Sabtu, 01 Januari 2011

(gokilnya) ketika pulang terlalu malam.

Tadinya saya pikir, menghabiskan waktu di dalam kelas berjam-jam untuk ngapalin tarian para pemuda berambut pirang, bermata kecil, dan bisa salto belajar itu terlihat sungguh membosankan. You knoooow~ Ketika semua temen-temen saya pada di dalem kamar apartment yang hangat atau berdua-an dengan yang terkasih, yang mulia Teteh Piera malah ada di dalem sebuah kelas tanpa penghangat dengan suhu yang bisa mencapai 3-4 derajat celcius. Cuh! Cuh! Cuh!




Okeh, balik lagi ke masalah saya menghabiskan waktu untuk belajar di dalam kelas tiap tengah malam. Terkadang, saya suka merasakan bosan tak terkira juga kok, i tunes ini terus memutar;





Lagu-lagu kaya gini lumayan membantu saya menghilangkan rasa dingin yang ada. Sampai suatu ketika, waktu sudah menunjukan pukul 8 malam, biasanya sih udah nggak ada mahasiswa yang berkeliaran lagi jam segitu di kala winter, kalaupun ada, paling cuma mahasiswa afrika yang suka membeli minuman penghangat dari vending machine yang terletak tidak terlalu jauh dari kelas tempat saya biasa nyari wangsit buat soal ujian mendatang.

Namun, tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan suara yang cukup keras. Saya lumayan kaget juga, soalnya sekalipun satpam yang suka ngusir saya, biasanya beliau membuka pintu dengan pelan. Dan masuklah seorang lelaki muda (well, semua cowok bule saya masukan ke dalam kategori tampan lah ya…..Dengan asumsi 'tampan belum tentu menarik', huehehehe!), dia membawa sebuah tas jinjing besar berwarna hitam di tangan kanannya dan semerta tangan kirinya memegang handphone yang terus berdering.

Dia duduk di meja paling depan di dalam kelas itu, sedangkan saya hanya melongo memperhatikan gerak-gerik cowok bule yang tampak seperti pembunuh berdarah dingin itu. Maklum, saya langsung kebayang Ryan si Pembantai dari Jombang, siapa tau yang ada di dalem tas-nya itu adalah potongan mayat??? Who knows getooo???

Seperti biasa, saya langsung baca jampi-jampi, ayat qursi itu adalah jurus pamungkas. Saya pura-pura melanjutkan kegiatan belaljar saya, tapi kuping ini terus siaga mendengarkan secara khidmat suara-suara yang ditimbulkan oleh cowok bule tersebut.

Suara dering handphone si cowok bule itu berhenti ketika tiba-tiba si bule itu berteriak. Saya nggak ngerti dengan omongan si cowok bule, soalnya dia ngomong cepet banget dan kayanya sih pake dialect. Wohooo, jantung saya udah mau copot aja, saya udah siap-siap mau beres-beres buku dan segala perabotannya untuk pergi dari kelas tersebut. Tapi, tiba-tiba si cowok bule itu menghampiri mendekati saya….

"MAMPUS DÉH GUE!" Teriak saya menggunakan bahasa indonesia, toh nih cowok bule kagak bakal ngarti juga.

Saya bisa melihat mata si cowok bule itu berkaca-kaca. Apakah dia terharu melihat kecantikan yang mulia Teteh Piera ini??? (Ada yang pengen langsung cebok pake batu apung pas baca kalimat ini????)

Tapi, seperti biasa ya, Tuhan selalu membantu dengan cara-Nya yang paling kreatif. Mengapa oh mengapa sekarang saya masih bisa nulis postingan di blog sambil sikap lilin sempurna???

Jadi, si cowok bule itu ternyata bukan menghampiri saya ataupun terharu akan kecantikan wajah Teteh Piera, tapi ternyata dia mau mencapai pintu keluar dari kelas tersebut karena dia pikir dia mengganggu saya yang sedang belajar dengan suaranya tangisannya yang makin menjadi dan membuat gema di dalam kelas yang cukup besar tersebut.

Namun, walaupun dia sudah pergi keluar kelas, suaranya masih bisa terdengar oleh saya yang berada di dalam kelas. Karena penasaran, saya mute-kan volume i tunes saya dan mulai mendengar pembicaraan si cowok bule dengan si penelepon tersebut. Kira-kira 15 menit kemudian si cowok bule itu masuk ke dalam kelas dengan muka merah dan mata yang masih sembab. Dan lagi suara handphone-nya berdering, kali ini si cowok bule tampak terlihat kesal sekali dan mengangkat handphone-nya…

"AMOOOO! ABBIAMO FINITO ANCORA!" (Kita kan udah putus!) teriak si cowok bule itu seraya memasukan handphone-nya ke dalam kantong celana jeansnya. "CHE CAZZO!" (F***!) Teriak dia lagi.

Wohooooooooo! Sumpah, saya berasa lagi nonton telenovela gini! Tinggal panggil si Marimar, Tuan Muda Santiago Santibanez, Corazon, ama si Pulcoso!

Adegan ala telenovela itu pun berakhir dengan keluarnya si cowok bule dari kelas dengan tas jinjingannya yang segede gaban itu dan yang mulia Teteh Piera pun melanjutkan kegiatan ngapalin tarian ala pria berambut pirang, bermata kecil, dan bisa salto belajar sampai tengah malam.

Huwooooo, that's why I've never regretted to study at the class in the night. You'll never know what you will be experienced with….

2 komentar:

  1. bawa teh anget.. ntar sakit kalau di lemari es sendirian...

    BalasHapus
  2. kalau bawa minuman téh malah pengen kencing mulu dan pintunya itu kalau dari luar nggak bisa dibuka...

    BalasHapus