Rabu, 11 Agustus 2010

[8] Welcome to the house

Setelah selesai makan di bar, sambil menuju tempat parkir mobilnya, saya diajak Rosa untuk berkeliling Catania sebentar. Surprisingly, we found a traditional wedding event, jadi kedua mempelai tersebut naik delman, layaknya seorang raja dan ratu yang sedang menyapa para rakyat jelata (dibaca: saya dan Riri yang emang mukanya udah kusam penuh debu gara-gara perjalanan 6 jam dari Cosenza menuju pulau tempat kelahiran para mafioso, Sicilia).





Tapi emang wajah cantik saya ini sudah tidak dapat dibohongi lagi, perut udah kekenyangan dan kedua bola mata saya yang indah bukan kepalang ini sudah tidak bisa diajak kompromi. Rosa pun mengantarkan kami ke rumah dia yang terletak di kawasan Santa Maria di Licodia, Catania. Sekitar satu jam dari pusat kota Catania.

Dengan mobil FIAT kecil berwarna putihnya kami meluncur membelah jalan aspal Catania yang tingkat kehalusannya jauh berbeda dengan aspal sepanjang jalan Dago. Pemandangan sendiri tidak jauh berbeda dengan apa yang biasa saya lihat di dalam perjalanan saya menuju Bandung lewat tol Cipularang, sesekali saya disapa bangunan besar yang terlihat seperti pabrik-pabrik otomotif namun tak jarang juga saya melihat bukit-bukit hijau yang luas.





As we know, kalau habit orang barat itu lebih senang tinggal di apartment daripada di sebuah rumah (kalau ada orang Eropa yang memiliki rumah selayaknya seperti orang Indonesia, kebanyakan dari mereka adalah orang kaya, karena harga tanah di sini mahal-mahal), maka saya pun sudah siap-siap untuk tinggal di dalam sebuah flat yang berukuran tidak terlalu luas, apalagi Rosa masih single, pasti dia lebih memilih untuk tinggal di dalam sebuah apartment berjenis one room studio.

Sesampainya di depan pintu gerbang apartment Rosa, saya disambut oleh….Delapan ekor kucing dan satu ekor kelinci anggora. Aaaah, jadi inget sama Luna Maya, Lala, dan Dede di Calabria, pas saya jalan-jalan gini, siapa ya yang kasih makan mereka??? Dan hancurlah bayangan saya tentang apartment Rosa yang berkonsep one room studio apartment, tempat tinggal Rosa itu sungguh oh-seperti-rumah di Indonesia.








Rosa tinggal di dalam sebuah apartment di lantai dua yang terdiri dari banyak kamar berukuran luas dan ruang tamu yang bisa dikatakan sangat mewah, bersama kedua orang tuanya. Tak sampai di situ, ternyata satu bangunan apartment lantai tiga itu diperuntukan hanya untuk Rosa sekeluarga saja. Lantai satu diperuntukan tempat Rosa dan keluarganya menyimpan mobil dan sebagai gudang bir, lantai duanya untuk tempat tinggal Rosa beserata kedua orang tuanya, sedangkan lantai tiga untuk merupakan temapt tinggal kakak perempuan pertama Rosa dan keluarganya.

And hell yeah, this is what I dream about my future house. Dengan semakin membludaknya jumlah manusia dan semakin terbatasnya luas lahan yang tersedia, maka sudah cukup sulit untuk saya membayangkan akan tinggal di dalam sebuah pemukiman dengan sistem horizontal. Konsep tempat tinggal vertikal adalah salah satu solusi yang menurut saya dapat dikembangkan oleh pemerintah Indonesia.

Namun untuk membangun perumahan vertikal seperti ini di Indonesia, memang membutuhkan suatu program pengenalan kepada masyarakat yang jitu nan mutakhir. Selain dari kebiasaan banyak penduduk kota Indonesia yang tidak terlalu menyukai undakan, pengaruh iklim tropis juga agak menjadi sesuatu yang riskan. Singkat kata, kasian banget orang yang tinggal di lantai paling atas, resiko kesamber geledeknya lebih gede daripada orang yang tinggal di lantai bawah.

"What a beautiful house!" ujar saya dalam hati. Hobby dari ibunya Rosa yang bercocok tanam semakin membuat bangunan apartment ini terlihat seperti rumah-rumah yang sering saya lihat di telenovela-telenovela, indaaaaaaaaah! Yang ngebedain cuma nama penghuni rumahnya, bukan Marimar, Santiago Santibanez, atau si Angela yang ngebakar rumah kakek Panco, kakeknya Marimar.








Rosa mengantar saya dan Riri ke sebuah kamar yang memiliki balkon dengan pemandangan gunung Etna, sebuah gunung berapi yang masih aktif. Ah, somehow jadi kangen sama gunung Galunggung di kampung halaman saya, Tasikmalaya, "ah gurame goreng Mang Jabal, i miss you badly!"





Kami dipersilahkan untuk istirahat di dalam sebuah kamar yang huooooo sungguh besar untuk ukuran badan saya dan Riri. Waaaaaaaaoooow, berasa di Eropa banget déh! Selain disediakan sebotol besar air mineral kami juga disediakan beberapa buku cerita rakyat yang (sayangnya) ditulis dalam bahasa Italia, jadi aja saya nggak ngerti sama sekali :(








Dapat saya katakan bahwa Rosa adalah pemeluk katolik yang sangat taat, bisa dilihat dari pelbagai atribut ikonik beberapa santa yang saya tidak tahu namanya yang dipajang di kamar tidur yang saya dan Riri tempati dan tentu saja tidak lupa menyertakan patung kayu salib yang ditempel di dinding sebelah ranjang tempat tidur kami. Tak jarang Rosa berpamitan kepada kami berdua untuk pergi melkasanakan beberapa kegiatan kegerejaan yang saya yakin sudah ditinggalkan oleh para muda-mudi Italia.






"Saya ke gereja itu setaun hanya dua kali Viera, ketika paskah dan natal saja…." ujar Francesco, teman Italia saya yang sering mengajarkan banyak kata-kata umpatan dalam bahasa Italia itu. Ya, nggak jauh beda sih sama teman saya di Indonesia yang beragama islam, di mana dia hanya melakukan shalat sebanyak dua kali setahun, shalat iedul fitri dan iedul adha. Hohohoho, ketika agama memang diciptakan bukan untuk menyembah Tuhan, tetapi lebih kepada untuk mengatur perbuatan manusia ya, siiiiiiigh…..

Oh ya, one thing that I like the most about our room is…..Letaknya deket banget sama toilet! Jadi, saya bisa menyalurkan hobby dan bakat terpendam saya selama ini, apalagi kalau bukan…..Boker! Uhuy!

So, teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) sekarang saya mau ee dulu ya! Ci vediamo presto!

2 komentar:

  1. hoki abis lo! haha
    tapi rumahnya oke banget siah..ya ampyun. molor terus kayanya gue disana

    BalasHapus
  2. lu kira Pak Primadi, demen maen hoki! Kikikikikikiki…

    Iyah Tjom, rumahnya mangstapable pisan! InsyaAllah, klo dikasih rezeki, gue mau maen lagi ke sana, sama lu ya Tjom maennya, aheeeey~

    BalasHapus