Berada dalam sebuah bis buatan eropa itu emang sungguh menyenangkan ya! Jalan bisnya seperti keong, bukan lelet, tapi bener-bener nggak kerasa sama sekali goyangan dan tidak terdengar suara mesinnya! Dan saya semakin percaya dengan sebuah kenyataan bahwa banyak sekali pembalap handal lahir dari negara yang satu ini. Supir bus-nya itu emang handal bin mustajab! Banyak jalan berliku yang kami lalui. 'Berliku' di sini itu beneran belokan yang super-duper berliku! Bahkan ada sebuah belokan yang hampir 360 derajat! Di mana sang supir bus harus menyetir maju-mundur beberapa kali dahulu baru kami bisa melewatinya dengan sukses.
Sebenarnya jalan belokan itu didesain untuk dua buah mobil dari dua arah yang berlawanan, jadi kalau ada sebuah bus, yang ukurannya sudah pasti tentu lebih besar dari mobil, mobil yang berasal dari sisi lainnya harus menunggu terlebih dahulu, soalnya jalannya kurang lebar dan lagi-lagi untuk masalah rem tangan, mesin Eropa itu numero uno déh! Jadi, bis yang saya tumpangi itu hampir aja nabrak sebuah mobil fiat kecil berwarna putih yang disupiri oleh seorang pria gendut yang tampaknya sedang mabok. Si fiat ini nggak mau kalah, padahal sudah jelas-jelas supir bus IAS SCURA itu memberi klakson pertanda bahwa sekarang giliran kami yang melewati si belokan 360 derajat itu, tapi dasar ya what can we do to this 'drunken master', selain mencaci! Cih! Dengan rem-nya yang pakem, kami, para penumpang tidak bisa merasakan apa-apa selain teriakan "lo stronsooooo!" (Kamfreeeeet lu padeee!) si supir fiat dari luar jendela.
Satu hal sih yang saya syukuri saat itu, "alhamdulillah masih dikasih kesempatan untuk mencicipi ramadhan tahun ini…" Bayangin déh sama bis-bis di Indonesia di kala mudik yang sering masuk headline koran-koran ibu kota akan beritanya yang terperosok ke dalam jurang. Padahal ukuran jalan yang disediakan pemerintah itu sudah baik, dan salah satu penyebab utamanya adalah….Rem blong!
Untuk mencapai pulau yang memiliki luas sekitar 25.000 kilometer persegi itu kami harus menyebrangi laut menggunakan kapal feri berukuran besar yang hanya kami tempuh dalam waktu 10 menit saja. Saat liburan musim panas seperti ini, pihak pelabuhan mengoperasikan dua buah feri yang beroperasi bergantian setiap 40 menit sekali. Jadi, kami tidak perlu menunggu terlalu lama layaknya antrian panjang mobil di pelabuhan Bakauheni. Biaya naik kapal feri ini pun sudah termasuk ke dalam tiket bis IAS SCURA yang sudah kami bayar ketika kami naik dari auto stazione di Cosenza (16 euro).
Sebenernya, sebagai penduduk negara kepulauan terbesar di dunia, harusnya saya tidak perlu se-antusias itu ketika melihat sebuah pulau dari kejauhan. Tapi, gimana ya, di saat sering melandanya situasi ingin menangis semalam, malah kadang-kadang saya suka pengen nyanyi, "aku sedih, duduk sendiri. Papa pergi, Mama pergi, kulihat tali, kuingin gantung diri…." tampak sepertinya lautan yang luas itu bisa dijadikan tempat pelampiasan emosi sesaat. Jadi, ketika menyebrangi selat yang memisahkan penisula Italia dengan pulau Sicilia itu, I felt my stress were coming out brutally! Teriak-teriak ke laut kaya orang bego. Dua kalimat "Tuhan! Kok Viera itu cantik banget sih!" dan "Tuhan! Kok Viera itu keren sekali sih!" harus diterima bulat-bulat oleh laut Sicilia.
Jadi inget sebuah pengalaman yang pernah saya alami bersama Madame Futrih 'Atut 'Atit 'Ati. Waktu itu kami harus melakukan kegiatan kuliah praktek di Pulau Bali. Kami satu pesawat dengan seorang bule yang menggunakan kaca mata hitam di saat penerbangan malam dan loncat-loncat nggak jelas dari tempat duduknya 15 menit sebelum pesawat mendarat di Bandara Ngurah Rai. Dulu, saya dan Madame Futrih 'Atut 'Atit 'Ati sepakat ngatain, "dasar bule sarap!" Tapi, sekarang tampaknya hukum karma itu berlangsung, saya harus pasrah disebut 'bule sarap!' dalam versi italia, karena ketika bis kami keluar dari dek kapal feri which means that I was officially in Sicilia, dengan tangan yang dikepal ke udara, saya loncat-loncat dari kursi bus!
Wooohoooo, kota pertama yang kami lewati adalah Messina. Kota ke tiga terbesar di Sicilia, setelah Palermo dan Catania. Tepat di belokan pertama, setelah melewati sebuah tulisan 'Benvenuti in Sicilia' yang terbuat dari susunan lampu neon yang pasti akan terihat cantik ketika malam datang, saya dan Riri seperti 'benar-benar' disambut oleh sebuah pulau penghasil mafia handal ini karena kami melihat sebuah toko alat-alat pancing bernama dua nickname kami yang disatukan, RIVIERA!
Perjalanan pun terus berlanjut, karena kami harus turun di Stazione Centrale Catania yang berarti kami harus melewati dua perberhentian lagi, Piaza Stazione di Messina dan Parc Lumbi di Taormina.
Oh iya, buat para pengguna bis jarak jauh (antar kota/provinsi) berjenis mayasari bhakti and friends boleh berbangga hati kok, karena akhirnya…..Saya sadar bahwa bis di Indonesia memiliki satu kelebihan dibandingkan bis IAS SCURA! Bis IAS SCURA ini nggak punya WC dan nggak pernah melakukan istirahat sejenak dua jenak di beberapa perberhentian!
So, sekarang giliran saya menyanyikan lagu, "kebelet pipis, kebelet pipis, kebelet pipis….Mama!"
P.S: As usual, I would like to say sorry of my lack ability to take a pic nicely. Some of them were being cropped to make it a little bit better, but when I checked it, somehow I felt it looks worse than ever, hehehe. Hopefully I'll have a better photoshoot's skill next time...
gila viera tajir abeesss keliling eropa! pea.. be my first follower on my blog!! ahahahahaha XD
BalasHapuseh pe, ym gw ganti ID.. jgn lupa d approve ya. kpn kita mengadakan konferensi bola bundar lagi? ditunggu!
Ya elaaaaaaaah Bu, ini kan cerbung, gue cuma br jln2 ke Sicilia doang, tapi ucapan adalah doa lah ya, gue amin-in bagian lu bilang gue tajir sama jalan2 terus! hehehehehehehe.
BalasHapusWidiiih kenapa lagi lu ganti YM, oke deh gue YMan biasanya sore win (waktu italia) jd mungkin mlm waktu lu…hehehe.
Hei blog yang sangat bagus! Man .. Indah .. Amazing .. Saya akan bookmark blog anda dan mengambil feed juga ...
BalasHapusmakasih bung anonim :)
BalasHapus