Kamis, 01 Juli 2010

Italia: Selatan vs Utara

Ciao! Kumaha damang???? Ahahahahahahaha! Sorry ya, tinggal sih boleh di Italia, tapi hati mah tetap di Tasikmalaya.

Diitung-itung saya udah hampir satu taon nih tinggal di Italia, eeeeerrrrrgh, di Calabria.

Suka pengen ketawa miris gitu kalau ditanya sama temen-temen di Indonesia, "Pe, udah ke menara Pisa belom?" atau "Pe, gimana colosseum?" Aaaaaaaaaaaaaaargh, saya belum pernah ke sana. Yeah, layaknya Indonesia yang nggak cuma punya Bali dan Jakarta, ada Cirahong, Ciomas, dan Ciroyom. Italia juga kaya gitu, selain Roma dan Milan, di sini juga ada Crotone, Catanzaro, dan….(Hell yeah), Calabria!

Tau nggak sih, saking saya sering ngeluh tentang kesulitan-kesulitan yang saya alami di sini, temen saya sampe bilang, "Pe, gara-gara sering denger cerita lu, gue coret Italia dari list negara yang harus gue kunjungi selama gue masih perawan…" Ahahahahahaha! Yaaaaah, kalau mau dateng mah dateng aja, selama ada duitnya. Tapi saya nggak berani jamin, kalau nanti pas si temen saya itu balik lagi ke Indonesia, kondisinya masih perawan atau kagak, ahahahahahaha! Becandeeeeeee…..

Jadi gini guys, menurut penerawangan Teteh Viera selama tinggal di sini. Secara umum, sama seperti Indonesia yang membagi kawasannya ke dalam tiga zona waktu, barat, tengah, dan timur. Sedangkan di Italia, secara geografis, kita bisa membaginya dalam tiga area, utara, tengah, dan selatan.

Nah, daerah-daerah hebring kaya Milan, Pisa, atau Venice, ngumpul di bagian utara. Sedangkan bagian selatan, lebih banyak ditinggali oleh para imigran, kaya di Calabria ini. The last one is, bagian tengah, yang (menurut saya) cuma dijadikan sebagai penghubung antara kawasan elite Utara dan kawasan sederhana Selatan dan mejadi tempat bercokolnya sang ibu kota, Roma.

Kalau kamu liat brochure di biro perjalanan, hampir 95% isinya adalah tempat-tempat wisata di kawasan utara Italia. Sama juga kan kalau kamu dateng ke KBRI, pasti yang dipajang di dinding selamat datang itu ya Bali, Lombok, atau sekarang yang lagi happening tuh Bunaken. Mana mungkin dinas pariwisata itu mau nempelin poster, "Visit Citeureup 2011", dengan background, bejubelnya mobil daihatsu warna biru yang di bagian body belakangnya ditempel nomor 08, sebagai pertanda trayek tujuan.

Sedangkan secara pola tingkah laku, saya bisa membagi Italia itu sendiri menjadi dua. Satu, penduduk utara. Dua, penduduk selatan. Penduduk utara emang terlihat lebih hip, maklum tinggal di kawasan tujuan pariwisata tingkat internasional. Banyak yang bisa bahasa inggris, kalau winter, pakaian jaket berbulu musang merk ternama itu berjalan di mana-mana, dan lebih tertata urban-planning-nya. Kalau di selatan, beuuuuuuuuuuuu Gustiiiiiiiiii, nggak usah diceritain detail lah, kamu tinggal baca sejuta keluh kesah di blog ini.

Cuman, ya namanya juga sesuatu hal itu punya sisi negative dan positive. Menurut saya, sebagai mahasiswa KERE-aktif, tinggal di kawasan selatan itu jauh lebih menyenangkan daripada di kawasan Utara. Karena kawasan tourism, biaya hidup di kota-kota di Utara itu jauuuuuuuuuuh lebih mahal. Okei, buat perbandingannya yaitu harga masuk toilet, di Venice kamu harus rela ngelaurin uang minimal 2 euro buat pipis aja! What a pee! Kencing doang 25 rebu! Mereka kira saya pipis cairan logam emas 24 karat yang dilelehkan! Bandingkan dengan kawasan selatan, di sini mah pipis juga gratis.




Orang utara juga terlihat lebih pendiem dan angkuh. Yang suka bikin keselnya nih ya, kebanyakan dari mereka suka menganggap rendah sekali terhadap orang Italia yang tinggal di selatan, padahal satu bangsa, satu negara, dan satu bahasa. Jadi inget sama kasus pelecehan orang Papua oleh salah satu alumnus ITB dalam status facebook-nya déh, miris ya. Di sini saya berasa jadi kaya 'orang Papua' itu. Maksudnya, walaupun mereka tinggal jauh dari Jakarta, tapi bukan berarti mereka nggak baik. Kalau mau cari orang jahat mah di Jakarta juga banyak, begitu juga di sini, tingkat kejahatan di Roma itu lebih tinggi dari Calabria lho.




Sedangkan orang selatan, seriously, keramah-tamah-an-nya berani diadu sama orang Indonesia. They're very nice and friendly. Mungkin dikarenakan iklim cuaca yang cenderung hangat itu ya. Contohnya, pelayanan di McDonalds di 4miglia (tempat kongkow mahasiswa Universitá della Calabria), mereka melayani kita dengan senyum, berusaha ngejelasin menu-nya satu per satu dengan bahasa inggris yang kurang baik. Kalau waitress McDonalds Milan???? Hiiiiiiiiiiy, nanya WC aja, dijawabnya pake kerlingan mata. Kalau toko-toko di Italia selatan masih menerapkan motto, "pembeli adalah raja", kalau di italia utara lebih suka pake prinsip, "pembeli adalah pembeli, raja mah adanya di sonoooo noh, di istana, bukan di sini!"

Banyak yang bilang, kawasan Italia selatan itu penuh dengan mafia. Heuuuuu, ini nih yang terlihat little bit gokil buat saya. Yup, keberadaan mafia di Italia itu sama kaya koruptor di Indonesia, they're everywhere! Saya pernah baca koran lokal Calabria, jadi ada salah satu antek mafia yang ketangkep sama polisi dan mau di adili di pengadilan daerah Calabria dan tau nggak???? Keesokan harinya, tuh pengadilan udah menyatu dengan dengan halaman parkir di sekitarnya, alias dibakar sama konco-konco si mafia yang mau diadili di situ. Ahahahahahaha! Serem yeeee….




Tapi, kalau misalnya kamu nonton trilogi The Godfather yang tersohor itu, kan suka ada adegan tembak-tembakan di jalan bagai film hollywood pada umumnya, nooooooo, saya nggak pernah liat itu. Sistem mafia di sini itu lebih kepada kekeluargaan. Kalau diilustrasikan dengan situasi di Indonesia, dari dulu kita tau kalau keluarga Cendana itu bersitegang dengan keluarga Soekarno. Nah, karena saya bukan bagian dari dua keluarga itu, mau siapapun parpol yang berkuasa nantinya, hidup saya sih tenang-tenang aja. Sama kaya di Italia, kalau misalnya kamu bukan bagian dari dua keluarga mafia yang sedang bersitegang, your life is just like an ordinary's one.

Lalu tentang hobby para mafioso yang jambret sana-sini, that's not true. Itu mah bukan mafia, tapi pencuri. Iya sih, salah satu cara para mafia untuk mencari uang dengan mencuri, tapi nggak semuanya. I feel pretty safe in here. Malahan kalau saya pergi kuliah, dengan alasan agar sirkulasi udara berjalan dengan baik, saya sering ninggalin kamar dengan keadaan jendela dibuka selebar-lebarnya, tapi alhamdulillah saya nggak pernah kehilangan apapun.

Lain hal-nya dengan kawasan utara. Mafia di sana lebih hebat, terselubung di dalam tubuh pemerintah. Susah terjerat hukum, barang selundupan macam narkotika dan tetek Julia Perez bengeknya itu bukan barang aneh di sana. Kalau saya berkeliaran sendirian di jalan yang sepi, siap-siap ditodong aja itu mah.

Ya, tulisan ini asli cuma opini saya ya based on what I saw through my beautiful eyes lah, hehehe. Saya cuma ingin menekankan, kalau emang niatnya buat jalan-jalan mah, ke Cimahi juga berasa ke Venezia, tapi kalau buat belajar, tinggal di Milan pun berasa tinggal di Buah Batu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar