Senin, 05 April 2010
Maju terus! Belajar mundur! (Studi kasus: Para 'penerjun-bebas')
Aduuuuuh gimana yaaaaa??? Bukannya saya tidak setuju kalau ada artist yang terjun ke dunia politik. Malah saya salut, di tengah-tengah kesibukan si artist dalam melakoni peran-peran mereka di dalam media elektronik, dia juga bisa dipercaya menjadi 'sambungan lidah' masyarakat kepada pemerintah dalam mengeluarkan aspirasinya.
Cumaaaaaa, tolong ya terjun ke dunia politik-nya itu jangan 'terjun-bebas' (v_v).
Siapa sih yang tidak kenal Ronald Reagan? Pria kelahiran 6 Februari 1911 di Illinois, Amerika Serikat itu membawa isu komunisme dalam industri per-film-an dan akhirnya beliau dipercaya untuk menjadi presiden negara adi kuasa ke-40, setelah bermain dalam 53 film hollywood. Semasa kepemimpinannya, dia merubah jalur politiknya dari liberal menjadi konservatif, hal itu dapat dipastikan karena pengaruh jurusan mata kuliahnya di Eureka College, ekonomi-sosiologi.
Mungkin agak terlalu jauh jika saya membadingkan para 'penerjun-bebas' ini dengan Mr. Reagan. Tapi, saya juga bisa kok menganggukan kepala lalu berkata, "OK, mari kita lihat dia bisa buat apa?" Ketika Dede Yusuf terpilih menjadi wakil gubernur Propinsi Jawa Barat, Rano Karno di Tangerang, dan Dicky Chandra di Garut.
Jangan salah kawan, jadi artist se-terkenal mereka itu nggak gampang lho. Sudah sering lah saya mendengar cerita, para artist muda yang rela 'menjual' keperawanannya hanya demi sebuah peran pembantu, beneran jadi pembantu! Dihina, ditampar, dikatai, diludahi oleh para pemeran antagonist se-termahsyur Tante Leli Sagita. Terjerat narkoba dan dijadikan cem-cem-an para duda-janda kaya raya menjadi sesuatu yang biasa di dalam kehidupan mereka. Artist dililit hutang juga bukan menjadi barang aneh lagi. (Beda sama para artist biasa lainnya, tampaknya para 'penerjun-bebas' ini lebih senang dililit sama tali kutang!)
Tapi, saya, sebagai salah seorang unsur masyarakat yang nggak mau dikata-in bego (apalagi dililit sama tali kutang), berhak menilai dong, apakah si artist tersebut pantas menjadi wakil rakyat?
"Ayo maju! Pantang Mundur!" Mungkin slogan itu sering kita dengar. Apalagi kalau lagi curhat sama teman di kala kita sedang mengalami kesulitan dan ternyata, tampaknya slogan ini juga yang dijadikan prinsip oleh para 'penerjun-bebas' ini. Bagus sih, mau apa kata orang, selama mereka yakin, pasti mereka bisa! Anjing menggonggong, kafilah berlalu, sekiranya begitu yang saya baca di buku pelajaran Bahasa Indonesia waktu SD dulu.
Sigh.....Saya jadi malu sendiri begini, karena saya adalah salah satu pemegang tetap slogan tersebut. Tho pada kenyataan untuk mencapai kesuksesan ya saya memang harus begitu. Mungkin Tuhan menciptakan para 'penerjun-bebas' ini untuk mengigatkan saya juga ya.
Pernah nggak terbersit untuk mengubah prinsip hidup kita sedikit saja, bukan berarti kita harus mulai dari nol untuk mewujudkan seluruh harapan yang pernah kita buat. Cuma ya, keberadaan otak itu digunakan untuk berpikir, keberadaan hati itu dipakai untuk merasa kepekaan.
Jadi, mari kita sedikit ganti yuk slogan yang sudah mengakar di benak para penduduk Indonesia itu, menjadi: "Ayo Maju! Belajar Mundur!"
Sudah berapa orang yang menjadi sukses karena dia terus maju dengan apa yang dia yakini? Banyak! Bahkan, menurut saya sih, TERLALU BANYAK! Sehingga slogan "Ayo Maju! Pantang Mundur!" itu pun terlihat tidak keren lag! Cuma pantas dipajang di spanduk-spanduk yang berakhir menjadi terpal tempat makan para mahasiswa kelaparan di pinggir jalan atau paling banter menjadi slogan wajib untuk para tukang parkir.
Tapi, masih sulit (setidaknya bagi saya) untuk menemukan orang yang sukses karena dia pernah mundur. Ibaratnya nih ya, waktu saya pertama belajar nyetir mobil, paling susah itu ya belajar mundur. Begitu juga dengan kehidupan, karena so pasti, kita akan menjadi tua lalu mati, tapi menuda kematian dengan sedikit kesabaran itu sungguh menyenangkan.
Untuk melompat lebih tinggi, bukankah kita harus mengambil ancang-ancang mundur ke belakang lebih jauh juga?
Yah semoga, sedikit opini saya di sini dapat lebih membuat para 'penerjun-bebas' ini berpikir, bahwa: Dililit sama tali kutang itu nggak enak euy!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar