Minggu, 25 April 2010

Puisi pertama Viera.


Eh para teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) di dalam kelas La Metrica Italiana, saya baru saja mempelajari puisi karya Francesco Petrarca, seorang penulis ternama asal Italia pada abad ke-13. Hampir seluruh puisinya dilatar belakangi rasa kagumnya terhadap Laura, seorang wanita yang sudah bersuami. Cinta terlarang begitu déh...

Yaaaa, setidaknya beliau tidak mati konyol ala Romeo dan beliau bisa menguasai diri tak selayaknya nafsu duniawi yang dimiliki Zulaikha kepada Nabi Yusuf A.S. Petrarca dapat mengalihkan imajinasinya tentang Laura ke dalam kata-kata. Memang pada masa dahulu kala, ketika kebebasan berbicara masih terselubung oleh kekuasaan para raja, banyak para cendikia yang suka menuliskan buah pikiran mereka dan mereka lebih memilih untuk menggunakan konotasi-konotasi agar maksud di balik karya mereka tidak terlalu kentara sehingga mereka tidak akan masuk penjara.

Terkadang saya membayangkan, wah keren juga ya kalau seorang Viera bisa menulis sebuah puisi. Tapi apa daya, otak kanan sudah dipenuhi dengan berbagai gaya sedang buang air besar, sedangkan otak kiri terisi dengan keinginan untuk bisa buang air besar di seluruh negara Eropa.

Ah, tapi ya sudahlah tak apa, ini mah iseng-iseng berhadiah aja ya, kalau suka ya alhamdulillah, kalau tidak suka maka salahkan saja Bung Petrarca....hehehehe.


Kepada malam, kepada bintang.
Kepada sebatang pohon yang berdiri kokoh di kala petang.
Kali ini ku bersujud bukan untuk Nya.
Ku hanya ingin berpejam mata lalu bertanya.

Bilakah tangis tak kunjung mereda ini,
kan berganti menjadi asa yang sesaat sunyi?
Haruskah ku terus berlari mengejar pagi,
jika akhirnya semua melebur sepi?

Bayangku kan terus menyala, diam-membara.
Mimpiku kan selalu ada, sebagai penghapus lara.
Namun, hatiku terlalu sakit tuk berkata.
Bahwa lelahku butuh jeda jua.

Tuk tahu bahwa bunga berasal dari satu kuncup.
Kurasa penat ini sudah lebih dari cukup.
Tak kuasa diri tuk henti berimajinasi.
Maka temanilah aku, wahai sang puisi.



Tak lupa menambahkan: "Pecahkan saja gelasnya biar ramai...." ala Rangga di dalam film Ada Apa Dengan Cinta. He he he, biar keliatan keren. Hmmmm, enaknya puisi ini dikasih judul apa ya???


Oleh: Viera Rachmawati yang Sungguh Keren Sekali,
Rabu, 21 April 2010 11.08 PM (WIt a.k.a Waktu Italia)

1 komentar:

  1. Anonim5.10.11

    Wuahaha... teteh pieraaaa, aku padamuuu.... :D

    BalasHapus