Lepi oh Lepi! 6 tahun telah kita lewati bersama ya dan saya harap kita masih memiliki beberapa tahun ke depan lagi untuk dijalani.
Lepi itu adalah nama yang saya berikan kepada macbook saya. Dia pacar pertama saya dan hanya kerusakan hardisk, motherboard, dan layar monitor secara berbarengan yang bisa memisahkan kami berdua. Sigh, sekarang si Lepi lagi ngambek, tampak sepertinya saya melupakan kesetiaan yang ia tawarkan. Ketika marah, saya sering mencaci maki si Lepi, namun ketika senang dengan mudahnya saya melupakan keberadaannya. Maaf ya Lepi.....
Sudah hampir dua-tiga minggu ini, si Lepi bertahan dengan sisa-sisa kekuatannya. Kalau misalnya dijadikan kisah shit-netron mah, cerita saya dan Lepi sedang berada dalam posisi klimaks, di mana pada scene berikutnya Tante Leli Sagita akan muncul dan berusaha untuk memberikan racun di atas makanan yang akan saya lahap. Namun, Lepi mengetahui hal tersebut, dan dia memilih untuk mengambil makanan itu dari tangan saya dan memasukannya ke dalam kerongkongannya. Oh Lepi...
Yaaa, mungkin orang bisa bilang, "Ya elah, laptop doang....Sampai segitunya???"
Tapi, Lepi itu lebih dari sekdar laptop buat saya. Waktu sedih, saya tinggal buka application i tunes, buka facebook, buka note. Waktu saya marah, saya bisa banting-banting nih si Lepi. Waktu saya kesal, bisa saya cuekin si Lepi nyala terus 2 hari tanpa berhenti. Dan dia hanya terbujur kaku di sudut pincingan mata saya. Aaaaah Lepi....
Lepi oh Lepi, cobaan oh cobaan. Tuhan punya sejuta cara untuk memperingatkan hamba-Nya. Mungkin ini salah satu di antaranya. Dipikir-pikir, kesabaran saya sudah mulai pudar tergantikan oleh rasa dendam yang berkelanjutan. Akhir-akhir ini, rasa benci yang saya miliki tampaknya mulai menghapus rasa tawakal yang pernah saya pupuk. Ucapan maaf pun semakin jarang terlontar dari mulut saya. Air mata ini ke luar ketika rasa kesal sudah mencapai ubun-ubun kepala. Langkah kaki pun tampak selalu berujung dalam suatu hal yang tidak baik. Kepala pening bukan lagi karena memikirkan dosa yang telah saya perbuat tapi lebih kepada karena saya terlalu banyak melakukan hal-hal maksiat. Dan mulut saya pun terkunci dari ucapan yang menyenangkan.
Ya, saya tidak sampai jualan narkoba, nge-ganja, pergaulan bebas, atau makan bayi manusia. Namun, cukup lah hal-hal yang saya sebut di atas, membuat saya sadar, bahwa takdir mempertemukan saya dengan Lepi, agar saya mengalami moment sepert ini. Perlu waktu sekitar 6 tahun, untuk menyadari arti keberadaan sebuah benda mati tak bernyawa ternyata memiliki arti untuk merubah mahluk hidup dengan nyawa itu sendiri. Lepi-ku sayang.....
Mungkin orang lain diberikan ujian yang jauuuuuuuuuuuuuuh lebih berat dari hanya sekedar kerusakan yang dialami oleh si Lepi. Tetapi, pada akhirnya tujuan kita sama kok, untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Yaaaaaaaa, Tuhan tidak memberikan saya cemoohan yang dilontarkan kepada para Nabi, kehilangan orang-orang tersayang, atau penyakit kronis ala shit-netron buatan Raam Punjabi, cukup lah kondisi yang mengkhawatirkan ala si Lepi ini membuat saya mengerti bahwa sudah waktunya untuk me-re-charge jiwa ini dengan..............melaku
Kalau kata teman saya sih begini, "Dibalik kesulitan ada kemudahan dan satu kesulitan tak mungkin mengalahkan dua kemudahan."
P.S: Lepi, cepat sembuh ya.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar