Kamis, 10 November 2011

Once upon a day at Roma Termini

Italia, sebuah negara penuh pesona, banyak orang nan terpana, tetapi terkadang dapat membuat saya sedikit merana.

Tinggal dua tahun lebih di negara tersebut, lumayan bisa bikin saya sudah terbiasa dengan beberapa tingkah laku penduduknya, apalagi para imigran gelap. Dengan wajah Asia yang saya miliki, acap kali diri ini disapa dengan kata "ni haooo…." atau "se se haoooo…." Entah bagaimana cara menulisnya yang benar, namun setidaknya itulah yang terdengar di telinga saya.

Selama tinggal di Italia, saya sering berasumsi kalau para pendatang negri Tiongkok itu dapat dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama, kelompok si kaya, yang biasanya terlihat dengan banyak barang branded yang mereka pakai. Yang kedua adalah si tidak kaya, mereka biasanya jauh lebih ramah.

Apakah teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) pernah dinasehati oleh orang tua kalian, "jangan mau ya kalau ditawari minuman atau makanan sama orang yang nggak dikenal."

Hmmm, petuah seperti itu sama sekali tidak mempan bagi saya. Bayangkan, jika dalam dompet kalian hanya tersisa dua euro dan kalian sudah tidak makan selama dua hari. Tawaran sebungkus cracker asin pun akan terlihat seperti sepiring penuh pasta yang baru dimasak sang koki.

Pengalaman in pernah terjadi pada saya, ketika saya sedang berada di Stasiun Roma Termini. Saya tidak mungkin mengeluarkan uang lagi atau kemungkinan saya tidak bisa pulang akan terjadi. Saya menunggu salah seorang kawan saya yang baru bisa datang menjemput saya sekitar enam jam kemudian.






Terduduk lemas di antara kolom penopang peron stasiun, tampaknya membuat salah seorang penumpang kereta yang baru saja turun sedikit iba melihat saya. Seorang lelaki yang mengaku berumur 28 tahun duduk di sebelah saya. Adrian, namanya.

Dia menawarkan saya sebungkus roti isi coklat yang baru saja ia beli dari supermarket yang terletak tepat di depan kolom tempat saya duduk. Waaaaaaaah, kalau udah kelaparan gini sih, apapun makanannya, asal diawali bismillah mah, hajaaaaaaar!

"Di dove sei?" Tanya Adrian tentang asal saya.

Masih sambil mengunyah roti itu saya menjawab, "Indonesia…E tu?"

"Romania." Jawabnya singkat. Aaaah, lagi-lagi negara yang berada di kawasan Eropa Timur tersebut. Entah kenapa saya sering sekali bertemu Romanian.

Menurut pengakuan Adrian, Rumania bukanlah negara yang baik untuk mencari nafkah. Mereka masih terus berjuang melawan tingkat laju inflasi yang tinggi. Lalu beralihlah obrolan kami tentang Indonesia.

"Okeh, siap-siap Viera, tarik nafas dalam-dalam….Bismillahirahmanirahim…." Yak, selama tinggal di Italia, saya kudu bisa pinter-pinter mengontrol emosi menghadapi orang-orang yang tidak tahu keberadaan Indonesia dalam perpeta-an dunia.

Afterward, bukan anggota kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) namanya kalau cuma bisa nyalahin pemerintah yak. Di sinilah celah kita, untuk me-narsiskan diri sebaik mungkin. Kadang ya kalau saya ketemu sama orang kaya gini tuh, pengen banget nyodorin Bisma SM*SH ke depan muka mereka. Biar mereka menilai bagaimana kebudayaan pemuda Indonesia yang terbentuk saat ini T.T

"Wow! Indonesia! Lo so!" ujar Adrian sambil tersenuym.

Mangtefff! Waduh jarang-jarang nih ketemu sama orang random di jalan yang tau Indonesia! Ihiy! Ternyata program Visit Indonesia 2011, bisa dipertanggungjawabkan juga.

"Negara yang terkena tsunami itu kan?"

Saya menggangguk.

"Negara yang banyak gunung meletus itu kan?"

Saya mengangguk dua kali.

"Sayang sekali ya, Indonesia itu negara dengan berbagai bencana…."

Saya…..Ngggg, menggangguk nggak ya?

Aaaaargh! Orang kaya gini tuh harus ditoyor Morgan SM*SH terus dicelupin ke perairan Raja Ampat kali ya. Biar terumbu karang dan nemo sekeluarga menjelaskan posisi letak negara kita yang emang dikelilingi oleh ring of fire. Jadi, yang namanya gempa bumi mah emang tiap hari terjadi, cuma skala richer-nya aja berbeda.

Waktu menunjukan sudah hampir pukul dua siang, kereta menuju Firenze yang akan ditumpangi Adrian akan tiba sebentar lagi. Tiba-tiba saja Adrian memegang pipi saya.

Jeng-jeng!

