu akan menjadi lebih baik dengan kesalahan. Ngomong-ngomong, Steve Jobs itu siapa? Pacar kamu?"

Renungan malam itu pun diakhiri dengan kegiatan cebok. Saya membuka pintu WC, lalu bersyukur kalau saya masih diberi kesempatan untuk mendengar ocehan si Mamam yang panjang x lebar x tinggi dan lebih bersyukur lagi, karena ternyata saya tidak membutuhkan pemusik terkemuka, pengusaha perkebunan ternama, penemu bola lampu tersohor, ataupun pencipta salah satu bentuk operating system termahsyur, untuk dapat saya jadikan sebagai seorang ayah.

1 komentar:

  1. Ceu...hikz hikz hikz...sedih kembali sendirian lg di rumah setelah seminggu di temenin Bapak aku... Bapak balik lagi ke Tenggarong td pagi, hari pertama di sini bapak ngasih berbagai nasihat demi keberlangsungan hidup aku selanjutnya...... aku benar-benar pngn bikin bahagia ibu aku... bapak aku... :( aku banyak salah... *curhat*

    BalasHapus