Minggu, 02 Mei 2010

Cerita dari Tono* dan Cover Buku.


"Sejak kubertemu, denganmu kekasih hatiku, engkau selalu cemburu, kau terus mencoba, untuk berkuasa, tidakkah cukup bagimu, semua pengorbananku? Dan aku rela meninggalkan pacarku, demi tuk dapatkan kau kekasihku....."

Eits, eits, eits, kalimat di atas memang langsung keluar dari mulut saya, tapi itu bukan berdasarkan pengalaman pribadi, sueeeeeeeer! Itu cuma sepenggal lirik "Aku rela"-nya NAIF yang selama tiga hari ini menjadi most played di i tunes play list saya. Suara Bung David emang mangstap! Celana cutbray dan kaca matanya yang besar sempat mengubah persepsi saya akan cowok keren itu adalah cowok yang selalu wangi, baju rapih, dan rambut klimis.

Eh, tapi posting-an saya kali ini tidak ingin membicarakan tentang bagaimana ke-ganteng-an Bung David bisa menorehkan serpihan-serpihan asmara di hati. Jadi begini, barusan saya lagi asyik-asyik-nya sing along bersama Bung David, tapi tiba-tiba seorang teman meng-buzz window yahoo messenger saya, padahal saya sudah meletakan icon bulat merah dengan garis berwarna putih di tengahnya. Saya lagi sibuk buat tugas....ngggg nggak ada yang percaya??? Iiiiiiiih saya kan pengen ngerasain jadi orang pinter juga atulah...

Saya melihat nama Tono (bukan nama sebenarnya, red), salah seorang teman lama saya, berkedip-kedip di kolom friendlist YM itu. Tumben betul si Tono ngajak saya ngobrol di malam minggu, eh kalau di Indonesia berarti udah minggu pagi deng, jam menunjukan pukul 9.54 PM di layar si Lepi.

Aq_Cw3K_Lo3tJo3(saya): "Apaaaan sih Ton? Kaget tau!"
aQ_cw0K_imoedh (Tono): "Pe, cuma lu nih yang masih online!"
saya: "Lah di sini baru jam 10 Ton, malem minggu pula...jadwal molor telat lah."
Tono: "Pe, temenin gue dong..."
saya: "Anjrooooot, lu kaya om-om kumisan yang kesepian..."
Tono: "Bokap lu dong? Kan bokap lu kumisan, terus kesepian ditinggal anaknya ke Italy..."
saya: "KAMFRET!"
Tono: "Becanda Pe...Pe, beneran, temenin gue..."
saya: "Ngehe! Muka garang kaya lu, minta ditemenin???"
Tono: "Ih si Pea mah suka gitu, muka ku memang sangar Pe, tapi hati ku itu selalu berbinar."
saya: "Kenapa lu? Tumben online malem-malem?"
saya: "Lagi ngapain sih Ton?"
Tono: "Nah itu die Pe, gue lagi jaga warnet sepupu gue..."
saya: "Hooo..."
Tono: "Tapi lagi sepi pengunjung, cuma 2 orang."
saya: "Malem minggu kali Ton, pada sibuk ngapel, lu ngepel gih sono."
Tono: "Sebenernya sih gue nggak ada masalah Pe, mau sepi, mau kagak, yang pasti kan gue dapet uang jajan tambahan."
saya: "Nah tuh bagus."
Tono: "Tapi....Barusan ada preman masuk. Kayanya baru kobam (mabok, red), matanya merah gitu, giginya penuh darah, tangannya terluka parah, ngomongnya selalu salah...."
saya: "SERIUS LU????"
Tono: "Yang matanya merah, bener. Sisanya, khayalan semata."
saya: "Kamfret!"
Tono: "Tapi beneran Pe, serem banget gue sekarang, mana pelanggan yang laen anak kecil maen CS doang, mana bisa bantu, kalau gue di-apa-apa-in???"
Tono: "Ngapain juga tuh preman ngapa-ngapain lu???? Jeruk kagak mungkin makan jeruk Ton..."

45 menit terus berlalu dengan obrolan mengenang masa lalu kami. Sekarang rambut Tono udah nggak belah tengah lagi, kemaren Tono untuk pertama kali seumur hidupnya pergi ke salon buat creambath, Tono juga rajin pedikur-medikur dan luluran badannya, mungkin lama-lama Tono bakal merubah namanya jadi Tina???

saya: "Eh Ton, lu bisa liat komputer nya si preman kan dari komputer lu?"
Tono: "Ho-oh!"
saya: "Dia lagi buka apa Ton?"
Tono: "Nggg....bentar ya Pe..."
saya: "Pasti nge-bokep!"
Tono: "......"
saya: "Ton?"
Tono: "....."
saya: "Ton?"
Tono: (lima icon ketawa ngakak di YM muncul di window Tono)
saya: "Kenapa Ton? Situs bokep hard core gitu ya?"
Tono: "Tebak Pe, dia ngapain?"
saya: "Ngebokep! Malem-malem ke warnet, apa lagi kalau bukan ngebokep?"
Tono: "Otak lu tuh yang bokep mulu!"
saya: "Emang ngapain sih tuh orang Ton?"
Tono: "Maen Zuma!"
saya:.....
Tono:......

Pembicaraan kami ditutup dengan cerita Tono bahwa sang preman akhirnya membayar 2000 perak saja, atas biaya penggunaan komputer selama satu jam untuk.....bermain Zuma!

Istilah 'dont judge a book, by its cover' tampaknya cocok saya sampaikan kepada Tono. Memang sih, penampilan luar itu penting, masa iya kita mau beli sebuah buku tanpa covernya??? Tapi kalau begitu, pribahasanya jadi gini dong, "Buy a book by its cover". Tapi kalau untuk menilai sebuah buku??? You must read all. Begitu pula dengan posting-an saya sebelumnya, saya bukan menyuruh para teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-ceria PIera!) untuk bunuh diri ketika sedang menghadapi sebuah masalah. Please read all ya guys :)

Kalau melihat orang juga jangan dari luarnya saja. Mungkin dia rapi-jali, eh taunya tukang mutilasi. Mungkin dia punya muka garang namun penyayang binatang. Mungkin dia suka ngedengerin Metallica tapi shalat nggak pernah lupa.

However, seperti yang saya bilang, for having the book, we still need its cover and it is impossible to buy them in separate. But, we bought a book to read its content, right? Not the cover.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar