Selasa, 10 Januari 2012

Cinta Terlarang: Sopir Angkot

Kalau ngomongin cinta terlarang, yang mulia Teteh Piera ini jagonya. Di postingan sebelumnya saya ngomongin tentang kisah percintaan antara tukang print yang ganteng jumawa dengan konsumennya yang memiliki wajah super k1YuDh se-Asia Pasifik (dibaca: yang mulia Tete Piera, red). Sekarang giliran pengalaman saya waktu masih menempuh jenjang pendidikan sekolah menengah atas.

Yuk, sambil mendengarkan sebuah lagu yang sedang saya gemari dua bulan terakhir ini,







kita mulai ceritanya

FYI, saya menyelesaikan jenjang SMA saya di sebuah sebuah kota yang terletak di dekat New York dan agak menyerupai Chicago, apalagi kalau bukan….(Jeng-jeng!) Bogor! *Keprok-keprok sadayana!

Walaupun saya terlahir dari seorang ayah yang gemar mengoleksi koin emas dari Kerajaan Majapahit dan seorang ibu yang memiliki koleksi tas hermes semua warna, saya tetap seorang anak perempuan yang memiliki wajah super k1yUdH se-Asia Pasifik yang tidak sombong. Walaupun mobil saya jaguar sampai harimau, tapi saya tidak suka pamer. Cam kan baik-baik, yang mulia Teteh Piera mah tidak suka pamer.

Baiklah mari kita lanjut kembali kisah cinta terlarangnya.

Karena sifat saya yang down to earth, saya memilih untuk menggunakan angkot sebagai alat transportasi utama. Lagian ya, selain terkenal sebagai kota hujan, Bogor juga terkenal sebagai kota sejuta angkot. Kalau saya pake kendaraan pribadi dalam suatu keadaan yang masih memungkinkan saya untuk menggunakan public transportation, bakal menuh-menuhin aja nggak sih?

Nggggg, sebenarnya paragraf di atas cuma sebuah kamuflase daripada cinta terlarang yang dialai oleh yang mulia Teteh Piera bersama…..(Eng-ing-eng!) Sopir angkot 09 jurusan Sukasari-Warung Jambu!

Seperti yang sudah teman-teman kelompok PENCAPIR (PENgamat CeritA-cerita PIeRa!) ketahui, alasan mengapa yang mulia Teteh Piera bisa memiliki kartu ATM yang isinya nggak pernah habis adalah, rajin bersedekah dan memperirit pengeluaran yang ada.

Sebenernya, untuk memperkecil biaya, bisa saja yang mulia Teteh Piera menggunakan bis miniarta untuk sampai ke rumah. Dengan biaya yang cuma 1000 rupiah (tahun 2002, red), yang mulia Teteh Piera sudah bisa ongkang-ongkangan kaki nonton acara infotainment sore hari di rumah.

Namun, keberadaan supir angkot tampan jumawa merubah semua itu. Yang mulia Teteh Piera rela nunggu ngetem yang bisa sampe 30 menit dan ganti angkot tiga kali dan menghabiskan uang sekitar 5000 rupiah untuk sampai di rumah.

Dengan perbedaan 4000 rupiah pada zaman itu, saya sudah bisa mabok cireng! Tapi, demi sopir angkot tampan jumawa, saya merelakan uang jajan saya terkikis sedikit demi sedikit T.T

Pertemuan saya pertama kali dengan sopir angkot tampan jumawa terjadi ketika saya baru pulang sekolah dan menerima kabar buruk, bahwa saya harus mengikuti her ulangan biologi untuk ke empat kalinya T.T Ya Tuhan, mengapa engkau menciptakan mata pelajaran biologi di dunia ini?????

Tubuh saya lemah lunglai kala itu. Kepala ini berat. Rasanya ingin sekali bertemu dengan anak muda sekaliber Justin Bieber saat ini, siiigh~

Karena hujan sedang turun lebat, saya memutuskan untuk menggunakan angkot. Soalnya kalau mau pake bis miniarta, minimal saya harus jalan kaki sekitar 500 m ke terminal. Ouch! Sudah menerima kabar her empat kali berturut-turut ditambah hujan-hujanan???? Tinggal ditambah adegan nyanyi di kebun bunga terus muncul kalajengking 3 dimensi, kayanya saya udah cocok tuh maen di sinetron laga dubbing yang sering ditayangkan di salah satu TV swasta itu T.T

Saya memilih angkot yang sudah lumayan terisi, dengan harapan sopirnya nggak bakal ngetem lama buat nambah penumpang. Yang ada di pikiran saya saat itu hanyalah sesegera mungkin pulang ke rumah, mandi, terus nangis gogoakan sambil mengutuk Mentri Pendidikan Indonesia yang telah menyisipkan mata pelajaran biologi ke dalam tata ajaran SMA se-Indonesia. Why should it be biology on earth????? Why???? WHY??? WAIIIIIIIIIIIIII???