Berani-beraninya nih bule memulai perkelahian batin sama Morgan SM*SH!

Saya menepis perlahan tangannya. Aduuuuh, nggak cuco' juga ya kalau saya digiring ke kantor polisi cuma gara-gara seorang cowok yang cuma tau jelek-nya Indonesia. Cuh! Kalau kata 7 icons mah, "nggak, nggak, nggak level!"

Adrian melihat jam tangannya, "Viera, sebentar lagi kereta saya akan datang. Bagaimana kalau kamu ikut?"

Ikut??? Maksooood loooo???

"Saya kerja di bar, kamu bisa ikut saya kerja di sana. Banyak dari pegawai saya orang Filipina, kalian sesama Asia, kamu pasti tidak akan kesepian. Lagian mereka itu jago lho di ranjang….."

Ranjaaaaaaaaang???? "Lo pikir, gue bentang pelem Ranjang Bergoyang!?"

Saya pun menolaknya dengan halus. Aaaaargh, andai saja saya tidak sedang membawa koper segede alaihim gambreng, sudah ingin rasanya kaki ini lari ngibrit sampai kacapirit!

Tentu saja, saya menolak tawaran itu, "saya masih sekolah, saya mau konsentrasi pada pendidikan saya terlebih dahulu…."

Adrian pun terkekeh, "Wah, banyak dari pegawai saya yang masih pelajar. Kamu bisa menambah teman di sana…."

Ajiiiiiiib! Dia pikir menambah teman itu harus dengan cara seperti 'itu'? Dia nggak pernah tau keberadaan facebook, twitter, dan jejaring sosial lainnya kali ya??? Tinggal random aja add-friend sana-sini, follower si ini-si itu, banyak déh temennya! Atau nggak pernah ikut komunitas apa gitu??? Mendekatkan diri dengan orang lain dalam sebuah wadah yang terlihat sedikit lebih nggak buat si Mamam dan si Papap di rumah deg-deg-an.

"Kamu bisa dapat 5000 euro per bulannya lhooo…." Adrian mengiming-imingi saya lagi.

5000 euro??? Siapa yang nggak mau??? Saya. Saya mah maunya lebih dari itu atuuuh, kekekeke.

"Kamu bisa ketemu banyak orang terkenal."

Aduuuuuh, kalau udah gini tuh, saya suka bener-bener bersyukur suka dinaikan tingkat keimanannya dalam keadaan tertentu. Biar dikate masih suka kesiangan pas shalat shubuh, tapi alhamdulillah banget Tuhan masih memberikan perlindungan terbaiknya.

"Kamu bisa traveling ke seluruh Eropa." Adrian mulai mendekatkan mukanya.

Ciaaaaaat! Wataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaau! Jurus bangau terbang menghujat andromeda di planet mars! Saya pun terdiam. Ini nih, jeleknya saya, kalau sudah ketakutan, saya bakal nggak bisa ngapa-ngapain, cuma hati ini tidak berhenti mengucapkan segala macam doa, sampe doa makan pun saya baca!

"Astagfirullah, mampus gue, Allahuakbar, kamfreeet, Subhanallah, atuh ieu kumaha???"

Tiba-tiba saja kereta menuju Firenze yang akan dinaiki oleh Adrian datang.

Siiiigh~ Tuhan mah emang keren banget dah! Aduh kalau lagi kaya gini tuh suka kepikiran, beberapa nikmat yang sering saya dapatkan di Indonesia déh, seperti apa yang dikatakan oleh salah seorang kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!), Nurul Saepul;






Aaaaaah, jadi nyesel déh, jaman dulu mah, saya paling males kalau kumandang adzan maghrib mulai disiarkan oleh televisi swasta di Indonesia. Atulaaaaah, kan lagi seru-serunya nongton Minky Momo! Ganggu aja! Ih, tapi pas tinggal di Italia mah, beneran siah, kangen berat! Udah dua tahun lebih nggak denger adzan dari speaker rebek masjid di sebelah rumah saya ih T.T

Adrian pun meninggalkan saya sebuah kertas bertuliskan nomor teleponnya, kali-kali aja saya berubah pikiran.

Berubah pikiran??? Maksudnya dari Morgan SM*SH jadi Rafael SM*SH? Ooooouuch, tidak bisa.


5 komentar:

  1. Aaaaaaa..... terhuraaaa...eh terharuuu... ada nama akuu di sanaa...huaaaa....

    BalasHapus
  2. Aaaaaaa..... terhuraaaa...eh terharuuu... ada nama akuu di sanaa...huaaaa....

    BalasHapus
  3. Aaaaaaa..... terhuraaaa...eh terharuuu... ada nama akuu di sanaa...huaaaa....

    BalasHapus
  4. Aaaaaaa..... terhuraaaa...eh terharuuu... ada nama akuu di sanaa...huaaaa....

    BalasHapus
  5. hahaha untung sabar kak, kalo aku gini sih udah emosi, kekekekeke

    BalasHapus