Rabu, 12 Maret 2014

[10] WIFIMB: Bukan 'Bintang' Biasa

Yuuuupssss, selain punya hobi buat ngubek-ngubek luka lama di hati yang terdalam T^T Saya juga demen juga ngubek-ngubek barang-barang lama saya yang tersimpan cukup rapi di lemari buku yang sudah saya miliki semenjak 15 tahun yang lalu.

Berbagai barang koleksi saya tersimpan rapi di sana, bahkan saya sempet nemuin surat saya ngecengin sang kakak tampan jago basket dan juga mengaji waktu masih SMP, kyaaaa~

Masih ngomongin koleksi kaset yang saya punya. Setelah berbagai kaset artis luar negri, kayanya status sebagai remaja 90-an saya makin afdol aja, karena saya punya kaset band yang satu ini….






Huh! Hoh! Huh! Hoh!

Saban sore, saya selalu mantengin MTV 100% biar bisa liat video klip mereka.



)



Yuuuuuk, kita nyanyi bersama, "bintang di langit…."

Buat saya, tahun 90-an itu emang era surganya buat musik Indonesia. Pada zaman itu, saya bisa nyanyi lagu Boomerang di kamar mandi sampe nangis di angkot kalau inget bahwa sang kakak kecengan telah memadu kasih dengan finalis mojang Bogor dari sekolah sebelah sambil dilatar belakangi lagu-lagu karangan Erros Sheila on 7.

Kalau jaman sekarang mah jujur ya, buat saya sih, kualitas musik lokal itu masih kece, buktinya dengan gempuran pria-pria tampan ber-eye shadow tebal dari negri gingseng, suara Ariel NOAH masih bisa memikat hati hampir 150 juta wanita di tanah air.

Tapiiiiiii, terkadang kualitas mereka sama semua. Saya nggak bilang kalau musik melayu yang diusung ST 12 itu tidak baik, tapiiiiiiii….Kalau selama seharian penuh kita dicekoki band yang mengusung tema yang sama kaya group buatan Charlie van Houten….Oh iya, intermezzo nih, pas pertama kali denger nama belakangnya si Charlie, saya sempet mikir mungkin kalau saya jadi artis, saya bisa punya nama panggung Viera Baking Soda T^T

Balik lagi ke tentang musik melayu….Nah ituuuu, kalau semua group musik ngikutin genre yang diusung sama si Charlie, apa gunanya Tuhan nyiptain otak buat membuat sesuatu yang berbeda? Well, when it comes to industry business, it's more difficult to be creative than to be rich, but who doesn't want to be rich creatively???

Kaya acara Y*S di Tr*ns TV, yang konon katanya banyak menuai kritik itu. I dont blame Y*S creative team, malah….Diluar opini pribadi tentang konten acara tersebut, saya mah salut pisan sama mereka. Rating acara mereka tinggi banget sob!

Tapiii….Kalau tiba-tiba ada TV lain yang bikin acara dengan konsep yang sama??? Demi rating semata? Atau demi pembuktian kalau TV mereka juga buat acara yang nggak kalah suksesnya??? I BLAME THEM! From the head to the toe!

Sama juga kaya sinetron. I enjoy to watch sinetron. Tukang Bubur Naik Haji seems legit tho! Tapiiiii, kalau di waktu yang sama ada sinetron dengan tema komedi religi, walaupun jalur ceritanya dibuat beda-beda sedikit, it's soooooooooooo….Cant say any words lah x_x

Mungkinkah saatnya para petinggi televisi itu menaikan upah para tim kreatif? Mungkin dengan iming-iming; "kalau kalian bisa buat acara yang beda, tapi rating tetap terjaga, saya hadiahi kalian trip Cianjur-Majalengka-Sicilia-Dubai!"

I don't know guys, but that's what I felt these days. Karena pada tahun 90-an, segala jenis hasil olah budaya Indonesia punya ikonnya masing-masing. The industry gives me some options.

Si Mamah bisa nonton Noktah Merah Perkawinan, pas iklan, saya bisa nonton Gara-gara, pas iklan, si Papah bisa nonton berita harga cabe keriting naik di TVRI. Kami sekeluarga punya banyak pilihan acara di dalam jam tayang yang sama.

Ah tapi, sudahlah, kita punya hak buat memilih apa yang kita inginkan. Dan saya juga punya hak buat ngelanjutin ngecengin si kakak kelas yang jago maen basket itu atau beralih ke kakak kelas yang jadi tim khusus PASKIBRA….Kyaaaa T^T





Tidak ada komentar:

Posting Komentar