Saya memilih duduk di bagian depan mobil angkot, sebelah sopir 09 yang saya telah saya pilih tersebut. Dan………….Tiba-tiba saja hati saya lope-lope. Demi Zeus berbulu onta! So, so, so, sopi, pi, pi, pi, sopir a, a, a, ang, ang, ang, angko, ko, ko, ko, kotnya subhanallah! GANTENG BANGETZZZZZZ!

Ya Tuhan, kenapa Raam Punjabi nggak pernah nge-casting sopir angkot buat jadi artisnya ya??? Saya hanya dapat duduk terdiam  sampai perberhentian terakhir, di samping sopir angkot tampan jumawa tersebut.

Setelah perjalanan yang menempuh waktu hampir 1 jam dikarenakan macet di kawasan sekitar terminal, akhirnya saya turun dari angkot sopir tampan jumawa. Tak lupa saya menulis nomor polisi dari angkot tersebut. Pokoknya besok, saya harus naek angkot 09 dengan nomor polisi F 19** ** lagi!

Seperti yang kalian ketahui, angkot 09 jurusan Sukasari-Warung Jambu itu nggak cuma ada satu, mungkin dalam waktu yang bersamaan kalian bisa menemukan 10-15 mobil, apalagi kalau lagi peak hour, seperti jam berangkat sekolah atau pulang kerja, dapat dipastikan jumlahnya bisa banyak banget.

Waktu terus berlalu. Dalam sebulan bisa dipastikan saya naik angkot sopir tampan jumawa sampai 20 kali lebih. Rasanya kalau abis naik angkot 09 sopir tampan jumawa, saya siap menghadapi segala her ulangan mata pelajaran apapun!

Kyaaaaa~ Dunia ini tampak indah jika setiap pulang atau pergi ke sekolah saya bisa naik angkot 09-nya si sopir tampan jumawa!

Sampai suatu ketika, saya baru saja diberi kabar untuk melakukan her ulangan biologi untuk entah keberapa kalinya. Tapi kabar buruk itu tentu saja bisa ditepis langsung dengan kemungkinan besar saya akan menaiki angkot 09-nya si sopir tampan jumawa.

Waktu menunjukan pukul 4 sore, saya sudah stand by di tempat para anak sekolah biasa menunggu angkot. Dari kejauhan, plat polisi F 19** ** tampak terlihat. Telunjuk saya mengarah ke depan pertanda meminta angkot F 19** ** itu untuk berhenti.

Kyaaaaaa~ It's time to meet sopir angkot tampan jumawaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaargh!

Seperti biasa, saya memilih untuk duduk di bangku depan di samping sopir. He's coming, he's coming, he's comiiiiiiiiiiiiiing…………….HE IS….HE IS NOT HIM! Sopir angkot 09 dengan plat polisi F 19** ** bukan si sopir tampan jumawa lagi!

Oh mungkin lagi ganti shift kali ya? Ya, besok saya bakal mencari keberadaan sopir angkot 09 yang tampan jumawa itu kembali.

Sebulan berlalu.

Dua bulan berlalu.

Enam bulan berlalu.

Satu tahun berlalu.

Dan sampai detik ini saya nggak pernah ngeliat wajah dari sopir angkot 09 yang tampan jumawa itu lagi.

Cinta terlarang antara sopir angkot dan penumpangnya pun berakhir begitu saja. Tak berbekas.

Tanpa kehadiran sopir angkot 09 tampan jumawa, her ulangan biologi pun tampak lebih buruk dari seharusnya T.T

5 komentar:

  1. jiahh,, mak vierraaaa,, kalo mata pelajaran kuliah biologi di hilangkan, sy harus pindah ke jurusan apa lagi?? T.T


    #rintihanMahasiswiBiologi

    BalasHapus
  2. jiah,, mak vieraa,, kalo mata pelajaran biologi di hilangkan, dunia ini gak bakal ada lagi artinya T_T

    #RintihanMahasiswaBiologi

    BalasHapus
  3. jiah,, mak vieraa,, kalo mata pelajaran biologi di hilangkan, dunia ini gak bakal ada lagi artinya T_T

    #RintihanMahasiswaBiologi

    BalasHapus
  4. hahaha
    di tunggu cinta terlarang lainnya versi tukang siomay yak

    BalasHapus
  5. udah di-casting oleh om Raam Punjabi tuh teh,, haha

    BalasHapus