Selasa, 04 Januari 2011

Jo Kwon

Akhir-akhir ini saya selalu merasakan perasaan buruk menghantui, bahkan ada kalanya saya takut bertemu dengan manusia. Ketika genderuwo terlihat jauh lebih tampan dari seorang Christian Sugiono, di situlah titik puncak rasa mengharu-biru yang akhir-akhir ini sering saya rasakan.

Sudah beberapa minggu terakhir ini saya menjauhkan diri dari segala jenis social networking. Saya nggak sanggup buat ketemu sama manusia. Aaaaaaaaargh, jadi gini tho rasanya jadi ababil????? ABG Labil?????? Oooooh para ababil di luar sana, maafkan Teteh Piera ya, karena sering mencaci kalian….Sekarang saya kena karmanya banget! Aaaaaah, saya mengerti perasaan kalian wahai para ababil!!!!

Aaaaaaaaaaaaaaargh pengen ceritaaaaaaa masalah-masalah yang saya alami sama beberapa temen. Tapiiiiiiii, this is what I don't like the most of being an adult, when I should consider that my lovely ones also have their own business and there was nothing that I couldn't do, yet cried. Aaaaaaah Teteh Piera cupuuuuuuu bangeeeeet! Tinggal pake maskara terus ceurik gogoakan, bisa bikin video klip ini mah! Berkedok diri sedang mengembara di Itali, tapi mental nggak jauh beda sama tukang gorengan di Cimahi. Oooh sungguh memalukan sekali….

Saya suka maluuuuuu banget kalau cerita masalah saya tampak sepele banget. Pernah nih ya, saya curhat sama si Lutpih si kembaran saya yang lebih jelek 40%, "Lut, kayanya kok idup gue ga guna banget ya? Masalah gue kok udah kaya rubrik zodiak di majalah gini ya??? Karir, pertemanan, percintaan, keuangan, hari baik, semuanya mandek dalam waktu yang bersamaan."

Dan seperti yang sudah diduga, Lutpih menjawab, "Peeeee, lu bayangin ama para anak-anak di Afrika sono yang kelaparan, korban merapi, anak umur lima taon yang kena kanker, yang besok beum tentu masih idup atau kagak….."

Tuh kan? Tuh kan? Apa saya bilang. Masalah saya téh kecil pisan, tapi…..Pengaruhnya yang gede. 3-4 hari kemaren saya sempet ngurung diri di kamar, nggak mandi, nggak makan, keluar kamar cuma buat sikat gigi sama wudhu doang. You knooow i did my contemplation, but it wasn't going through. The answer is not coming yet. Aduuuh mangaaap yeeee temen-temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!), kalau Teteh Piera lagi galau stadium III begini, sayah téh suka kesurupan roh J.P Coen…

Ah, tapi kalau dibandingin sama anak-anak Afrika yang korban AIDS atau para korban bencana alam??? Ngggg, tipe masalah yang saya alami emang beda sih.

Tapi….

Kesukaan saya terhadap para pria berambut pirang, bermata kecil, dan bisa salto itu, bukan semata-mata karena wajah dan pelampiasan semata. Walaupun emang ada benarnya juga sih, cuma saya sangat acung jempol sama ketahanan para idol di sana. Ketika menjadi 'artist' itu bukan karena sebuah kebetulan lagi jalan-jalan di mall terus ada agency yang lewat, tapi lebih kepada cita-cita.

Dari segudang idol group yang ada, saya bener-bener deeply in love sama ceritanya Rain (itu lhooo yang maen pelem NInja Assassin) dan Jo Kwon, salah satu anggota boyband ballad bernama 2AM. Saya bukannya pengen jadi artist, tapi saya bener-bener pengen meniru mental pantang menyerah yang kedua idol ini miliki.

Seorang Rain yang ditolak 18 kali audisi dan seorang Jo Kwon 2AM yang harus mengikuti masa trainee selama 8 tahun. Hmmm, mungkin ada beberapa temen kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) yang belum terlalu ngerti dengan kata 'trainee'. Itu tuh kaya masa karantina sebelum para idol singer itu melakukan debut utamanya. Masa trainee itu sendiri berbeda-beda waktunya, sesuai dengan kemampuan individu. Ada yang cepet (cuma 6 bulan-1 tahun) dan masa trainee terlama yang saya ikuti ceritanya adalah masa-masa trainee-nya Jo Kwon 2AM.

Frankly, I don't give a damn with the personal stuff of any musician, as long as they can produce a good music. Meeeen, perkejaan mereka itu musisi, ya tentu aja yang jadi bahan komoditi utamanya itu bukan peyeum sama oncom, but….Their own music. However, ternyata saya nggak bisa ngelepas juga apa yang membuat kualitas musik mereka tampak enak didengar di telinga saya, salah satunya adalah kualitas individu mereka.

Jo Kwon 2AM mengawali masa debutnya pada usia 21 tahun, it means that he entered the trainee program when he was 13 years old. Ketika Teteh Piera lagi dimabuk asmara sama Mark Westlife (yang sekarang jadi homo tulen), seorang Jo Kwon sudah mulai menghabiskan waktu untuk latihan salto, kayang, dan sikap lilin sempurna. Ketika Teteh Piera sedang bermimpi untuk menjadi kekasih Hua Ce Lei, seorang Jo Kwon sudah latihan bernyanyi dengan suara falsetto. Ketika setiap pulang sekolah, saya selalu bermain dingdong bersama P4hR1 c H1T4m, seorang Jo Kwon mah kehilangan semua masa mudanya. Huwoooooh, tipikal orang yang kaya gini nih yang sering bikin saya malu abis-abisan karena sering ngeluh selama tinggal di Italia yang baru 1,5 tahun.





Sebenernya bukan Jo Kwon aja sih yang kaya gini, cuma saya téh lagi demen sama pentolan boyband yang satu ini. Terus karena kita seumuran, jadi saya merasa senasib gitu. Bedanya dia mah sekarang sudah termahsyur hingga Singapur, sedangkan Teteh Piera masih terjerembab di neraka studi Italiaaaaargh! Aaaaah, pokoknya ada saatnya saya akan ngalahin si Jo Kwon ini! Lihat aja nanti! This year is gonna be my full of charm!

Sampe detik ini saya masih jadi pemuja lagu-lagu Kang Erlend si pentolan Kings of Convenience, tapi untuk sedikit menghormati salah satu pria berambut pirang, bermata kecil, dan bisa salto ini, mari kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan YME, seraya mendengarkan salah satu lagu favorit saya saat ini yang dinyanyikan oleh band beliau….



Selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar