Kamis, 06 Mei 2010

Ketika Madona datang ke Gede Bage...




Cerita ini sebenarnya udah agak lama. Waktu saya kuliah tingkat 2 di Bandung, pas saya masih lucu-lucu-nya gitu déh! (Please, jangan muntah baca kalimat yang terakhir ini! PLEASEEEEEEE!)

Bandung sudah terkenal dengan sebutan Parijs van Java. Kota mode-nya Indonesia. Para neng geulis dan aa kasep bertebaran di sana-sini. Bahkan saya pernah naksir sama tukang parkir di kawasan Dago. Lupakanlah image tukang parkir yang suka baju warna orange terang benderang! Satu-satunya benda yang mencirikan bahwa dia adalah seorang tukang parkir hanya kalung piriwitan-nya saja, sisanya??? Bajunya supported by Invictus, topi dari Ouval RSCH, celana jeans beli di Dloops, dan sepatu jenis sneakers. Benar-benar bagai distro berjalan! (Bandingkanlah sama appearance tukang parkir di kawasan Sunter-Jakarta????)

Saya juga nggak mau kalah dong sama kecengan saya yang tukang parkir itu! Namun, apa daya, kondisi keuangan hanya cukup untung bayar kos-an dan makan saja. Tapi, sebagai mahasiswi yang KEREatif (tolong dibaca dalam sekali tarikan nafas), saya tidak menyerah begitu saja. Saya putuskan untuk pergi ke pusat belanja pakaian seken (kalau nulisnya 'pakaian bekas', saya jadi keliatan nelangsa banget ya???)

Terdamparlah diri ini di sebuah hamparan padang rumput kering kerontang yang di atasnya tumbuh lapak-lapak penjual berbagai macam baju branded maupun tidak, namun satu hal yang menyatukan mereka semua di sana, mereka semua itu barang bekas pakai. Tapi, kadang-kadang untung-untung-an juga sih, bisa dapet baju yang baru, cuma kemungkinannya itu kira-kira 1:76,5 lah...

Walaupun tempatnya terpencil di pelosok Bandung, bayangin aja saya ke sana harus naik angkot selama 2 jam dan bayar 4000 perak! (tahun 2005, red) Pas turun dari angkot, pantat saya langsung kram total! Saking kelamaan duduk.

Tapi, emang sih tempatnya nampol gile! You can find everything! Kalau bisa milih, pasti dapet barang yang keren dengan harga yang super miring! Saran saya kalau mau ke sana, meningan hari Jumat, soalnya pas banyak barang baru dateng dan suasananya nggak terlalu riuh pikuk. Kalau Sabtu - Minggu, suka banyak orang Jakarta yang dateng, jadi harganya sering dinaekin sama abang-abangnya.

Oh ya, jangan lupa merendam baju-baju yang sudah kamu beli dengan air panas dan pewangi selama satu hari. Dengan seizin Tuhan, kuman-kumannya bakal mati bergelimpangan. Soalnya, salah seorang teman saya yang bokapnya koleksi koin emas kerajaan Majapahit (pokoknya kekayaanya keluarganya itu gemah ripah lojinawi banget!), dia ogah belanja di Gede Bage karena, "Lu nggak tau orang yang dulu pernah pake baju yang lu beli itu kena panu, kurap, atau herpes!"

Bai de wei, I did really write 'You can find everything!' di Gede Bage. Buktinya adalah percakapan yang akan selalu saya kenang ini:

Abang penjual (A): "Ayo neng dipilih-dipilih!"
Cewek yang bercita-cita ingin boker sambil sikap lilin, (sebut saja) Viera (V): "Jualan apaan ya? Kayanya semangat banget!"
Temen Viera yang bercita-cita ingin pipis sambil split, (sebuat saja) Susana (S): "Tau tuh! Liat yuk? Penasaran gue juga..."
A: "Ayo neng, diliat dulu barangnya..."
V: "Jualan apa bang?"
A: "Pakaian dalem Neng....."
S: "Bekas nih bang?"
A: "Iya Neng....Tapi jangan salah, neng liat yang warna merah itu?" (sambil nunjuk celana dalem jaring-jaring dengan renda di pinggirannya)
V: "Iya bang, kenapa gitu?"
A: "Itu bekas Madona!"
V & S: "???"

Do-ooooooh! Gimana ya??? Ngggg, mau pernah dipake sama Madona atau Megawati, saya sih ogah beli celana dalem bekas! Tapi kan, menurut hukum ekonomi, seorang penjual itu muncul karena adanya seorang pembeli. Saya jadi penasaran, tipe orang yang kaya gimana sih yang mau beli celana dalem bekas Madona itu?

P.S: Ingin rasanya membelikan celana dalem bekas Madonna itu buat temen saya yang ogah belanja di Gede Bage itu déh! Terus ngomong, "Lu pikir Madona pernah kena panu, kurap, atau herpes?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar