"Bagaimana mungkin, membaca saja aku sulit…"
Mawar (bukan nama sebenernya, red), 24 tahun, mahasiswa tingkat akhir yang punya hobby baca stensilan sambil makan kuaci.
"Ngggg, jalan-jalan dari dapur ke WC sih sering…"
Didin Komirudin (bukan nama sebenernya, red), 26 tahun, karyawan sebuah perusahaan di daerah Kebayoran Lama yang bercita-cita memiliki gaji di atas 25 juta per bulan.
"Pastinya dong! Kemaren gue baru nemenin cewek gue belanja di Singapore, minggu lalu baru nengok adek yang lagi kuliah di New York, besok gue harus nemenin Papi ke Macau, dan minggu depan gue harus perpanjang visa di dubes Australia, soalnya kuliah udah mulai lagi, tapi gue bingung, cewek gue lagi pengen candle light dinner di Paris, enaknya gimana ya Pe?"
Raden Mas Budi Setyo Adinugroho (bukan nama sebenernya, red) 21 tahun, mahasiswa salah satu universitas di Australia, seorang teman di facebook yang sebentar lagi akan dihapus dari friendlist saya.
Yup, emang agak sulit ya bagi kita untuk mendefiniskan arti jalan-jalan. Berbeda dengan kata 'traveling' yang sebenernya memiliki arti tidak jauh berbeda. Namun ketika saya bandingkan dua jenis dialog ini.
a. Viera si cantik banget: "Aduh gue abis jalan-jalan nih!"
Ontjom si Tukang Iri Hati: "Dari mana Pe? Cikijing? Cirahong? Ciroyom?"
b. Viera si keren abis: "Aduh gue baru traveling nih!"
Nyonya Helhah: "Dari mana Pe? Honduras? Ulaanbaatar? Bhutan?"
Percakapan b tampak lebih menarik bukan? Hanya karena pemilihan kata dalam bahasa inggris itu terlihat jauh lebih keren. Maka, kalimat "saya baru traveling dari Tasikmalaya" terdegar lebih kece daripada kalimat "saya baru jalan-jalan dari Tasikmalaya."
Sebenernya saya nggak punya masalah dengan penggunaan kata apa yang cocok terhadap kegiatan yang sudah tentunya banyak orang yang lakukan ini. Cuma saya agak sedih aja dengan kenyataan bahwa banyak saudara-saudara saya yang berpikiran bahwa bahasa indonesia itu kedengeran lebih cupu daripada bahasa pangeran Charles.
Padahal ya, se-hebat-hebatnya mas James Bond memecahkan sebuah kode rahasia, saya yakin dia nggak bakal bisa membaca sebuah tulisan yang terdiri dari percampuran huruf besar, huruf kecil, spasi yang berdekatan-berjauhan, dikombinasikan dengan angka yang pada akhirnya membentuk sebuah kalimat yang sering bikin kita (para generasi muda tahun 90-an) harus memeras otak untuk mengerti apa maksud dari the next indonesian generation ini.
Well, sebenernya permasalahan inti dari posting-an saya kali ini adalah pengertian kata 'jalan-jalan' atau 'traveling' itu sendiri.
Saat ini, masih banyak orang yang masih menganggap bahwa jalan-jalan itu adalah kebutuhan tertier atau malah kebutuhan yang termasuk tidak dibutuhkan.
"Buat makan aja susah Pe! Apalagi buat jalan-jalan???" ujar salah seorang teman saya yang berharap agar rekening BCA nya bisa tiba-tiba memiliki saldo tambahan 30 milyar secara tiba-tiba ala Gayus Tambunan.
Iya sih ya, kalau perut lapar emang susah mau ngapa-ngapain juga, hehehehe, tapi mari kita ubah sedikit yuk sistem pemikiran itu, gimana kalau dari kegiatan jalan-jalan itu kita malah bisa menghasilkan sebuah 'perut kenyang'??? Mungkin dari sebuah perut yang kenyang, kita dapat menghasilkan aktivitas tidur di depan TV yang terus-terusan memutar shit-netron dengan adegan si ibu mertua nyetrika dada si menantu, sampai kita lapar lagi. Tapi, coba kita bayangkan, kita bisa dapet lebih dari sekedar 'perut yang kenyang' ketika kita 'jalan-jalan'.
Sedikit pengalaman ketika saya jalan-jalan ke Jerman bermodal uang 20 euro dan dapat dipastikan saya tidak bisa membeli makanan. Namun seperti yang kalian tahu, kalau rezeki itu datangnya dari Tuhan, bukan dari si bos yang setiap bulan cuma bisa ngegaji ala kadarnya, maka ketika saya sedang bertanya tentang jalan menuju tempat yang saya tuju, eh si orang yang saya tanya itu tiba-tiba tampak iba melihat muka saya, yang biasanya cantik bagai Luna Maya berubah bagai Kuntilanak yang bulu keteknya dicabutin pake gunting kuku, dia ngasih saya sebungkus roti, katanya sih muka saya itu keliatan kelaperan banget. Ahahahahahaha! See, kalau masalah rezeki mah Tuhan yang ngatur, tapi kalau jalan-jalan niat kita yang bertutur.
"Tapi Pe, buat idup sehari-hari aja gue udah ngutang, apalagi buat jalan-jalan kaya lu!"
Eits, jaka sembung pake cincin! Nggak nyambung ciiiiiiin! Hehehe. Jalan-jalan itu nggak mesti berarti kita backpacker ke Gunung Kilimanjaro atau bawa koper ke hotel Château de Bagnols di Perancis. Buat para penduduk asli Bogor, nge-ragusa di jalan veteran-Jakarta itu udah termasuk traveling lho! Yang pasti, janganlah tinggal di sebuah tempat terlalu lama dan cuma kita sendiri yang bisa buat batasan dari kata 'lama' di sini. Buat saya sih tinggal satu tahun di Calabria itu sama aja seperti tinggal 10 tahun di daerah Cirahong. It is easier to change your mind by changing your place…
Tuhan menciptakan sebuah negara Amerika, bukan hanya untuk dikagumi akan adidayanya, kehebatan para imigran Yahudinya berpolitik, atau kebijaksanaan tampang sang presiden kulit hitam pertamanya, Tuhan menciptakan sebuah negara besar semata-mata agar kita dapat mensyukuri 'kebesaran'-Nya juga.
Jadi nih ya, kalau ada salah satu teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang berniat pergi niat ke negri Paman Sam, go for it! Keep talking to yourself that you will go to America then you will go! Nggggg, kalau di bahasa indonesia kan sih jadi, 'ucapan itu adalah doa'. Kalau perlu tulis di langit-langit kamar, "Saya ingin pergi ke Amerika! Saya akan pergi ke Amerika! Saya pergi ke Amerika!" (Diambil dari pengalaman pribadi nih! Hehehehe). Peduli amat déh diketawain orang lain, dikatain ke-PD-an, punya mimpi ketinggian, tapi kita kan tau Maha Pengabul Mimpi itu tak akan pernah tertawa.
Then, satu hal yang saya pelajari dari kegiatan jalan-jalan ini adalah, jangan pernah percaya foto-foto yang dipajang di agen perjalanan atau brochure suatu tempat wisata. Something that looks good in a picture is not always good in reality! Tapi percaya deh, something that you feel in reality is always be good in any picture that you take. Buat saya, keindahan menara Eiffel itu nggak sebanding dengan Monas! Cih! Mana ada yang jualan siomay di Menara Eifel! Tapiiiiiiiiiiiii, perjalanan menuju menara Eiffel-nya itu lho yang nggak sebanding dengan perjalanan menuju Monas \(^_^)/
Buat temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang beragama islam, tau dooong kalau kita itu hidup itu harus sambil mencontoh Nabi Muhammad SAW, ada yang pernah ngeh nggak kalau salah satu hadits Nabi itu adalah 'berjalan-jalan'? Emang sih tidak ditulis secara eksplisit misalnya jadi, "wahai umat manusia, jalan-jalan-lah maka kau akan masuk surga."
Tapi, buat temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang nggak nyogok guru agama biar lulus UAS mata pelajaran agama islam, pasti tau dong asal muasal munculnya tahun hijriah??? Yaitu ketika Nabi Muhammad pertama kalinya hijrah dari Mecca ke Madina atau bisa dikatakan Nabi Muhammad itu 'jalan-jalan' atau 'traveling' dari Mecca ke Madinah??? Berarti, jalan-jalan itu termasuk sunnah Rasul lho, hehehehehehe. It means that, ketika kita jalan-jalan, selain dapet segudang pengalaman, kita juga bakal dapet pahala. Ah, tapi saya mah paling nggak jago ngomongin agama, shalat shubuh aja masih jam delapan, hehehehe.
Kalau misalnya setiap pagi tuh K.H Yusuf Mansyur punya acara penambah ketebalan rohani para pemirsanya, bernama 'Nikmatnya Sedeqah', saya juga bercita-cita ingin buat acara setipe dengan judul 'Nikmatnya Traveling'. Memakai mukena di hadapan ratusan orang bule yang semua matanya hanya tertuju pada saya itu pun menjadi sesuatu yang bisa menambah rasa keimanan tersendiri.
Travelling itu menyenangkan :)
BalasHapuspacaran itu baru menyakitkan! ahahahahahahahahaha! *Asooooooi, curcol jalan teroooooos!
BalasHapuskenapa pas bagian gua yang "jalan-jalan" dan si helga yang "traveling" ?
BalasHapusheh,,gua mencium aroma konspirasi nih
maklum tjom, wajah lu kurang cocok buat dikatain traveling…kakakakakakakaka!
BalasHapus