Kamis, 29 November 2012

My 3 hours trip to: Si Manis Jembatan Suramadu

Sambil ditemani sama lagu yang dijadiin ringtone hape saya;






Yuk mareeeee, kita lanjut jalan-jalan ke Pulau Maduranya!

Jangan bilang pernah ke Madura, kalau belum pernah ngelewatin Jembatan Suramadu. "Sorry to say guise, lu bukan anak g4vL Madura kalau belum pernah lewat Jembatan Suramadu!"






Dengan panjang yang hampir enam kilo, sudah pantaslah Jembatan Suramadu menjadi jembatan terpanjang yang dimiliki oleh Negara Indonesia untuk saat ini. Diresmikan oleh Presiden SBY pada tahun 2009, jembatan yang memakan waktu sampai enam tahun dalam proses pengerjannya ini, ditujukan agar dapat mempercepat perkembangan ekonomi Pulau Madura yang konon katanya cukup jauh tertinggal dari wilayah sekitarnya.






Dengan nama resmi Jembatan Nasional Suramadu, Jembatan yang menjadi penghubung utama kota Surabaya di Jawa Timur dengan Pulau Madura ini, terbagi menjadi dua bagian utama. Yang pertama adalah approached bridge. Jembatan penghubung ini terdiri dari dua bagian dan  memiliki panjang sekitar 600 meter.






Lalu, kita punya main bridge. Untuk mengakomodir pelayaran di selat Madura, jembatan utama ini memberikan jarak setinggi 35 meter, yang tentu saja memakan biaya operasional yang mahal.

Setidaknya, teman-teman kelompok PENCAVIER (PENgamat CeritA-cerita VIERa!) yang pergi menggunakan kendaraan pribadi, kudu mengeluarkan kocek sebesar 60ribu rupiah untuk menikmati angin ngagelebuk dari jembatan Suramadu. Biaya yang cukup mahal, jika dibandingkan dengan harga masuk tol Cipularang.






Untuk mudahnya, mungkin temen-temen kelompok PENCAVIER (PENgamat CceritA-cerita VIERa!) bisa menggunakan motor sebagai sarana angkut pilihan utama. Karena dengan 6000 perak saja, temen-temen sudah bisa masuk angin gara-gara kena hembusan angin Selat Madura yang semeriwiiiiing!






Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah, temen-temen semua dilarang berhenti di sepanjang jalan Suramadu. Kalau berani melanggar aturan ini, siap-siap aja ditilang sama Bapak dan Ibu Polisi yang tidak pandang bulu….Tau déh bulu apaan, bulu ayam kali ya????






Ngomong-ngomong bulu, saya jadi inget sebuah tebak-tebakan super oldskul yang sering dikemukakan teman-teman sepermainan bola bekel saya jaman dahulu kala.

"Pe, bulu apa yang bisa ngomong?"

Jawaban tebak-tebakan di atas sekaligus mengakhiri perjalanan super singkat saya ke Pulau Madura ini.  Semoga lain kali, saya bisa lebih meng-eksplor Pulau Madura.

Ah, biar kaya majalah Bobo, temen-temen kelompok PENCAVIER (PENgamat CeritA-cerita VIERa!) bisa liat jawaban tebak-tebakannya di kaca: "har…..ulub"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar