Kamis, 16 Mei 2013

Halaman 6






[Halaman 6]



"Pak, aku mau masuk UBI..."

Sore itu, pulang dari sekolah Sulastri datang menghampiri bapaknya yang sedang memetik pohon kesemeknya di pekarangan rumah. Tak ketinggalan sang Ibu pun sedang memetik pohon durian di sebelah pohon kesemek.

"Alhamdulillah, akhirnya anak Ibu mau kuliah juga....Kamu mau ambil jurusan apa?" Tanya Ibu Sulastri sambil turun dari pohon durian.

"Arsitektur." Jawab Sulastri pelan.

"....."

Buah kesemek yang ada di dalam genggaman Bapak Sulastri pun hancur tiba-tiba. "Kan sudah pernah Bapak bilang, kalau kamu itu harus ambil jurusan ekonomi! Kamu itu penerus keluarga Bapak satu-satunya! Bapakmu ini bankir! Kakekmu juga bankir! Buyut kamu itu dulu kerja sama kumpeni buat ngurusin keuangan perkebunan teh di Bogor! Bapakmu ketemu sama Ibumu itu di bank! Bapak sudah mempersiapkan kamu untuk menggantikan posisi bapak di bank! Kerja di bank itu gajinya besar! Kehidupan kamu bisa terjamin kalau kamu kerja di Bank! Dengan ambil jurusan ekonomi, kamu bisa gampang cari kerja di Bank! Kita bisa hidup enak seperti sekarang ini karena bapak kerja di Bank!!!"

"Bang Toyib, Bang Toyib, kenapa kamu nggak pulang-pulang....." Terdengar samar-samar irama lagu dangdut dari rombongan dangdut dorong yang lewat di depan rumah Sulastri.

"......."

Dua jam kemudian.

"Oke, bapak kasih kesempatan kamu coba kuliah di UBI! Tapi kalau gagal, kamu harus ambil jurusan ekonomi  di universitas manapun!"

Sebuah perjanjian tanpa persetujuan itu pun tercipta begitu saja.


***


"Sul, tes masuk jurusan arsitek di UBI itu ada ujian gambar. Ada tes matematika, fisika, kimia, sama semua mata pelajaran yang lu benci itu ngumpul semua jadi satu...Nilai fisika lu itu cuma 4 Sul! Nilai matematika ditambah nilai kimia lu dijadiin satu itu sama dengan nilai fisikanya Garry!"

Sesekali Ifa melemparkan sobekan kertas bekas dia menghitung beberapa rumus kimia ke kepala Sulastri.

Sulastri menghela nafas sejenak, "kok lu gitu sih Fa? Bukannya ngedukung gue....."

"Bukannya nggak ngedukung, cuma setau gue, elu itu udah dipersiapkan buat jadi bankir kan sama bokap lu? Nilai IPS lu nggak seburuk nilai IPA lu. Gue nggak mau lu kecewa banget aja Sul...Lu ini kan kalau lagi sedih suka bikin repot seluruh penduduk Republik Rakyat China daratan...." Ifa melihat lemas wajah sahabatnya. Dia teringat ketika Sulastri gagal dalam lomba makan kerupuk antar kelas di acara 17 Agustus-an di sekolah mereka tahun lalu.

***

"Fa....Kelas kita jadi kalah gara-gara gue. Ini tuh salah gue!"

"Udah lah Sul..."

"Tapi Fa....Ke, ke, ke, ke, keru, keru, keru, kerupuuuuuuuuuuuuuk....Huaaaaaaaaaa!"

"Udah Sul, udah...."

"Tuhan nggak adil Fa, udah nyiptain kerupuk sama tali rapia jadi satu!"

"Iya, iya...."

"Kenapa kerupuk itu harus diiket pake tali rapia Fa? Why Fa? WHY?"

"Kan buat lomba Sul...."

"Kenapa harus ada lomba makan kerupuk di dunia ini Fa???? Kenapa????"

"Buat Tujuh Belasan Sul..."

"Kenapa Presiden Soekarno harus baca proklamasi tanggal 17 Fa? Kenapaaaaa????"

"Kalau tanggal 18 itu hari ulang tahun gue Sul..."

"Kenapa lu lahir tangage 18 Fa?????"

 Dan tangisan Sulastri pun mereda setelah Ifa memberinya lima potong kue lapis legit yang dibelinya dari kantin sekolah.


***


Tubuh Sulastri mendekat pada kursi tempat Ifa duduk, "tapi Fa, gue harus masuk arsitektur UBI Fa...."

"Kenapa?" Tanya Ifa penasaran. Baru kali ini, sahabatnya dari kecil ini terlihat bersemangat.

"Soalnya....." Sulastri mengecilkan volume suaranya.

BRAK!!!!

Suara bola plastik yang ditendang oleh para murid laki-laki dari lapangan yang tepat berada di depan kelas Sulastri menghentikan percakapan kedua sahabat itu.




[Eh, guise saya nulis cerita ini sambil ditemenin lagu S4, kyaaaaa boiben Indonesia dengan cita rasa Korea....Aduuuuh, jadi pengen ganti nama-nama tokoh cowok di cerita ini jadi si smart, Alif Rizky Prihantoro, si sexy, Firly Firlana, si sweet, Jefri Haris Gurusinga, sama si sentimental, Arthur Stefano Anapaku gitu, kyaaaaaaa~]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar